Bhagavad Gita

GitaDhyanam

  1. Arjuna Wisada Yoga, menguraikan keragu-raguan dalam diri Arjuna
  2. Samkhya Yoga, menguraikan ajaran yoga dan samkhya
  3. Karma Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena karma, usaha, perbuatan
  4. Jnana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena ilmu pengetahuan suci
  5. Karma Samnyasa Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena prihatin
  6. Dhyana Yoga, menguraikan tentang makna dhyana sebaga satu sistem dalam yoga
  7. Jnana Widnyana Yoga, menguraikan pencapaian yoga karena budi
  8. Aksara Brahma Yoga, menguraikan hakikat akan kekekalan Tuhan
  9. Raja Widya Rajaguhya Yoga, hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya)
  10. Wibhuti Yoga, menguraikan akan sifat hakikat Tuhan yang absolut, tanpa awal, pertengahan dan akhir
  11. Wiswarupa Darsana Yoga, kelanjutan dari Wibhuti Yoga, dijelaskan dengan manifestasi secara nyata
  12. Bhakti Yoga, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti
  13. Ksetra Ksetradnya Yoga, menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hubungan dengan purusa dan prakrti
  14. Guna Traya Wibhaga Yoga, membahas Triguna – Sattwam, Rajas dan Tamas
  15. Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan
  16. Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas akan hakikat tingkah-laku manusia, baik dan buruk
  17. Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan kepercayaan dan berkeyakinan pada Triguna
  18. Moksa Samnyasa Yoga, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi.

Bhagavad Gita – Gita Dhyanam
Wahai Ibu Bhagavad-Gita, sebagai sabda Tuhan (Narayana) sendiri, dalam menejelaskan kepada Partha (Arjuna); yang tercantum dalam kitab Mahabharata, yang terdiri dari 18 bab, susunan Maharsi Vyasa; pencurah nektar Advaita, sebagai penghancur samsara, hamba bersujud kepada-Mu
Wahai Rsi Vyasa yang cerdas, dengan mata bagaikan daun-daun bunga teratai yang sedang mekar, penyulut lampu kebijaksanaan yang penuh dengan minyak Mahabharata; perkenankanlah hamba bersujud kepada-Mu
Sembah sujudku kepada Krsna, pemerah susu nektar Gita; bagaikan pohon Parijata bagi mereka yang berlindung pada-Nya; dan yang menggenggam seikat pohon tebu pada tangan yang satu, sedang tangan yang lainnya melakukan Jnana Mudra
Dengan semua kitab Upanisad sebagai sapi-sapinya dan Arjuna sebagai anak sapinya, serta putra-putra para penggembala sapi sebagai si pemerah susu telah menyarikan susu nektar Gita tertinggi guna kenikmatan manusia yang telah memiliki pemahaman murni.
Hamba bersujud kepada Krsna putra Vasudeva, kesayangan utama Devaki, penghancur raksasa Kamsa dan Canura; yang sesungguhnya adalah Tuhan (sendiri), sebagai jagad guru (guru semesta)

 

Bhagavad Gita – Bab I

Prathamo ‘Dhyayah
Bab I

Arjuna Wisada Yogah

1-1

dhritarashtra uvaca
dharma-kshetre kuru-kshetre
samaveta yuyutsavah
mamakah pandavas caiva
kim akurvata sanjaya

“Dhritarashtra said: O Sanjaya, after my sons and the sons of Pandu assembled in the place of pilgrimage at Kurukshetra, desiring to fight, what did they do?”

Dhrtarastra berkata:
Di medan dharma, di padang Kuruksetra, ketika putra-putraku dan putra-putra Pandu telah berkumpul bersama siap untuk bertempur, apakah yang mereka lakukan, wahai Sanjaya?

1-2

sanjaya uvaca
drishtva tu pandavanikam
vyudham duryodhanas tada
acaryam upasangamya
raja vacanam abravit

“Sanjaya said: O King, after looking over the army arranged in military formation by the sons of Pandu, King Duryodhana went to his teacher and spoke the following words.”

Sanjaya berkata:
Kemudian, setelah menyaksikan pasukan para Pandava yang siap siaga dalam formasi tempur, pangeran Duryodhana menghampiri gurunya, acarya agung Drona, seraya berkata:

1-3

pasyaitam pandu-putranam
acarya mahatim camum
vyudham drupada-putrena
tava sisyena dhimata

“O my teacher, behold the great army of the sons of Pandu, so expertly arranged by your intelligent disciple the son of Drupada.”

Saksikanlah, wahai guruku; pasukan putra-putra Pandu yang gagah perkasa itu, yang dipimpin oleh murid paduka yang bijaksana, putra Drupada

1-4

atra sura mahesv-asa
bhimarjuna-sama yudhi
yuyudhano viratas ca
drupadas ca maha-rathah

“Here in this army are many heroic bowmen equal in fighting to Bhima and Arjuna: great fighters like Yuyudhana, Virata and Drupada.”

Disana ada pula para pahlawan pemanah tangguh yang sebanding dengan Bhima dan Arjuna dalam peperangan, seperti Virata, Yuyudhana dan Drupada yang semuanya merupakan perwira-perwira gagah perkasa

1-5

dhrishtaketus cekitanah
kasirajas ca viryavan
purujit kuntibhojas ca
saibyas ca nara-pungavah

“There are also great, heroic, powerful fighters like Dhrishtaketu, Cekitana, Kasiraja, Purujit, Kuntibhoja and Saibya.”

Juga terdapat Dhrstaketu, Cekitana dan raja negeri Kasi yang gagah perkasa; serta Purujit, Kuntibhoja dan Saibya, sebagai manusia-manusia pilihan yang perkasa

1-6

yudhamanyus ca vikranta
uttamaujas ca viryavan
saubhadro draupadeyas ca
sarva eva maha-rathah

“There are the mighty Yudhamanyu, the very powerful Uttamauja, the son of Subhadra and the sons of Draupadi. All these warriors are great chariot fighters.”

Juga ada Yudhamanyu yang kuat kekar; Uttamauja yang gagah berani, serta putra-putra Subhadra dan Draupadi, yang semuanya merupakan pahlawan-pahlawan kereta yang tangguh

1-7

asmakam tu visista ye
tan nibodha dvijottama
nayaka mama sainyasya
samjnartham tan bravimi te

“But for your information, O best of the brahmanas, let me tell you about the captains who are especially qualified to lead my military force.”

Ketahui pulalah, wahai yang terbaik di antara para dvijati (kaum pendeta), semua panglima pasukan kita yang merupakan pimpinan kenamaan, yang akan kusebutkan namanya guna bahan informasi paduka guru

1-8

bhavan bhismas ca karnas ca
kripas ca samitim-jayah
ashvatthama vikarnas ca
saumadattis tathaiva ca

“There are personalities like you, Bhishma, Karna, Kripa, Asvatthama, Vikarna and the son of Somadatta called Bhurisrava, who are always victorious in battle.”

Paduka sendiri, guruku; lalu Bhisma, Karna dan Krpacarya, yang selalu jaya dalam pertempuran; demikian pula Asvatthama, Vikarna dan putra-putra dari raja Somadatta

1-9

anye ca bahavah sura
mad-arthe tyakta-jivitah
nana-shastra-praharanah
sarve yuddha-visaradah

“There are many other heroes who are prepared to lay down their lives for my sake. All of them are well equipped with different kinds of weapons, and all are experienced in military science.”

Dan masih banyak lagi para pahlawan terlatih yang tangguh dalam peperangan, yang diperlengkapi dengan segala macam persenjataan dan siap mempertaruhkan nyawa mereka demi kepentinganku

1-10

aparyaptam tad asmakam
balam bhismabhiraksitam
paryaptam tv idam etesam
balam bhimabhiraksitam

“Our strength is immeasurable, and we are perfectly protected by Grandfather Bhishma, whereas the strength of the Pandavas, carefully protected by Bhima, is limited.”

Kekuatan pasukan kita yang dipimpin oleh Bhisma, secara sempurna tak terbatas jumlahnya; sementara pasukan mereka yang dipimpin oleh Bhima, terbatas jumlahnya.

1-11

ayanesu ca sarveshu
yatha-bhagam avasthitah
bhismam evabhirakshantu
bhavantah sarva eva hi

“All of you must now give full support to Grandfather Bhishma, as you stand at your respective strategic points of entrance into the phalanx of the army.”

Oleh karena itu, semuanya menempati posisimu masing-masing dalam divisimu dan hanya melindungi Bhisma saja, dengan segala cara

1-12

tasya sanjanayan harsam
kuru-vrddhah pitamahah
simha-nadam vinadyoccaih
sankham dadhmau pratapavan

“Then Bhishma, the great valiant grandsire of the Kuru dynasty, the grandfather of the fighters, blew his conchshell very loudly, making a sound like the roar of a lion, giving Duryodhana joy.”

Untuk membangkitkan semangat (Duryodhana), kakek Bhisma yang agung sebagai sesepuh wangsa Kuru, sekarang meniup terompet kerangnya dengan sangat kerasnya, bagaikan raungan seekor singa

1-13

tatah sankhas ca bheryas ca
panavanaka-gomukhah
sahasaivabhyahanyanta
sa shabdas tumulo ’bhavat

“After that, the conchshells, drums, bugles, trumpets and horns were all suddenly sounded, and the combined sound was tumultuous.”

Kemudian dengan serempak secara tiba-tiba dibunyikan terompet-terompet kerang, genderang, tambur dan terompet-terompet tanduk; yang suaranya gegap gempita membahana

1-14

tatah svetair hayair yukte
mahati syandane sthitau
madhavah pandavas caiva
divyau sankhau pradadhmatuh

“On the other side, both Lord Krishna and Arjuna, stationed on a great chariot drawn by white horses, sounded their transcendental conchshells.”

Manakala Krsna dan Arjuna berdiri di atas kereta indah yang ditarik oleh kuda-kuda berwarna putih, mereka juga mulai meniup terompet-terompet kadewatan mereka masing-masing

1-15

pancajanyam hrsikeso
devadattam dhananjayah
paundram dadhmau maha-sankham
bhima-karma vrkodarah

“Lord Krishna blew His conchshell, called Pancajanya; Arjuna blew his, the Devadatta; and Bhima, the voracious eater and performer of herculean tasks, blew his terrific conchshell, called Paundra.”

Hrsikesa (Krsna) meniup terompet Pancajanya-Nya, Arjuna meniup terompet Devadatta-nya; sedangkan Vrkodara (Bhima) yang biasa melaksanakan tugas-tugas berat, meniup terompet kerangnya yang hebat, yang bernama Paundra

1-16, 1-17 & 1-18

anantavijayam raja
kunti-putro yudhisthirah
nakulah sahadevas ca
sughosa-manipuspakau

kasyas ca paramesv-asah
sikhandi ca maha-rathah
dhrishtadyumno viratas ca
satyakis caparajitah

drupado draupadeyas ca
sarvasah prithivi-pate
saubhadras ca maha-bahuh
sankhan dadhmuh prithak prithak

“King Yudhishthira, the son of Kunti, blew his conchshell, the Ananta-vijaya, and Nakula and Sahadeva blew the Sughosa and Manipuspaka. That great archer the King of Kasi, the great fighter Sikhandi, Dhrishtadyumna, Virata, the unconquerable Satyaki, Drupada, the sons of Draupadi, and the others, O King, such as the mighty-armed son of Subhadra, all blew their respective conchshells.”

Putra Kunti, raja Yudhistira, meniup terompet kerangnya yang bernama Anantavijaya; Nakula dan Sahadeva, masing-masing meniup terompet kerangnya yang bernama Sughosa dan Manipuspaka

Dan pemanah perkasa raja dari negeri Kasi, ksatria kereta perang Sikhandi, Dhrstadyumna, Virata dan Satyaki yang sulit dikalahkan itu.

Wahai penguasa bhumi (Dhrtarastra); Drupada dan putra-putra Draupadi serta putra Subhadra (Abhimanyu) yang berlengan perkasa, semuanya juga meniup terompet kerangnya masing-masing

1-19

sa ghoso dhartarastranam
hridayani vyadarayat
nabhas ca prithivim caiva
tumulo ’bhyanunadayan

“The blowing of these different conchshells became uproarious. Vibrating both in the sky and on the earth, it shattered the hearts of the sons of Dhritarashtra.”

Memenuhi angkasa dan bumi dengan gema yang gegap gempita, menggetarkan hati para putra Dhrtarastra

1.20

atha vyavasthitan drishtva
dhartarastran kapi-dhvajah
pravrtte shastra-sampate
dhanur udyamya pandavah
hrishikesham tada vakyam
idam aha mahi-pate

“At that time Arjuna, the son of Pandu, seated in the chariot bearing the flag marked with Hanuman, took up his bow and prepared to shoot his arrows. O King, after looking at the sons of Dhritarashtra drawn in military array, Arjuna then spoke to Lord Krishna these words.”

Kemudian Arjuna yang berdiri di kereta perangnya yang berlambangkan kera (Hanoman) memandang barisan putra-putra Dhrtarastra yang siap dengan senjata-senjatanya, lalu mulai mengangkat busur panahnya

1-21 & 1-22

arjuna uvaca
senayor ubhayor madhye
ratham sthapaya me ’cyuta
yavad etan nirikse ’ham
yoddhu-kaman avasthitan

kair maya saha yoddhavyam
asmin rana-samudyame

“Arjuna said: O infallible one, please draw my chariot between the two armies so that I may see those present here, who desire to fight, and with whom I must contend in this great trial of arms.”

Dan wahai Sang Penguasa bhumi (Dhrtarastra), ia kemudian berkata kepada Hrsikesa (Krsna). Arjuna berkata: Arahkan dan tempatkan keretaku ini di tengah-tengah antara kedua pasukan (yang saling berhadapan) ini, wahai Acyuta (Krsna)

Supaya aku dapat mengetahui mereka yang siap dan bernafsu sekali untuk berperang; yang harus aku hadapi dalam pertempuran yang akan segera terjadi ini

1-23

yotsyamanan avekse ’ham
ya ete ’tra samagatah
dhartarastrasya durbuddher
yuddhe priya-cikirsavah

“Let me see those who have come here to fight, wishing to please the evil-minded son of Dhritarashtra.”

Dan aku ingin sekali melihat sendiri mereka yang berkumpul di sini, yang siap bertempur dan bernafsu sekali untuk mendapatkan apa-apa yang sangat disukai oleh putra Dhrtarastra yang berbudi jahat itu dalam peperangan ini.

1-24

sanjaya uvaca
evam ukto hrsikeso
gudakesena bharata
senayor ubhayor madhye
sthapayitva rathottamam

“Sanjaya said: O descendant of Bharata, having thus been addressed by Arjuna, Lord Krishna drew up the fine chariot in the midst of the armies of both parties.”

Sanjaya berkata:
Wahai Bharata (Dhrtarastra), setelah Gudakesa (Arjuna) berkata kepada Hrsikesa (Krsna), maka Sri Krsna menempatkan kereta perang yang sangat indah itu di tengah-tengah antara kedua pasukan yang saling berhadapan

1-25

bhisma-drona-pramukhatah
sarvesam ca mahi-ksitam
uvaca partha pasyaitan
samavetan kurun iti

“In the presence of Bhishma, Drona and all the other chieftains of the world, the Lord said, Just behold, Partha, all the Kurus assembled here.”

Di hadapan Bhisma, Drona dan semua pimpinan pasukan dan bersabda “Wahai Partha (Arjuna), lihatlah seluruh warga keluarga wangsa Kuru telah berkumpul bersama-sama di sini?

1-26

tatrapasyat sthitan parthah
pitrn atha pitamahan
acaryan matulan bhratrn
putran pautran sakhims tatha
svasuran suhridas caiva
senayor ubhayor api

“There Arjuna could see, within the midst of the armies of both parties, his fathers, grandfathers, teachers, maternal uncles, brothers, sons, grandsons, friends, and also his fathers-in-law and well-wishers.”

Kemudian di sana Partha menyaksikan berdiri dalam kedua barisan itu, para bapak, kakek, guru, paman, saudara sepupu, anak, cucu demikian pula para sekutu.

1-27

tan samiksya sa kaunteyah
sarvan bandhun avasthitan
kripaya parayavisto
visidann idam abravit

“When the son of Kunti, Arjuna, saw all these different grades of friends and relatives, he became overwhelmed with compassion and spoke thus.”

Dan juga para mertua dan teman sejawat pada kedua pasukan tersebut. Dan ketika putra Kunti (Arjuna) menyaksikan seluruh sanak keluarganya berdiri berbaris di sana. Ia diliputi dengan perasaan kasihan dan duka cita yang mendalam, sambil mengucapkan kata-kata ini:

1-28

arjuna uvaca
drstvemam sva-janam krishna
yuyutsum samupasthitam
sidanti mama gatrani
mukham ca parisusyati

“Arjuna said: My dear Krishna, seeing my friends and relatives present before me in such a fighting spirit, I feel the limbs of my body quivering and my mouth drying up.”

Arjuna berkata:
Bila aku menyaksikan orang-orangku sendiri yang berbaris dan bernafsu sekali untuk bertempur, wahai Krsna, anggota badanku terasa lemas, mulutku terasa kering.

1-29

vepathus ca sarire me
roma-harsas ca jayate
gandivam sramsate hastat
tvak caiva paridahyate

“My whole body is trembling, my hair is standing on end, my bow Gandiva is slipping from my hand, and my skin is burning.”

Sekujur tubuhku gemetaran dan bulu romaku merinding. (Busur) Gandiva terlepas dari tanganku dan kulitku terasa terbakar seluruhnya.

1-30

na ca saknomy avasthatum
bhramativa ca me manah
nimittani ca pasyami
viparitani keshava

“I am now unable to stand here any longer. I am forgetting myself, and my mind is reeling. I see only causes of misfortune, O Krishna, killer of the Keshi demon.”

Aku tak mampu untuk berdiri tegak dan pikiranku kacau. Dan aku melihat tanda-tanda buruk, wahai Kesava (Krsna), di mana aku tidak melihat kebaikan sama sekali dengan membunuh sanak keluarga sendiri dalam pertempuran ini.

1-31

na ca sreyo ’nupasyami
hatva sva-janam ahave
na kankse vijayam krishna
na ca rajyam sukhani ca

“I do not see how any good can come from killing my own kinsmen in this battle, nor can I, my dear Krishna, desire any subsequent victory, kingdom, or happiness.”

Aku tidak menginginkan kemenangan lagi, wahai Krsna, ataupun kerajaan maupun kesenangan; wahai Govinda (Krsna), apa gunanya lagi kerajaan ini bagi kita, demikian pula kenikmatan dan kehidupan ini sendiri.

1-32, 1-33, 1-34, & 1-35

kim no rajyena govinda
kim bhogair jivitena va
yesham arthe kanksitam no
rajyam bhogah sukhani ca

ta ime ’vasthita yuddhe
pranams tyaktva dhanani ca
acaryah pitarah putras
tathaiva ca pitamahah

matulah svasurah pautrah
syalah sambandhinas tatha
etan na hantum icchami
ghnato ’pi madhusudana

api trailokya-rajyasya
hetoh kim nu mahi-krte
nihatya dhartarastran nah
ka pritih syaj janardana

“O Govinda, of what avail to us are a kingdom, happiness or even life itself when all those for whom we may desire them are now arrayed on this battlefield? O Madhusudana, when teachers, fathers, sons, grandfathers, maternal uncles, fathers-in-law, grandsons, brothers-in-law and other relatives are ready to give up their lives and properties and are standing before me, why should I wish to kill them, even though they might otherwise kill me? O maintainer of all living entities, I am not prepared to fight with them even in exchange for the three worlds, let alone this earth. What pleasure will we derive from killing the sons of Dhritarashtra?”

Demi untuk siapakah kita serta mereka yang berdiri di sini berperang dengan mengorbankan nyawa dan harta benda, menginginkan kerajaan, kenikmatan dan kesenangan ini? Para guru, ayah, putra-putra dan juga para kakek, paman, mertua, cucu, ipar dan kaum kerabat (lainnya). Wahai Madhusudana (Krsna), aku tak ingin membunuh mereka, walaupun mereka membunuhku; kendatipun akan memerintah di ketiga dunia ini, apalagi hanya untuk dunia ini saja? Kesenangan apakah yang akan kita peroleh setelah membunuh putra-putra Dhrtarastra ini, wahai Janardana (Krsna)? Yang pasti hanyalah dosa bagi kita bila membunuh si durjana ini.

1-36

papam evasrayed asman
hatvaitan atatayinah
tasman narha vayam hantum
dhartarastran sa-bandhavan
sva-janam hi katham hatva
sukhinah syama madhava

“Sin will overcome us if we slay such aggressors. Therefore it is not proper for us to kill the sons of Dhritarashtra and our friends. What should we gain, O Krishna, husband of the goddess of fortune, and how could we be happy by killing our own kinsmen?”

Karena itu, tidak patut kita membunuh kaum kerabat kita sendiri, putra-putra Dhrtarastra itu. Sesungguhnya, bagaimana mungkin kita dapat bahagia, wahai Madhava (Krsna), apabila kita membunuh keluarga sendiri?

1-37 &-38

yady apy ete na pasyanti
lobhopahata-cetasah
kula-ksaya-kritam dosam
mitra-drohe ca patakam

katham na jneyam asmabhih
papad asman nivartitum
kula-ksaya-kritam dosam
prapasyadbhir janardana

“O Janardana, although these men, their hearts overtaken by greed, see no fault in killing one’s family or quarreling with friends, why should we, who can see the crime in destroying a family, engage in these acts of sin?”

Walaupun bagi mereka yang pikirannya dikuasai oleh ketamakan, tidak melihat kesalahan dalam pemusnahan keluarga dan tidak merasa berbuat jahat dalam membasmi kawan. Mengapa kita tidak memiliki kebijaksanaan untuk berpaling dari dosa semacam ini, wahai Janardana (Krsna); kita yang melihat kesalahan dalam memusnahkan sanak keluarga ini?

1-39

kula-ksaye pranasyanti
kula-dharmah sanatanah
dharme naste kulam krtsnam
adharmo ’bhibhavaty uta

“With the destruction of dynasty, the eternal family tradition is vanquished, and thus the rest of the family becomes involved in irreligion.”

Dalam hancurnya keluarga, hukum-hukum tradisinya juga musnah; dan apabila hukum-hukum itu lenyap, maka keseluruhan keluarga juga akan berakibat menjadi tanpa dasar hukum

1-40

adharmabhibhavat krishna
pradusyanti kula-striyah
strisu dustasu varsneya
jayate varna-sankarah

“When irreligion is prominent in the family, O Krishna, the women of the family become polluted, and from the degradation of womanhood, O descendant of Vrishni, comes unwanted progeny.”

Dan apabila tirani merajalela, wahai Varsneya (Krsna), para kaum wanita dari keluarga akan menjadi ternoda dan bila para wanita telah ternoda, tatanan warna asrama menjadi kacau tidak karuan

1-41

sankaro narakayaiva
kula-ghnanam kulasya ca
patanti pitaro hy esam
lupta-pindodaka-kriyah

“An increase of unwanted population certainly causes hellish life both for the family and for those who destroy the family tradition. The ancestors of such corrupt families fall down, because the performances for offering them food and water are entirely stopped.”

Kekacauan moral ini akan membawa keluarga itu sendiri ke dalam neraka, demikian pula para pembunuhnya. Karenanya, roh-roh para leluhur akan jatuh karena ketiadaan persembahan nasi dan air bagi mereka

1-42

dosair etaih kula-ghnanam
varna-sankara-karakaih
utsadyante jati-dharmah
kula-dharmas ca sasvatah

“By the evil deeds of those who destroy the family tradition and thus give rise to unwanted children, all kinds of community projects and family welfare activities are devastated.”

Oleh perbuatan keliru yang dilakukan para penghancur keluarga tersebut dan yang mengacaukan keberadaan varna asrama, hukum-hukum kasta yang sudah lama berlalu dan juga keluarga itupun akan hancur

1-43

utsanna-kula-dharmanam
manushyanam janardana
narake niyatam vaso
bhavatity anususruma

“O Krishna, maintainer of the people, I have heard by disciplic succession that those who destroy family traditions dwell always in hell.”

Dan kita semua telah mendengar, wahai Janardana (Krsna) bahwa orang-orang dari keluarga-keluarga yang hukum-hukum tradisinya termusnahkan, pasti akan dicampakkan di neraka

1-44

aho bata mahat papam
kartum vyavasita vayam
yad rajya-sukha-lobhena
hantum sva-janam udyatah

“Alas, how strange it is that we are preparing to commit greatly sinful acts. Driven by the desire to enjoy royal happiness, we are intent on killing our own kinsmen.”

Aduh, betapa besar dosa yang kita tanggung dalam usaha kita membunuh orang-orang (keluarga) kita sendiri, akibat dari perasaan tamak akan kenikmatan memiliki kerajaan

1-45

yadi mam apratikaram
ashastram shastra-panayah
dhartarastra rane hanyus
tan me kshemataram bhavet

“Better for me if the sons of Dhritarashtra, weapons in hand, were to kill me unarmed and unresisting on the battlefield.”

Jauh lebih baik bagiku, apabila putra-putra Dhrtarastra dengan senjata di tangan membunuhku dalam pertempuran, sementara aku tetap tak melawan dan tanpa senjata

1-46

sanjaya uvaca
evam uktvarjunah sankhye
rathopastha upavisat
visrjya sa-saram capam
soka-samvigna-manasah

“Sanjaya said: Arjuna, having thus spoken on the battlefield, cast aside his bow and arrows and sat down on the chariot, his mind overwhelmed with grief.”

Sanjaya berkata:
Setelah berkata demikian, di medan pertempuran itu, Arjuna duduk terhenyak di keretanya, membuang busur dan anak-anak panahnya, dengan semangat yang diliputi oleh kedukaan

Dalam Upanisad dari Bhagavadgita, ilmu pengetahuan Yang Mutlak, sastra Yoga dan percakapan antara Sri Krsna dan Arjuna, ini merupakan bab pertama yang berjudul ‘Keragu-raguan Arjuna’.

Bhagavad Gita – Bab II

Atha Dwitiyo ‘Dhyayah
Bab II

Samkhya Yoga

2-1

sanjaya uvaca
tam tatha kripayavistam
asru-purnakuleksanam
visidantam idam vakyam
uvaca madhusudanah

“Sanjaya said: Seeing Arjuna full of compassion, his mind depressed, his eyes full of tears, Madhusudana, Krishna, spoke the following words.”

Sanjaya berkata:
Kepada (yang) diliputi dengan perasaan belas kasihan; yang pelupuk matanya dipenuhi dengan air mata dan kesedihan yang mendalam serta tertekan dalam pikirannya, Madhusudana (Krsna) berkata sebagai berikut:

2-2

sri-bhagavan uvaca
kutas tva kasmalam idam
visame samupasthitam
anarya-justam asvargyam
akirti-karam arjuna

“The Supreme Personality of Godhead said: My dear Arjuna, how have these impurities come upon you? They are not at all befitting a man who knows the value of life. They lead not to higher planets but to infamy.”

Sri Bhagavan (Krsna) bersabda:
Dari manakah datangnya kedukaan dan patah semangat di saat yang kritis ini? (Sifat yang demikian) itu tak dikenal oleh orang-orang mulia (tidak diperkenankan oleh orang-orang Aryan); ia tak akan membawa(mu) menuju surga (dan di bumi ini) itu akan menyebabkan dipermalukan (orang), wahai Arjuna

2-3

klaibyam ma sma gamah partha
naitat tvayy upapadyate
ksudram hridaya-daurbalyam
tyaktvottistha parantapa

“O son of Pritha, do not yield to this degrading impotence. It does not become you. Give up such petty weakness of heart and arise, O chastiser of the enemy.”

Jangan biarkan kelemahan itu, wahai Partha (Arjuna), karena hal ini bukan sifatmu. Buanglah sikap pengecut yang tidak ada artinya ini dan bangkitlah, wahai Parantapa (penakluk musuh-musuh; Arjuna)

2-4

arjuna uvaca
katham bhismam aham sankhye
dronam ca madhusudana
isubhih pratiyotsyami
pujarhav ari-sudana

“Arjuna said: O killer of enemies, O killer of Madhu, how can I counterattack with arrows in battle men like Bhishma and Drona, who are worthy of my worship?”

Arjuna berkata:
Bagaimana (mungkin) aku mampu menyerang kakek Bhisma dan guru Drona, yang patut kuhormati itu, wahai Madhusudana (Krsna), dengan menggunakan anak-anak panah dalam pertempuran ini, wahai Arisudana (pembantai musuh-musuh; Krsna)

2-5

gurun ahatva hi mahanubhavan
sreyo bhoktum bhaiksyam apiha loke
hatvartha-kamams tu gurun ihaiva
bhunjiya bhogan rudhira-pradigdhan

“It would be better to live in this world by begging than to live at the cost of the lives of great souls who are my teachers. Even though desiring worldly gain, they are superiors. If they are killed, everything we enjoy will be tainted with blood.”

Di dunia ini lebih baik menjadi pengemis peminta-minta dari pada membunuh para guru mulia ini. Walaupun mereka mabuk duniawi, mereka tetap sebagai guruku; dan dengan membunuhnya, aku hanya akan menikmati kesenangan duniawi ini dengan lumuran darah.

2-6

na caitad vidmah kataran no gariyo
yad va jayema yadi va no jayeyuh
yan eva hatva na jijivisamas
te ’vasthitah pramukhe dhartarastrah

“Nor do we know which is better—conquering them or being conquered by them. If we killed the sons of Dhritarashtra, we should not care to live. Yet they are now standing before us on the battlefield.”

Kita tidak tahu pasti yang manakah yang lebih baik; apakah kita menumpas mereka ataukah mereka menumpas kita. Putra-putra Dhrtarastra yang apabila kita bunuh dan tidak memperdulikan kehidupannya, semuanya berdiri di depan kita dalam formasi siap tempur.

2-7

karpanya-dosopahata-svabhavah
prcchami tvam dharma-sammudha-cetah
yac chreyah syan niscitam bruhi tan me
shishyas te ’ham sadhi mam tvam prapannam

“Now I am confused about my duty and have lost all composure because of miserly weakness. In this condition I am asking You to tell me for certain what is best for me. Now I am Your disciple, and a soul surrendered unto You. Please instruct me.”

Keadaanku merasa terpukul oleh kelemahan akan rasa iba (sentimental) dan pikiranku bingung tentang tugas kewajibanku. Aku bertanya kepada-Mu, jelaskanlah secara pasti, manakah yang lebih baik. Aku adalah murid-Mu, jelaskanlah padaku, yang berlindung pada-Mu.

2-8

na hi prapasyami mamapanudyad
yac chokam ucchosanam indriyanam
avapya bhumav asapatnam rddham
rajyam suranam api cadhipatyam

“I can find no means to drive away this grief which is drying up my senses. I will not be able to dispel it even if I win a prosperous, unrivaled kingdom on earth with sovereignty like the demigods in heaven.”

Aku tidak melihat apa yang akan menyingkirkan kesedihan yang menghentikan indra-indraku ini, walaupun aku menjadi kaya dan mendapatkan kerajaan yang tak tertandingi di bumi ini, ataupun penguasaan atas para dewa

2-9

sanjaya uvaca
evam uktva hrishikesham
gudakeshah parantapah
na yotsya iti govindam
uktva tusnim babhuva ha

“Sanjaya said: Having spoken thus, Arjuna, chastiser of enemies, told Krishna, “Govinda, I shall not fight,” and fell silent.”

Sanjaya berkata:
Setelah mengutarakan keluhannya kepada Hrsikesa (Krsna), Gudakesa (Arjuna) yang perkasa berkta kepada Govinda (Krsna): “Aku tak mau bertempur”, dan diam terhenyak.

2-10

tam uvaca hrishikeshah
prahasann iva bharata
senayor ubhayor madhye
visidantam idam vacah

“O descendant of Bharata, at that time Krishna, smiling, in the midst of both the armies, spoke the following words to the grief-stricken Arjuna.”

Kepada yang tertimpa perasaan tertekan di tengah-tengah kedua pasukan itu, wahai Bharata (Dhrtarastra), sambil tersenyum Hrsikesa (Krsna) menyampaikan kata-kata ini:

2-11

sri-bhagavan uvaca
asocyan anvasocas tvam
prajna-vadams ca bhasase
gatasun agatasums ca
nanusocanti panditah

“The Supreme Personality of Godhead said: While speaking learned words, you are mourning for what is not worthy of grief. Those who are wise lament neither for the living nor for the dead.”

Sri Bhagava (Krsna) bersabda:
Engkau bersedih terhadap mereka yang tak patut kamu sedihi, namun kamu berbicara tentang kebijaksanaan. Orang bijaksana tak akan bersedih baik terhadap mereka yang hidup maupun yang mati

2-12

na tv evaham jatu nasam
na tvam neme janadhipah
na caiva na bhavisyamah
sarve vayam atah param

“Never was there a time when I did not exist, nor you, nor al these kings; nor in the future shall any of us cease to be.”

Tak pernah ada saat-saat dimana Aku, engkau dan para raja manusia tak pernah ada, ataupan akan senantiasa ada nantinya, manakala kita semua berhenti adanya

2-13

dehino ’smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara
tatha dehantara-praptir
dhiras tatra na muhyati

“As the embodied soul continuously passes, in this body, from boyhood to youth to old age, the soul similarly passes into another body at death. A sober person is not bewildered by such a change.”

Seperti halnya sang roh yang melewatkan waktunya dalam badan ini dari masa kanak-kanak, remaja dan usia tua, demikian juga bila ia berpindah ke badan yang lainnya. Orang bijaksana tak akan terbingungkan oleh hal ini.

2-14

matra-sparshas tu kaunteya
sitosna-sukha-duhkha-dah
agamapayino ’nityas
tams titiksasva bharata

“O son of Kunti, the nonpermanent appearance of happiness and distress, and their disappearance in due course, are like the appearance and disappearance of winter and summer seasons. They arise from sense perception, O scion of Bharata, and one must learn to tolerate them without being disturbed.”

Hubungannya dengan obyek-obyek indranya, wahai Kaunteya (putra Kunti; Arjuna), menimbulkan panas dan dingin, suka dan duka. Semuanya muncul dan lenyap, tak abadi, (karenanya belajarlah untuk menanggungnya, wahai Bharata (Arjuna)

2-15

yam hi na vyathayanty ete
purusham purusharsabha
sama-duhkha-sukham dhiram
so ’mrtatvaya kalpate

“O best among men [Arjuna], the person who is not disturbed by happiness and distress and is steady in both is certainly eligible for liberation.”

Orang yang tak tergoyahkan oleh hal-hal ini, wahai pemimpin di antara manusia (Arjuna), yang tegap (menganggap) sama dalam menerima kedukaan dan kesenangan, yang bijaksana menjadikan dirinya layak untuk hidup abadi.

2-16

nasato vidyate bhavo
nabhavo vidyate satah
ubhayor api drsto ’ntas
tv anayos tattva-darshibhih

“Those who are seers of the truth have concluded that of the nonexistent [the material body] there is no endurance and of the eternal [the soul] there is no change. This they have concluded by studying the nature of both.”

Yang bukan keberadaan, tak akan pernah ada; dari keberadaan ini tak akan berhenti adanya. Kedua hal ini telah dipahami oleh para pengamat kebenaran.

2-17

avinasi tu tad viddhi
yena sarvam idam tatam
vinasam avyayasyasya
na kascit kartum arhati

“That which pervades the entire body you should know to be indestructible. No one is able to destroy that imperishable soul.”

Ketahuilah bahwa yang meliputi semuanya ini tak dapat dimusnahkan. Terhadap keberadaan yang abadi ini, tak seorangpun dapat memusnahkannya.

2-18

antavanta ime deha
nityasyoktah saririnah
anasino ’prameyasya
tasmad yudhyasva bharata

“The material body of the indestructible, immeasurable and eternal living entity is sure to come to an end; therefore, fight, O descendant of Bharata.”

Dikatakan bahwa badan dari perwujudan (roh) abadi yang tak termusnahkan dan yang tak terpahami ini akan berakhir juga. Oleh karena itu bertempurlan, wahai Bharata (Arjuna).

2-19

ya enam vetti hantaram
yas cainam manyate hatam
ubhau tau na vijanito
nayam hanti na hanyate

“Neither he who thinks the living entity the slayer nor he who thinks it slain is in knowledge, for the self slays not nor is slain.”

Ia yang berpikir bahwa Ia membunuh dan ia yang berpikir bahwa Ia terbunuh; keduanya gagal untuk memahami kebenaran; (karena) Dia tak membunuh maupun terbunuh.

2-20

na jayate mriyate va kadacin
nayam bhutva bhavita va na bhuyah
ajo nityah sasvato ’yam purano
na hanyate hanyamane sarire

“For the soul there is neither birth nor death at any time. He has not come into being, does not come into being, and will not come into being. He is unborn, eternal, ever-existing and primeval. He is not slain when the body is slain.”

Dia tak pernah lahir ataupun mati kapanpun juga, demikian pula setelah ada tak akan berhenti untuk tetap ada. Dia tak terlahirkan, kekal, abadi dan dari jaman dahulu tetap demikian selamanya. Dia tak akan terbunuh manakala badan terbunuh.

2-21

vedavinasinam nityam
ya enam ajam avyayam
katham sa purushah partha
kam ghatayati hanti kam

“O Partha, how can a person who knows that the soul is indestructible, eternal, unborn and immutable kill anyone or cause anyone to kill?”

Ia yang mengetahui bahwa Dia tak termusnahkan dan abadi, tak terciptakan dan kekal, bagaimana pribadi semacam itu dapat membunuh seseorang, waha Partha (Arjuna), ataupun menyebabkan seseorang untuk membunuh?

2-22

vasamsi jirnani yatha vihaya
navani grhnati naro ’parani
tatha sarirani vihaya jirnany
anyani samyati navani dehi

“As a person puts on new garments, giving up old ones, the soul similarly accepts new material bodies, giving up the old and useless ones.”

Bagaikan seseorang yang menanggalkan pakaian usang dan mengenakan pakaian lain yang baru, demikianlah roh yang berwujud mencampakkan badan lama yang telah usang dan mengenakan badan jasmani yang baru.

2-23

nainam chindanti shastrani
nainam dahati pavakah
na cainam kledayanty apo
na sosayati marutah

“The soul can never be cut to pieces by any weapon, nor burned by fire, nor moistened by water, nor withered by the wind.”

Senjata tak dapat melukai sang diri ini; api tak dapat membakar-Nya; air tak dapat membasahi-Nya dan anginpun tak dapat mengeringkan-Nya.

2-24

acchedyo ’yam adahyo ’yam
akledyo ’sosya eva ca
nityah sarva-gatah sthanur
acalo ’yam sanatanah

“This individual soul is unbreakable and insoluble, and can be neither burned nor dried. He is everlasting, present everywhere, unchangeable, immovable and eternally the same.”

Dia tak dapat dilukai ataupun dibakar; Dia juga tak terbasahi ataupun terkeringkan. Dia bersifat abadi, meliputi segalanya, tak berubah dan tak bergerak; dan tetap sama selamanya.

2-25

avyakto ’yam acintyo ’yam
avikaryo ’yam ucyate
tasmad evam viditvainam
nanusocitum arhasi

“It is said that the soul is invisible, inconceivable and immutable. Knowing this, you should not grieve for the body.”

Dia dikatakan tak termanifestasikan, tak terpikirkan dan tak berubah-ubah. Oleh karena itu, ketahuilah Dia sebagaimana adanya, engkau hendaknya jangan berduka.

2-26

atha cainam nitya-jatam
nityam va manyase mrtam
tathapi tvam maha-baho
nainam socitum arhasi

“If, however, you think that the soul [or the symptoms of life] is always born and dies forever, you still have no reason to lament, O mighty-armed.”

Walaupun seandainya engkau berpikir bahwa sang diri itu terus menerus lahir dan mati, namun, wahai yang berlengan perkasa (Arjuna), janganlah engkau bersedih

2-27

jatasya hi dhruvo mrityur
dhruvam janma mrtasya ca
tasmad apariharye ’rthe
na tvam socitum arhasi

“One who has taken his birth is sure to die, and after death one is sure to take birth again. Therefore, in the unavoidable discharge of your duty, you should not lament.”

Bagi seseorang yang lahir, kematian sudahlah pasti dan pasti ada kelahiran bagi mereka yang mati; sehingga terhadap hal yang tak terelakkan ini, janganlah engkau berduka.

2-28

avyaktadini bhutani
vyakta-madhyani bharata
avyakta-nidhanany eva
tatra ka paridevana

“All created beings are unmanifest in their beginning, manifest in their interim state, and unmanifest again when annihilated. So what need is there for lamentation?”

Makhluk-makhluk pada awalnya tak berwujud, berwujud di tengah-tengah dan tak berwujud kembali pada akhirnya, wahai Bharata (Arjuna). Apa yang mesti diratapi?

2-29

ascarya-vat pasyati kascid enam
ascarya-vad vadati tathaiva canyah
ascarya-vac cainam anyah srnoti
srutvapy enam veda na caiva kascit

“Some look on the soul as amazing, some describe him as amazing, and some hear of him as amazing, while others, even after hearing about him, cannot understand him at all.”

Seseorang memandang-Nya sebagai mengherankan, yang lain membicarakan tentang Dia sebagai suatu yang mengherankan; yang lainnya lagi mendengar tentang Dia sebagai sesuatu yang mengherankan; namun setelah mendengarkan ini, tak seorangpun dapat memahami-Nya.

2-30

dehi nityam avadhyo ’yam
dehe sarvasya bharata
tasmat sarvani bhutani
na tvam socitum arhasi

“O descendant of Bharata, he who dwells in the body can never be slain. Therefore you need not grieve for any living being.”

Penghuni badan setiap orang, wahai Bharata (Arjuna), semuanya abadi dan tak pernah dapat dibunuh. Karenanya, engkau tak perlu bersedih atas kematian makhluk apapun.

2-31

sva-dharmam api caveksya
na vikampitum arhasi
dharmyad dhi yuddhac chreyo ’nyat
kshatriyasya na vidyate

“Considering your specific duty as a kshatriya, you should know that there is no better engagement for you than fighting on religious principles; and so there is no need for hesitation.”

Selanjutnya, setelah menyadari akan tugas kewajibanmu, engkau hendaknya jangan gentar; karena di sana tak ada kebaikan yang lebih besar bagi seorang Ksatriya dibandingkan dengan pertempuran yang dibarengi dengan kewajiban untuk melakukan hal itu.

2-32

yadrcchaya copapannam
svarga-dvaram apavrtam
sukhinah kshatriyah partha
labhante yuddham idrsam

“O Partha, happy are the kshatriyas to whom such fighting opportunities come unsought, opening for them the doors of the heavenly planets.”

Berbahagialah para Ksatriya, wahai Partha (Arjuna), yang mendapat kesempatan berperang seperti itu, karena tanpa harus berusaha keras, pintu surga telah terbuka baginya.

2-33

atha cet tvam imam dharmyam
sangramam na karishyasi
tatah sva-dharmam kirtim ca
hitva papam avapsyasi

“If, however, you do not perform your religious duty of fighting, then you will certainly incur sins for neglecting your duties and thus lose your reputation as a fighter.”

Tetapi, apabila engkau tidak melakukan perang menegakkan keadilan ini, lalu engkau akan melaksanakan kewajiban dan kehilangan kehormatanmu serta tertimpa oleh dosa-dosa.

2-34

akirtim capi bhutani
kathayisyanti te ’vyayam
sambhavitasya cakirtir
maranad atiricyate

“People will always speak of your infamy, and for a respectable person, dishonor is worse than death.”

Di samping itu, orang akan terus membicarakan nama burukmu dan bagi seseorang yang terhormat, mendapat nama buruk itu lebih menyakitkan dari pada kematian..

2-35

bhayad ranad uparatam
mamsyante tvam maha-rathah
yesham ca tvam bahu-mato
bhutva yasyasi laghavam

“The great generals who have highly esteemed your name and fame will think that you have left the battlefield out of fear only, and thus they will consider you insignificant.”

Para pahlawan agung akan mengira bahwa engkau telah mengundurkan diri dari pertempuran karena takut (pengecut) dan mereka yang pernah memujamu akan menganggapmu hina dan mencemooh dirimu

2-36

avacya-vadams ca bahun
vadisyanti tavahitah
nindantas tava samarthyam
tato duhkhataram nu kim
“Your enemies will describe you in many unkind words and scorn your ability. What could be more painful for you?”

Banyak caci makin dilontarkan kepadamu oleh musuh-musuhmu, dengan meremehkan serta merendahkan kekuatannmu. Adakah yang lebih menyedihkan dari hal itu?

2-37

hato va prapsyasi svargam
jitva va bhoksyase mahim
tasmad uttistha kaunteya
yuddhaya krta-niscayah

“O son of Kunti, either you will be killed on the battlefield and attain the heavenly planets, or you will conquer and enjoy the earthly kingdom. Therefore get up and fight with determination.”

Andaikatapun engkau tewas, engkau akan pergi ke surga, atau kalau engkau menang, engkau akan menikmati dunia ini; oleh karena itu bangkitlah, wahai putra Kunti (Arjuna), maju bertempur.

2-38

sukha-duhkhe same kritva
labhalabhau jayajayau
tato yuddhaya yujyasva
naivam papam avapsyasi

“Do thou fight for the sake of fighting, without considering happiness or distress, loss or gain, victory or defeat—and by so doing you shall never incur sin.”

Dengan menganggap senang dan menderita, laba dan rugi, menang dan kalah, kemudian siap untuk bertempur. Dengan demikian engkau tidak melakukan dosa.

2-39

esa te ’bhihita sankhye
buddhir yoge tv imam shrinu
buddhya yukto yaya partha
karma-bandham prahasyasi

“Thus far I have described this knowledge to you through analytical study. Now listen as I explain it in terms of working without fruitive results. O son of Pritha, when you act in such knowledge you can free yourself from the bondage of works.”

Inilah kebijaksanaan Samkhya yang kuberikan padamu, wahai Partha (Arjuna). Sekarang dengarkan kebijaksanaan Yoga dan apabila kecerdasanmu mampu memahaminya, engkau akan mampu melepaskan ikatan karma.

2-40

nehabhikrama-naso ’sti
pratyavayo na vidyate
sv-alpam apy asya dharmasya
trayate mahato bhayat

“In this endeavor there is no loss or diminution, and a little advancement on this path can protect one from the most dangerous type of fear.”

Di jalan ini, tak ada usaha yang sia-sia dan tak ada rintangan yang tak teratasi; bahkan walaupun sedikit dari dharma ini sudah cukup untuk membebaskan dari ketakutan yang mengerikan.

2-41

vyavasayatmika buddhir
ekeha kuru-nandana
bahu-sakha hy anantas ca
buddhayo ’vyavasayinam

“Those who are on this path are resolute in purpose, and their aim is one. O beloved child of the Kurus, the intelligence of those who are irresolute is many-branched.”

Dalam hal ini, wahai Kurunandana (Arjuna), yang pikirannya sudah bulat, pemahamannya menyatu; sedangkan yang pikirannya masih ragu-ragu, pemahamannya bercabang dan tak ada habis-habisnya.

2-42 & 2-43

yam imam puspitam vacam
pravadanty avipascitah
veda-vada-ratah partha
nanyad astiti vadinah
kamatmanah svarga-para
janma-karma-phala-pradam
kriya-visesa-bahulam
bhogaisvarya-gatim prati

“Men of small knowledge are very much attached to the flowery words of the Vedas, which recommend various fruitive activities for elevation to heavenly planets, resultant good birth, power, and so forth. Being desirous of sense gratification and opulent life, they say that there is nothing more than this.”

Orang-orang munafik, yang hanya mempercayai apa yang tersurat dalam kita Veda yang menyatakan bahwa tak ada hal lainnya lagi, wahai Partha, sifatnya hanya berdasarkan pada keinginan dan nafsu untuk mencapai surga dan mereka menyatakan kata-kata yang muluk-muluk bahwa kelahiran kembali merupakan hasil dari kegiatan kerja; dan untuk mendapatkan kenikmatan dan kekuasan mereka mengajarkan berbagai macam upacara ritual khusus.

2-44

bhogaisvarya-prasaktanam
tayapahrta-cetasam
vyavasayatmika buddhih
samadhau na vidhiyate

“In the minds of those who are too attached to sense enjoyment and material opulence, and who are bewildered by such things, the resolute determination for devotional service to the Supreme Lord does not take place.”

Kecerdasan yang membedakan antara benar dan salah dari mereka yang terikat dengan kenikmatan dan kekuasaan serta mereka yang pikirannya terpengaruhi oleh kata-kata (Veda) yang semacam itu tak akan dapat berkonsentrasi pada sang Diri.

2-45

trai-gunya-visaya veda
nistrai-gunyo bhavarjuna
nirdvandvo nitya-sattva-stho
niryoga-ksema atmavan

“The Vedas deal mainly with the subject of the three modes of material nature. O Arjuna, become transcendental to these three modes. Be free from all dualities and from all anxieties for gain and safety, and be established in the self.”

Kegiatan dari triguna (tiga sifat alam) aadlah masalah pokok dari kitab Veda, tetapi engkau hendaknya membebaskan dirimu dari padanya, wahai Arjuna, bebaskan pula dirimu dari dualitas (pasangan yang saling bertentangan) dan mantapkan pikiranmu pada kemurnian, jangan memperdulikan tentang masalah duniawi dan berkonsentrasi pada sang Diri.

2-46

yavan artha udapane
sarvatah samplutodake
tavan sarveshu vedesu
brahmanasya vijanatah

“All purposes served by a small well can at once be served by a great reservoir of water. Similarly, all the purposes of the Vedas can be served to one who knows the purpose behind them.”

Seperti kegunaan sebuah kolam di daerah banjir, dengan air yang melimpah di mana-mana, demikian pula kitab Veda bagi para Brahmana yang bijaksana.

2-47

karmany evadhikaras te
ma phalesu kadacana
ma karma-phala-hetur bhur
ma te sango ’stv akarmani

“You have a right to perform your prescribed duty, but you are not entitled to the fruits of action. Never consider yourself the cause of the results of your activities, and never be attached to not doing your duty.”

Tugasmu kini hanyalah berbuat dan jangan sekali-kali mengharap akan hasilnya; jangan sekali-kali hasil yang menjadi motifmu ataupun sama sekali terikat dengan tanpa kegiatan

2-48

yoga-sthah kuru karmani
sangam tyaktva dhananjaya
siddhy-asiddhyoh samo bhutva
samatvam yoga ucyate

“Perform your duty equipoised, O Arjuna, abandoning all attachment to success or failure. Such equanimity is called yoga.”

Mantapkanlah dalam Yoga dan lakukanlah kegiatanmu, wahai Dananjaya (Arjuna), lepaskan keterikatan dan tetap teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, karena ketenangan pikiran itu disebut sebagai Yoga

2-49

durena hy avaram karma
buddhi-yogad dhananjaya
buddhau saranam anviccha
kripanah phala-hetavah

“O Dhananjaya, keep all abominable activities far distant by devotional service, and in that consciousness surrender unto the Lord. Those who want to enjoy the fruits of their work are misers.”

Sungguh sangat rendah derajat mereka yang hanya bekerja tanpa pendisiplinan kecerdasan (buddhiyoga), wahai Dhananjaya (Arjuna), berlindunglah pada kecerdasan. Kasihan mereka yang mengharapkan hasil dari kegiatan kerja.

2-50

buddhi-yukto jahatiha
ubhe sukrita-duskrte
tasmad yogaya yujyasva
yogah karmasu kausalam

“A man engaged in devotional service rids himself of both good and bad actions even in this life. Therefore strive for yoga, which is the art of all work.”

Orang yang telah mempersatukan kecerdasannya dengan yang bersifat Ilahi, bahkan telah melepaskan yang baik maupun yang buruk. Karenanya, usahakanlah untuk melakukan yoga, sebab yoga merupakan ketrampilan dalam kegiatan kerja

2-51

karma-jam buddhi-yukta hi
phalam tyaktva manisinah
janma-bandha-vinirmuktah
padam gacchanty anamayam

“By thus engaging in devotional service to the Lord, great sages or devotees free themselves from the results of work in the material world. In this way they become free from the cycle of birth and death and attain the state beyond all miseries [by going back to Godhead].”

Orang bijaksana yang telah menyatukan kecerdasannya (dengan yang bersifat Ilahi), dengan melepaskan hasil dari kegiatan yang dilakukannya dan terbebas dari belenggu kelahiran kembali serta mencapai keadaan yang tanpa penderitaan lagi.

2-52

yada te moha-kalilam
buddhir vyatitarisyati
tada gantasi nirvedam
srotavyasya srutasya ca

“When your intelligence has passed out of the dense forest of delusion, you shall become indifferent to all that has been heard and all that is to be heard.”

Apabila kecerdasanmu telah melampaui kekeruhan khayalan, lalu engkau bersikap sama dan netral terhadap apa yang telah didengar maupun yang akan didengar.

2-53

shruti-vipratipanna te
yada sthasyati niscala
samadhav acala buddhis
tada yogam avapsyasi

“When your mind is no longer disturbed by the flowery language of the Vedas, and when it remains fixed in the trance of self-realization, then you will have attained the divine consciousness.”

Apabila kecerdasanmu, yang dikacaukan oleh naskah-naskah Veda telah mantap tak tergoyahkan lagi dan tetap stabil dalam samadhi, maka engkau dikatakan telah mencapai penglihatan batin (yoga)

2-54

arjuna uvaca
sthita-prajnasya ka bhasa
samadhi-sthasya keshava
sthita-dhih kim prabhaseta
kim asita vrajeta kim

“Arjuna said: O Krishna, what are the symptoms of one whose consciousness is thus merged in transcendence? How does he speak, and what is his language? How does he sit, and how does he walk?”

Arjuna bertanya:
Apakah tanda-tanda orang yang memiliki kebijaksanaan yang mantap, yang teguh dalam melakukan samadhi, wahai Kesava (Krsna)? Bagaimanakah orang yang kecerdasannya telah mantap itu berbicara, duduk dan cara berjalannya?

2-55

sri-bhagavan uvaca
prajahati yada kaman
sarvan partha mano-gatan
atmany evatmana tustah
sthita-prajnas tadocyate

“The Supreme Personality of Godhead said: O Partha, when a man gives up all varieties of desire for sense gratification, which arise from mental concoction, and when his mind, thus purified, finds satisfaction in the self alone, then he is said to be in pure transcendental consciousness.”

Sri Bhagavan bersabda:
Bilamana seseorang telah dapat menyingkirkan segala keinginannya, wahai Partha (Arjuna), dan manakala jiwanya telah merasa terpuaskan pada dirinya sendiri, maka mereka itulah yang disebut sebagai orang yang kecerdasannya stabil.

2-56

duhkhesv anudvigna-manah
sukhesu vigata-sprhah
vita-raga-bhaya-krodhah
sthita-dhir munir ucyate

“One who is not disturbed in mind even amidst the threefold miseries or elated when there is happiness, and who is free from attachment, fear and anger, is called a sage of steady mind.”

Ia yang pikirannya tak terusik di tengah-tengah kesenangan; yang nafsu, rasa takut dan kemarahannya telah lenyap, ia disebut seseorang Muni yang teguh iman.

2-57

yah sarvatranabhisnehas
tat tat prapya subhasubham
nabhinandati na dvesti
tasya prajna pratisthita

“In the material world, one who is unaffected by whatever good or evil he may obtain, neither praising it nor despising it, is firmly fixed in perfect knowledge.”

Ia yang tanpa rasa keterikatan lagi, yang tiada bersenang hati maupun bersedih dalam perolehan yang baik maupun yang buruk dikatakan berada dalam kecerdasan yang mantap

2-58

yada samharate cayam
kurmo ’nganiva sarvasah
indriyanindriyarthebhyas
tasya prajna pratisthita

“One who is able to withdraw his senses from sense objects, as the tortoise draws its limbs within the shell, is firmly fixed in perfect consciousness.”

Ia yang menarik semua indra dari obyek-obyeknya, seperti kura-kura yang menarik anggota badannya masuk ke dalam cangkangnya, demikianlah orang yang kecerdasannya seimbang dalam suka maupun duka.

2-59

visaya vinivartante
niraharasya dehinah
rasa-varjam raso ’py asya
param drishtva nivartate

“The embodied soul may be restricted from sense enjoyment, though the taste for sense objects remains. But, ceasing such engagements by experiencing a higher taste, he is fixed in consciousness.”

Obyek-obyek indra akan lenyap dari pikiran orang yang menjalani pengekangan diri, tetapi selera ke arah sana masih tetap ada Namun hal inipun akan lenyap pula apabila Yang Tertinggi telah dapat dihayati.

2-60

yatato hy api kaunteya
purushasya vipascitah
indriyani pramathini
haranti prasabham manah

“The senses are so strong and impetuous, O Arjuna, that they forcibly carry away the mind even of a man of discrimination who is endeavoring to control them.”

Walauppun seseorang senantiasa berusaha keras untuk mencapai kesempurnaan, wahai putra Kunti (Arjuna), indra-indranya yang liar akan berusaha untuk menyeret pikirannya dengan paksa.

2-61

tani sarvani samyamya
yukta asita mat-parah
vase hi yasyendriyani
tasya prajna pratisthita

“One who restrains his senses, keeping them under full control, and fixes his consciousness upon Me, is known as a man of steady intelligence.”

Setelah mengendalikan semua indranya, ia hendaknya tetap mantap dalam melaksanakan yoga yang intensif kepada-Ku; karena ia yang indra-indranya terkendalikan, kecerdasannya juga akan turut termantapkan

2-62

dhyayato visayan pumsah
sangas tesupajayate
sangat sanjayate kamah
kamat krodho ’bhijayate

“While contemplating the objects of the senses, a person develops attachment for them, and from such attachment lust develops, and from lust anger arises.”

Bila orang selalu memikirkan obyek-obyek indra, akan timbul keterikatan terhadapnya. Dari sana muncul keinginan dan dari keinginan timbullah kemarahan.

2-63

krodhad bhavati sammohah
sammohat smriti-vibhramah
smriti-bhramsad buddhi-naso
buddhi-nasat pranasyati

“From anger, complete delusion arises, and from delusion bewilderment of memory. When memory is bewildered, intelligence is lost, and when intelligence is lost one falls down again into the material pool.”

Dari kemarahan timbullah kebingungan, dari kebingungan hilangnya ingatan dan dari hilangnya ingatan, kecerdasan terhancurkan. Dari hancurnya kecerdasan membawanya pada kemusnahan.

2-64

raga-dvesa-vimuktais tu
visayan indriyais caran
atma-vasyair vidheyatma
prasadam adhigacchati

“But a person free from all attachment and aversion and able to control his senses through regulative principles of freedom can obtain the complete mercy of the Lord.”

Tetapi orang yang pikirannya mantap, yang hidup di tengah-tengah obyek-obyek indra, dengan indra-indra yang terkendalikan sempurna, bebas dari keterikatan dan kebencian, mencapai kemurnian jiwa

2-65

prasade sarva-duhkhanam
hanir asyopajayate
prasanna-cetaso hy asu
buddhih paryavatisthate

“For one thus satisfied [in Krishna consciousness], the threefold miseries of material existence exist no longer; in such satisfied consciousness, one’s intelligence is soon well established.”

Dan dalam jiwa yang murni segala penderitaan musnah dan kecerdasan dari rang semacam itu akan segera dapat dimantapkan

2-66

nasti buddhir ayuktasya
na cayuktasya bhavana
na cabhavayatah shantir
asantasya kutah sukham

“One who is not connected with the Supreme [in Krishna consciousness] can have neither transcendental intelligence nor a steady mind, without which there is no possibility of peace. And how can there be any happiness without peace?”

Bagi mereka yang pikirannya tak terkendalikan, kecerdasannya juga lenyap; demikian juga bagi pikiran yang tak terkendalikan kekuatan konsentrasinya pun lenyap. Tanpa konsentrasi tak mungkin adanya kedamaian dan ketiadaan kedamaian mana mungkin ada kebahagiaan, bukan?

2-67

indriyanam hi caratam
yan mano ’nuvidhiyate
tad asya harati prajnam
vayur navam ivambhasi

“As a strong wind sweeps away a boat on the water, even one of the roaming senses on which the mind focuses can carry away a man’s intelligence.”

Bila pkiran masih tetap mengejari indra-indra yang mengembara ia akan membawa serta kemampuan pemahaman (kecerdasan), ibarat angin yang menghanyutkan perahu di samudera luas

2-68

tasmad yasya maha-baho
nigrhitani sarvasah
indriyanindriyarthebhyas
tasya prajna pratisthita

“Therefore, O mighty-armed, one whose senses are restrained from their objects is certainly of steady intelligence.”

Oleh karena itu, wahai Yang berlengan perkasa (Arjuna), mereka yang mampu menarik indra-indra dari obyek-obyeknya, kecerdasannya pun akan termantapkan.

2-69

ya nisa sarva-bhutanam
tasyam jagarti samyami
yasyam jagrati bhutani
sa nisa pasyato muneh

“What is night for all beings is the time of awakening for the self-controlled; and the time of awakening for all beings is night for the introspective sage.”

Apa yang merupakan malam hari bagi semua makhluk, merupakan saat terjaga bagi yang berjiwa mantap; dan apa yang merupakan siang hari bagi semua makhluk, merupakan saat malam bagi jiwa yang tercerahi

2-70

apuryamanam acala-pratishtham
samudram apah pravishanti yadvat
tadvat kama yam pravishanti sarve
sa shantim apnoti na kama-kami

“A person who is not disturbed by the incessant flow of desires—that enter like rivers into the ocean, which is ever being filled but is always still—can alone achieve peace, and not the man who strives to satisfy such desires.”

Seperti semua air sungai yang mengalir menuju lautan, yang tetap tenang, demikianlah segala keinginan yang memasuki jiwa orang yang bijaksana, mencapai kedamaian dan bukan bagi mereka yang senantiasa melepaskan nafsu keinginannya.

2-71

vihaya kaman yah sarvan
pumams carati nihsprhah
nirmamo nirahankarah
sa shantim adhigacchati

“A person who has given up all desires for sense gratification, who lives free from desires, who has given up all sense of proprietorship and is devoid of false ego—he alone can attain real peace.”

Ia yang mencampakkan segala keinginannya dan bertindak bebas tanpa keinginan, tanpa perasaan “kemilikan” dan “keakuan”, akan mencapai kedamaian dalam jiwanya.

2-72

esa brahmi sthitih partha
nainam prapya vimuhyati
sthitvasyam anta-kale ’pi
brahma-nirvanam rcchati

“That is the way of the spiritual and godly life, after attaining which a man is not bewildered. If one is thus situated even at the hour of death, one can enter into the kingdom of God.”

Ini merupakan kondisi ilahi (brahmisthiti), wahai Partha, dan mereka yang telah mencapai tingkatan ini tak lagi terbingungkan; bahkan saat ajal tiba ia tetap termantapkan dalam kondisi tersebut dan mencapai kebahagian Brahman (brahmanirwana)

Di sini berakhir bab kedua dari Upanisad Bhagawadgita, ajaran tentang Brahmawidya dan yogasastra, berupa percakapan antara Sri Krsna dan Arjuna, yang berjudul ‘SAMKHYA YOGA’

Bhagavad Gita – Bab III

 Tritiyo’dhyayah
Bab III

Karma Yogah

3-1

arjuna uvaca
jyayasi cet karmanas te
mata buddhir janardana
tat kim karmani ghore mam
niyojayasi keshava

“Arjuna said: O Janardana, O Keshava, why do You want to engage me in this ghastly warfare, if You think that intelligence is better than fruitive work?”

Arjuna bertanya:
Bila Engkau beranggapan bahwa jalan ilmu pengetahuan lebih mulia dari pada jalan kegiatan, wahai Janardana (Krsna), lalu mengapa Engkau menyuruhku untuk melakukan kegiatan yang kejam ini, wahai Kesava?

3-2

vyamisreneva vakyena
buddhim mohayashiva me
tad ekam vada niscitya
yena sreyo ’ham apnuyam

“My intelligence is bewildered by Your equivocal instructions. Therefore, please tell me decisively which will be most beneficial for me.”

Dengan uraian-Mu yang membingungkan pikiranku itu, katakanlah dengan pasti satu-satunya jalan yang dapat aku jalani untuk mencapai kebahagiaan tertinggi itu.

3-3

sri-bhagavan uvaca
loke ’smin dvi-vidha nistha
pura prokta mayanagha
jnana-yogena sankhyanam
karma-yogena yoginam

“The Supreme Personality of Godhead said: O sinless Arjuna, I have already explained that there are two classes of men who try to realize the self. Some are inclined to understand it by empirical, philosophical speculation, and others by devotional service.”

Sri Bhagavan bersabda:
Wahai Anagha (Arjuna), di dunia ini sejak dahulu telah Ku-ajarkan dua macam jalan dalam kehidupan ini, yaitu: jalan pengetahuan bagi mereka yang suka melakukan perenungan dan jalan kegiatan kerja bagi mreka yang bersemangat untuk bekerja

3-4

na karmanam anarambhan
naishkarmyam purusho ’snute
na ca sannyasanad eva
siddhim samadhigacchati

“Not by merely abstaining from work can one achieve freedom from reaction, nor by renunciation alone can one attain perfection.”

Bukan dengan tidak bekerja orang mencapai kesempurnaan, ataupun hanya dengan penyangkalan kegiatan kerja orang mencapai kesempurnaan.

3-5

na hi kascit ksanam api
jatu tisthaty akarma-krt
karyate hy avasah karma
sarvah prakriti-jair gunaih

“Everyone is forced to act helplessly according to the qualities he has acquired from the modes of material nature; therefore no one can refrain from doing something, not even for a moment.”

Tak seorangpun dapat tetap tanpa melakukan kegiatan kerja walau sesaaat saja, karena setiap orang dibuat tak berdaya oleh kecenderungan-kecenderungan alam untuk melakukan kegiatan kerja

3-6

karmendriyani samyamya
ya aste manasa smaran
indriyarthan vimudhatma
mithyacarah sa ucyate

“One who restrains the senses of action but whose mind dwells on sense objects certainly deludes himself and is called a pretender.”

Mereka yang menahan organ-organ kegiatannya, namun masih tetap membayangkan segala kenikmatan indra-indranya dalam pikirannya, yang terbingungkan seperti itu dikatakan sebagai orang munafik

3-7

yas tv indriyani manasa
niyamyarabhate ’rjuna
karmendriyaih karma-yogam
asaktah sa visisyate

“On the other hand, if a sincere person tries to control the active senses by the mind and begins karma-yoga [in Krishna consciousness] without attachment, he is by far superior.”

Tetapi, orang yang dapat mengendalikan indra-indranya dengan pikiran, wahai Arjuna, dan tanpa keterikatan dengan terlibatnya organ-organ kegiatan di jalan kerja, ia adalah orang yang utama

3-8

niyatam kuru karma tvam
karma jyayo hy akarmanah
sarira-yatrapi ca te
na prasiddhyed akarmanah

“Perform your prescribed duty, for doing so is better than not working. One cannot even maintain one’s physical body without work.”

Lakukanlah kegiatan yang diperuntukkan bagimu, karena kegiatan kerja lebih baik dari pada tanpa kegiatan; dan memelihara kehidupan fisik sekalipun tak dapat dilakukan tanpa kegiatan kerja.

3-9

yajnarthat karmano ’nyatra
loko ’yam karma-bandhanah
tad-artham karma kaunteya
mukta-sangah samacara

“Work done as a sacrifice for Vishnu has to be performed, otherwise work causes bondage in this material world. Therefore, O son of Kunti, perform your prescribed duties for His satisfaction, and in that way you will always remain free from bondage.”

Kecuali kerja yang dilakukan sebagai dan untuk tujuan pengorbanan, dunia ini terbelenggu oleh kegiatan kerja. Oleh karena itu, wahai putra Kunti (Arjuna), lakukanlah kegiatanmu sebagai pengorbanan itu dan jangan terikat dengan hasilnya.

3-10

saha-yajnah prajah srstva
purovaca prajapatih
anena prasavisyadhvam
esa vo ’stv ista-kama-dhuk

“In the beginning of creation, the Lord of all creatures sent forth generations of men and demigods, along with sacrifices for Vishnu, and blessed them by saying, “Be thou happy by this yajna [sacrifice] because its performance will bestow upon you everything desirable for living happily and achieving liberation.””

Dahulu kala, Prajapati menciptakan manusia bersama-sama dengan pengorbanan dan berkata: “Dengan ini semoga engkau akan berkembang biak dan biarlah ini menjadi sapi perahan.

3-11

devan bhavayatanena
te deva bhavayantu vah
parasparam bhavayantah
sreyah param avapsyatha

“The demigods, being pleased by sacrifices, will also please you, and thus, by cooperation between men and demigods, prosperity will reign for all.”

Dengan melakukan ini engkau memelihara kelangsungan para dewa; semoga para dewata juga memberkahimu; dengan saling menghormati seperti itu, engkau akan mencapai kebajikan tertinggi.

3-12

istan bhogan hi vo deva
dasyante yajna-bhavitah
tair dattan apradayaibhyo
yo bhunkte stena eva sah

“In charge of the various necessities of life, the demigods, being satisfied by the performance of yajna [sacrifice], will supply all necessities to you. But he who enjoys such gifts without offering them to the demigods in return is certainly a thief.”

Dihormati dengan pengorbanan seperti itu, para dewa akan memberkahi kesenangan yang kamu inginkan. Ia yang menikmati pemberian ini tanpa memberi balasan kepada mereka sesungguhnya adalah seorang pencuri.

3-13

yajna-sistasinah santo
mucyante sarva-kilbisaih
bhunjate te tv agham papa
ye pacanty atma-karanat

“The devotees of the Lord are released from all kinds of sins because they eat food which is offered first for sacrifice. Others, who prepare food for personal sense enjoyment, verily eat only sin.”

Orang-orang baik yang makan sisa persembahan kurban akan terlepas dari segala dosa, tetapi orang-orang jahat yang mempersiapkan makanan hanya bagi dirinya sendiri, sesungguhnya mereka itu makan dosa.

3-14

annad bhavanti bhutani
parjanyad anna-sambhavah
yajnad bhavati parjanyo
yajnah karma-samudbhavah

“All living bodies subsist on food grains, which are produced from rains. Rains are produced by performance of yajna [sacrifice], and yajna is born of prescribed duties.”

Dari makananlah munculnya makhluk-makhluk ini; dan makanan muncul dari air hujan; dan air hujan terjadi karena adanya pengorbanan dan pengorbanan datangnya dari kegiatan kerja.

3-15

karma brahmodbhavam viddhi
brahmakshara-samudbhavam
tasmat sarva-gatam brahma
nityam yajne pratisthitam

“Regulated activities are prescribed in the Vedas, and the Vedas are directly manifested from the Supreme Personality of Godhead. Consequently the all-pervading Transcendence is eternally situated in acts of sacrifice.”

Ketahuilah bahwa asal mula dari kegiatan kerja itu dari kitab-kitab Veda dan Veda sendiri berasal dari Yang Abadi. Oleh karena itu, Veda yang maha luas itu senantiasa berkisar di antara pengorbanan.

3-16

evam pravartitam cakram
nanuvartayatiha yah
aghayur indriyaramo
mogham partha sa jivati

“My dear Arjuna, one who does not follow in human life the cycle of sacrifice thus established by the Vedas certainly leads a life full of sin. Living only for the satisfaction of the senses, such a person lives in vain.”

Di dunia ini, mereka yang tidak ikut membantu memutar roda kehidupan ini, pada dasarnya bersifat jahat, memperturutkan nafsu semata dan mengalami penderitaan, wahai Partha

3-17

yas tv atma-ratir eva syad
atma-trptas ca manavah
atmany eva ca santustas
tasya karyam na vidyate

“But for one who takes pleasure in the self, whose human life is one of self-realization, and who is satisfied in the self only, fully satiated—for him there is no duty.”

Tetapi, orang yang selalu bersenang hati pada sang Diri, yang selalu puas dengan sang Diri, yang selalu yakin dengan sang Diri, baginya tak ada lagi kegiatan kerja yang harus dilakukannya.

3-18

naiva tasya krtenartho
nakrteneha kascana
na casya sarva-bhutesu
kascid artha-vyapasrayah

“A self-realized man has no purpose to fulfill in the discharge of his prescribed duties, nor has he any reason not to perform such work. Nor has he any need to depend on any other living being.”

Di samping itu, di dunia ini ia telah tidak berniat lagi untuk mendapatkan apapun dari kegiatan yang dilakukannya dan juga tidak merasa rugi apapun dengan tidak bekerja. Ia tidak bergantung pada semua orang dengan harapan apapun juga.

3-19

tasmad asaktah satatam
karyam karma samacara
asakto hy acaran karma
param apnoti purushah

“Therefore, without being attached to the fruits of activities, one should act as a matter of duty, for by working without attachment one attains the Supreme.”

Oleh karena itu, tanpa keterikatan, lakukanlah selalu kegiatan kerja yang harus dilakukan, karena dengan melakukan kerja tanpa pamrih seperti itu membuat manusia mencapai tingkatan tertinggi.

3-20

karmanaiva hi samsiddhim
asthita janakadayah
loka-sangraham evapi
sampasyan kartum arhasi

“Kings such as Janaka attained perfection solely by performance of prescribed duties. Therefore, just for the sake of educating the people in general, you should perform your work.”

Bahkan dengan cara bekerja demikian itu Raja Janaka dan yang lainnya mencapai kesempurnaan. Engkau juga hendaknya melakukan kegiatan kerja dengan pandangan untuk memelihara dunia ini.

3-21

yad yad acarati sresthas
tat tad evetaro janah
sa yat pramanam kurute
lokas tad anuvartate

“Whatever action a great man performs, common men follow. And whatever standards he sets by exemplary acts, all the world pursues.”

Apapun yang dilakukan orang besar, orang lain pun melakukan hal yang sama. Contoh apapun yang diberikannya, seluruh dunia mengikutinya.

3-22

na me parthasti kartavyam
trisu lokesu kincana
nanavaptam avaptavyam
varta eva ca karmani

“O son of Pritha, there is no work prescribed for Me within all the three planetary systems. Nor am I in want of anything, nor have I a need to obtain anything—and yet I am engaged in prescribed duties.”

Bagiku di ketiga dunia ini tak ada sesuatupun yang harus Ku-lakukan ataupun yang harus dicapai, wahai Partha (Arjuna); namun aku tetap sibuk terlibat dalam kegiatan kerja.

3-23

yadi hy aham na varteyam
jatu karmany atandritah
mama vartmanuvartante
manushyah partha sarvasah

“For if I ever failed to engage in carefully performing prescribed duties, O Partha, certainly all men would follow My path.”

Karena, apabila Aku tidak selalu bekerja tanpa jemu-jemunya, wahai Partha (Arjuna), manusia dalam segala hal akan mengikuti jalan-Ku

3-24

utsideyur ime loka
na kuryam karma ced aham
sankarasya ca karta syam
upahanyam imah prajah

“If I did not perform prescribed duties, all these worlds would be put to ruination. I would be the cause of creating unwanted population, and I would thereby destroy the peace of all living beings.”

Bila Aku berhenti bekerja, dunia ini akan mengalami kehancuran dan Aku akan menjadi pencipta kehidupan yang kacau balau dan menghancurkan penghuni dunia ini.

3-25

saktah karmany avidvamso
yatha kurvanti bharata
kuryad vidvams tathasaktas
cikirsur loka-sangraham

“As the ignorant perform their duties with attachment to results, the learned may similarly act, but without attachment, for the sake of leading people on the right path.”

Seperti orang bodoh yang bekerja karena pamrih dari kegiatan kerjanya, demikian pula hendaknya orang terpelajar bekerja, wahai Bharata (Arjuna), tetapi tanpa pamrih dan semata-mata dengan keinginan untuk memelihara kesejahteraan tatanan dunia ini saja.

3-26

na buddhi-bhedam janayed
ajnanam karma-sanginam
josayet sarva-karmani
vidvan yuktah samacaran

“So as not to disrupt the minds of ignorant men attached to the fruitive results of prescribed duties, a learned person should not induce them to stop work. Rather, by working in the spirit of devotion, he should engage them in all sorts of activities [for the gradual development of Krishna consciousness].”

Para jnanin hendaknya jangan membingungkan pikiran orang-orang bodoh yang terikat melakukan kegiatannya. Mereka yang tercerahi melakukan segala kegiatan kerja dalam semangat yoga untuk memberi contoh yang lainnya.

3-27

prakriteh kriyamanani
gunaih karmani sarvasah
ahankara-vimudhatma
kartaham iti manyate

“The spirit soul bewildered by the influence of false ego thinks himself the doer of activities that are in actuality carried out by the three modes of material nature.”

Sementara segala jenis kegiatan kerja dilakukan oleh guna (sifat) dari prakrti, ia yang dibingungkan oleh rasa keakuannya berpendapat bahwa “Akulah si pelakunya.”

3-28

tattva-vit tu maha-baho
guna-karma-vibhagayoh
guna gunesu vartanta
iti matva na sajjate

“One who is in knowledge of the Absolute Truth, O mighty-armed, does not engage himself in the senses and sense gratification, knowing well the differences between work in devotion and work for fruitive results.”

Tetapi, mereka yang mengetahui karakter sebenarnya dari perbedaan antara guna dan kegiatan kerja mereka, wahai yang berlengan perkasa (Arjuna), akan dapat memahami bahwa guna hanya mempengaruhi guna sebagai obyek, dan tak akan terikat dengannya.

3-29

prakriter guna-sammudhah
sajjante guna-karmasu
tan akrtsna-vido mandan
krtsna-vin na vicalayet

“Bewildered by the modes of material nature, the ignorant fully engage themselves in material activities and become attached. But the wise should not unsettle them, although these duties are inferior due to the performers’ lack of knowledge.”

Mereka yang ditipu oleh guna dari prakrti terikat pada kegiatan kerja yang dihasilkannya. Tetapi bagi mereka yang mengetahuinya janganlah membingungkan pikiran orang-orang bodoh yang hanya mengetahui sebagian kecil saja.

3-30

mayi sarvani karmani
sannyasyadhyatma-cetasa
nirasir nirmamo bhutva
yudhyasva vigata-jvarah

“Therefore, O Arjuna, surrendering all your works unto Me, with full knowledge of Me, without desires for profit, with no claims to proprietorship, and free from lethargy, fight.”

Dengan memasrahkan segala kegiatan kerja kepada-Ku, dengan kesadaran yang termantapkan pada sang Diri, terbebas dari keinginan dan keakuan, berjuanglah kamu, bebaskan dirimu dari gejolak mental.

3-31

ye me matam idam nityam
anutishthanti manavah
shraddhavanto ’nasuyanto
mucyante te ’pi karmabhih

“Those persons who execute their duties according to My injunctions and who follow this teaching faithfully, without envy, become free from the bondage of fruitive actions.”

Mereka yang penuh keyakinan dan bebas dari hal-hal yang remeh secara konstan mengikuti ajaran-Ku ini juga terbebaskan dari belenggu kegiatan kerja.

3-32

ye tv etad abhyasuyanto
nanutishthanti me matam
sarva-jnana-vimudhams tan
viddhi nastan acetasah

“But those who, out of envy, disregard these teachings and do not follow them are to be considered bereft of all knowledge, befooled, and ruined in their endeavors for perfection.”

Tetapi, mereka yang mencela ajaran-Ku dan tidak mengikutinya, ketahuilah bahwa mereka itu buta terhadap segala kebijaksanaan, tersesat dan tanpa perasaan.

3-33

sadrsam cestate svasyah
prakriter jnanavan api
prakritim yanti bhutani
nigrahah kim karishyati

“Even a man of knowledge acts according to his own nature, for everyone follows the nature he has acquired from the three modes. What can repression accomplish?”

Bahkan orang-orang yang berpengetahuan juga berbuat sesuai dengan sifatnya. Semua makhluk bertindak mengikuti sifat-sifatnya. Apa yang dapat diselesaikan dengan menekannya?

3-34

indriyasyendriyasyarthe
raga-dvesau vyavasthitau
tayor na vasam agacchet
tau hy asya paripanthinau

“There are principles to regulate attachment and aversion pertaining to the senses and their objects. One should not come under the control of such attachment and aversion, because they are stumbling blocks on the path of self-realization.”

Karena, setiap keterikatan dan kebencian dimantapkan pada obyek-obyek indra tersebut. Jangan ada yang menyerah terhadap pengaruhnya, karena keduanya itu merupakan halangan saja.

3-35

sreyan sva-dharmo vigunah
para-dharmat sv-anusthitat
sva-dharme nidhanam sreyah
para-dharmo bhayavahah

“It is far better to discharge one’s prescribed duties, even though faultily, than another’s duties perfectly. Destruction in the course of performing one’s own duty is better than engaging in another’s duties, for to follow another’s path is dangerous.”

Lebih baik melakukan dharmanya sendiri walaupun tidak sempurna dari pada melaksanakan dharma orang lain walaupun dikerjakan dengan sempurna. Lebih baik mati dalam menyelesaikan dharmanya sendiri dari pada mengikuti dharma orang lain yang berbahaya.

3-36

arjuna uvaca
atha kena prayukto ’yam
papam carati purushah
anicchann api varsneya
balad iva niyojitah

“Arjuna said: O descendant of Vrishni, by what is one impelled to sinful acts, even unwillingly, as if engaged by force?”

Arjuna bertanya:
Tetapi dengan apakah seseorang didorong untuk berbuat dosa, wahai Warsneya (Krsna), seakan-akan dipaksa, walaupun bertentangan dengan kehendaknya sendiri?

3-37

sri-bhagavan uvaca
kama esa krodha esa
rajo-guna-samudbhavah
mahasano maha-papma
viddhy enam iha vairinam

“The Supreme Personality of Godhead said: It is lust only, Arjuna, which is born of contact with the material mode of passion and later transformed into wrath, and which is the all-devouring sinful enemy of this world.”

Sri Bhagavan bersabda:
Itulah kemarahan, nafsu yang berasal dari guna rajas yang sangat merusak dan sangat berdosa. Ketahuilah bahwa itu adalah musuh.

3-38

dhumenavriyate vahnir
yathadarso malena ca
yatholbenavrto garbhas
tatha tenedam avrtam

“As fire is covered by smoke, as a mirror is covered by dust, or as the embryo is covered by the womb, the living entity is similarly covered by different degrees of this lust.”

Seperti api yang diselimuti asap, seperti cermin yang diselimuti debu, seperti janin yang terbungkus dalam kandungan, demikianlah hal ini diselubungi oleh (sifat rajas) itu.

3-39

avrtam jnanam etena
jnanino nitya-vairina
kama-rupena kaunteya
duspurenanalena ca

“Thus the wise living entity’s pure consciousness becomes covered by his eternal enemy in the form of lust, which is never satisfied and which burns like fire.”

Wahai putra Kunti (Arjuna), kecerdasan ini ditutupi oleh api keinginan yang tak pernah puas ini, yang merupakan musuh utama bagi para bijak

3-40

indriyani mano buddhir
asyadhisthanam ucyate
etair vimohayaty esa
jnanam avrtya dehinam

“The senses, the mind and the intelligence are the sitting places of this lust. Through them lust covers the real knowledge of the living entity and bewilders him.”

Indra-indra, pikiran dan kecerdasan dikatakan sebagai tempat kedudukannya. Dengan terselubunginya kebijaksanaan oleh ini, ia mengelirukan sang roh (penghuni badan) ini.

3-41

tasmat tvam indriyany adau
niyamya bharatarsabha
papmanam prajahi hy enam
jnana-vijnana-nasanam

“Therefore, O Arjuna, best of the Bharatas, in the very beginning curb this great symbol of sin [lust] by regulating the senses, and slay this destroyer of knowledge and self-realization.”

Oleh karena itu, wahai yang terbaik dari wangsa Bharata (Arjuna), kendalikanlah indra-indramu sejak awal dan musnahkanlah perusak kebijaksanaan dan kemampuan pembeda, yang penuh dosa itu.

3-42

indriyani parany ahur
indriyebhyah param manah
manasas tu para buddhir
yo buddheh paratas tu sah

“The working senses are superior to dull matter; mind is higher than the senses; intelligence is still higher than the mind; and he [the soul] is even higher than the intelligence.”

Orang mengatakan bahwa indra-indra itu besar; lebih besar dari pada indra adalah pikiran; lebih besar dari pada pikiran adalah kecerdasan; tetapi lebih besar dari pada kecerdasan itu adalah Dia.

3-43

evam buddheh param buddhva
samstabhyatmanam atmana
jahi satrum maha-baho
kama-rupam durasadam

“Thus knowing oneself to be transcendental to the material senses, mind and intelligence, O mighty-armed Arjuna, one should steady the mind by deliberate spiritual intelligence [Krishna consciousness] and thus—by spiritual strength—conquer this insatiable enemy known as lust.”

Jadi, dengan mengetahuinya, yang melampaui kecerdasan itu, dengan mengendalikan sang diri (yang lebih rendah) dengan Diri yang lebih tinggi, wahai Yang berlenganperkasa (Arjuna), musnahkanlah musuh-musuh yang berwujud keinginan itu, yang sulit untuk diatasi.

Inilah akhir dari bab ketiga yang berjudul KARMA YOGA

 

Bhagavad Gita – Bab IV

CATURTHO ‘DHYAYAH
BAB IV

Jnana Yoga

4-1

sri-bhagavan uvaca
imam vivasvate yogam
proktavan aham avyayam
vivasvan manave praha
manur iksvakave ’bravit

The Personality of Godhead, Lord Sri Krishna, said: I instructed this imperishable science of yoga to the sun-god, Vivasvan, and Vivasvan instructed it to Manu, the father of mankind, and Manu in turn instructed it to Ikshavaku.”

Sri Bhagavan bersabda:
Aku telah menyampaikan yoga abadi ini kepada Wiwaswan; Wiwaswan menyampaikannya pada Manu dan Manu mengajarkannya kepada Ikswaku.

4-2

evam parampara-praptam
imam rajarsayo viduh
sa kaleneha mahata
yogo nastah parantapa

“This supreme science was thus received through the chain of disciplic succession, and the saintly kings understood it in that way. But in course of time the succession was broken, and therefore the science as it is appears to be lost.”

Demikianlah yoga ini diteruskan secara turun menurun dan para penasehat (pendeta) kerajaan mengetahuinya hingga lenyap dari dunia ini melalui perjalanan waktu yang panjang, wahai Paramtapa (Arjuna)

4-3

sa evayam maya te ’dya
yogah proktah puratanah
bhakto ’si me sakha ceti
rahasyam hy etad uttamam

“That very ancient science of the relationship with the Supreme is today told by Me to you because you are My devotee as well as My friend and can therefore understand the transcendental mystery of this science.”

Yoga tua yang sama ini pulalah yang kini Aku ajarkan kepadamu, sebab engkau adalah pengikut-Ku dan kawan-Ku; dan yoga ini sangatlah rahasia.

4-4

arjuna uvaca
aparam bhavato janma
param janma vivasvatah
katham etad vijaniyam
tvam adau proktavan iti

“Arjuna said: The sun-god Vivasvan is senior by birth to You. How am I to understand that in the beginning You instructed this science to him?”

Arjuna bertanya:
Kelahiran-Mu adalah belakangan dan kelahiran Wiwaswan lebih dahulu. Bagaimana aku dapat memahami bahwa Engkau telah menyampaikannya kepadanya pada awalnya?

4-5

sri-bhagavan uvaca
bahuni me vyatitani
janmani tava carjuna
tany aham veda sarvani
na tvam vettha parantapa

“The Personality of Godhead said: Many, many births both you and I have passed. I can remember all of them, but you cannot, O subduer of the enemy!”

Sri Bhagavan bersabda:
Banyak kehidupan yang telah Aku jalani di masa lalu, demikian juga engkau, wahai Arjuna, semuanya itu Aku mengetahuinya, tetapi engkau tidak, wahai Paramtapa (Arjuna)

4-6

ajo ’pi sann avyayatma
bhutanam isvaro ’pi san
prakritim svam adhisthaya
sambhavamy atma-mayaya

“Although I am unborn and My transcendental body never deteriorates, and although I am the Lord of all living entities, I still appear in every millennium in My original transcendental form.”

Walaupun Aku tak terlahirkan, abadi dan penguasa segala makhluk, namun dengan menundukkan Prakrti-Ku sendiri. Aku mewujudkan diri-Ku, melalui kekuatan Maya-Ku

4-7

yada yada hi dharmasya
glanir bhavati bharata
abhyutthanam adharmasya
tadatmanam srjamy aham

“Whenever and wherever there is a decline in religious practice, O descendant of Bharata, and a predominant rise of irreligion—at that time I descend Myself.”

Manakala kebajikan (dharma) akan mengalami kemusnahan dan kebatilan (adharma) merajalela, wahai Bharata (Arjuna), maka Aku menjelmakan diri-Ku

4-8

paritranaya sadhunam
vinasaya ca duskritam
dharma-samsthapanarthaya
sambhavami yuge yuge

“To deliver the pious and to annihilate the miscreants, as well as to reestablish the principles of religion, I Myself appear, millennium after millennium.”

Demi untuk melindungi para sadhu (orang-orang suci) serta untuk memusnahkan orang-orang jahat dan demi untuk menegakkan dharma (kebajikan), Aku menjelma dari masa ke masa

4-9

janma karma ca me divyam
evam yo vetti tattvatah
tyaktva deham punar janma
naiti mam eti so ’rjuna

“One who knows the transcendental nature of My appearance and activities does not, upon leaving the body, take his birth again in this material world, but attains My eternal abode, O Arjuna.”

Ia yang mengetahui kelahiran dan kegiatan ilahi-Ku yang sejati, tak akan menjelma kembali setelah menanggalkan badan jasmaninya dan datang kepada-Ku, wahai Arjuna

4-10

vita-raga-bhaya-krodha
man-maya mam upasritah
bahavo jnana-tapasa
puta mad-bhavam agatah

“Being freed from attachment, fear and anger, being fully absorbed in Me and taking refuge in Me, many, many persons in the past became purified by knowledge of Me—and thus they all attained transcendental love for Me.”

Terlepas dari hawa nafsu, rasa takut dan kemarahan, terserap di dalam-Ku, berlindung pada-Ku, banyak orang yang tersucikan oleh laku tapa kebijaksanaan yang telah mencapai kondisi keberadaan-Ku

4-11

ye yatha mam prapadyante
tams tathaiva bhajamy aham
mama vartmanuvartante
manushyah partha sarvasah

“As all surrender unto Me, I reward them accordingly. Everyone follows My path in all respects, O son of Pritha.”

Jalan apapun orang memuja-Ku, pada jalan yang sama Aku memenuhi keinginanyna, wahai Partha, karena pada semua jalan yang ditempuh mereka, semuanya adalah jalan-Ku

4-12

kanksantah karmanam siddhim
yajanta iha devatah
ksipram hi manuse loke
siddhir bhavati karma-ja

“Men in this world desire success in fruitive activities, and therefore they worship the demigods. Quickly, of course, men get results from fruitive work in this world.”

Mereka yang menginginkan hasil dari kegiatan kerjanya di bumi ini, menghaturkan upacara kurban kepada para dewa, karena hasil dari kegiatan kerja di dunia manusia ini sangat cepat datangnya.

4-13

catur-varnyam maya srstam
guna-karma-vibhagasah
tasya kartaram api mam
viddhy akartaram avyayam

“According to the three modes of material nature and the work associated with them, the four divisions of human society are created by Me. And although I am the creator of this system, you should know that I am yet the nondoer, being unchangeable.”

Empat macam tatanan masyarakat (catur warna), Aku yang menciptakannya sesuai dengan pembagian sifat dan kegiatan kerja. Tetapi ketahuilah bahwa walaupun Aku yang menciptakannya, Aku bukanlah pelaku dan tanpa perubahan

4-14

na mam karmani limpanti
na me karma-phale sprha
iti mam yo ’bhijanati
karmabhir na sa badhyate

“There is no work that affects Me; nor do I aspire for the fruits of action. One who understands this truth about Me also does not become entangled in the fruitive reactions of work.”

Kegiatan kerja tidak berakibat pada-Ku; dan juga Aku tak mengharapkan hasil dari padanya. Mereka yang mengetahui Aku demikian itu, tak terikat lagi oleh kegiatan kerja.

4-15

evam jnatva kritam karma
purvair api mumuksubhih
kuru karmaiva tasmat tvam
purvaih purvataram kritam

“All the liberated souls in ancient times acted with this understanding of My transcendental nature. Therefore you should perform your duty, following in their footsteps.”

Jadi, dengan mengetahui bahwa kegiatan kerja juga dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu yang mencari kelepasan, maka engkau juga hendaknya melakukan kegiatan kerja seperti yang dilakukan orang-orang jaman dahulu tersebut.

4-16

kim karma kim akarmeti
kavayo ’py atra mohitah
tat te karma pravaksyami
yaj jnatva moksyase ’subhat

“Even the intelligent are bewildered in determining what is action and what is inaction. Now I shall explain to you what action is, knowing which you shall be liberated from all misfortune.”

Apakah kerja itu? Apakah yang tak kerja itu? Bahkan orang-orang bijak pun bingung tentang hal ini. Aku akan memberitahumu apa yang disebut kegiatan kerja dan dengan mengetahuinya engkau akan terbebas dari dosa.

4-17

karmano hy api boddhavyam
boddhavyam ca vikarmanah
akarmanas ca boddhavyam
gahana karmano gatih

“The intricacies of action are very hard to understand. Therefore one should know properly what action is, what forbidden action is, and what inaction is.”

Seseorang harus memahami apa yang dimaksud dengan kegiatan kerja, demikian juga kegiatan yang salah dan ia juga harus memahami arti tidak kerja. Memang sulit untuk dapat memahami makna kegiatan kerja tersebut.

4-18

karmany akarma yah pasyed
akarmani ca karma yah
sa buddhiman manusyesu
sa yuktah krtsna-karma-krt

“One who sees inaction in action, and action in inaction, is intelligent among men, and he is in the transcendental position, although engaged in all sorts of activities.”

Ia yang melihat tidak kerja dalam kegiatan kerja dan kegiatan kerja dalam tidak kerja, adalah orang bijaksana di antara kelompok manusia, seorang yogin dan pelaku semua kegiatan kerja.

4-19

yasya sarve samarambhah
kama-sankalpa-varjitah
jnanagni-dagdha-karmanam
tam ahuh panditam budhah

“One is understood to be in full knowledge whose every endeavor is devoid of desire for sense gratification. He is said by sages to be a worker for whom the reactions of work have been burned up by the fire of perfect knowledge.”

Ia yang melakukan kegiatan yang seluruhnya bebas dari pamrih, yang kegiatan kerjanya dibakar oleh api kebijaksanaan (jnana), oleh para bijak ia disbut sebagai orang yang terpelajar

4-20

tyaktva karma-phalasangam
nitya-trpto nirasrayah
karmany abhipravrtto ’pi
naiva kincit karoti sah

“Abandoning all attachment to the results of his activities, ever satisfied and independent, he performs no fruitive action, although engaged in all kinds of undertakings.”

Setelah melepaskan keterikatan terhadap hasil dari kegiatan kerja, senantiasa dalam keadaan puas tanpa ketergantungan pada apapun, ia sesungguhnya tidak melakukan apa-apa walaupun senantiasa sibuk dalam kegiatan kerja.

4-21

nirasir yata-cittatma
tyakta-sarva-parigrahah
sariram kevalam karma
kurvan napnoti kilbisam

“Such a man of understanding acts with mind and intelligence perfectly controlled, gives up all sense of proprietorship over his possessions, and acts only for the bare necessities of life. Thus working, he is not affected by sinful reactions.”

Tanpa memiliki keinginan, dengan hati dan sang diri yang sepenuhnya terkendalikan, dengan melepaskan segala miliknya, hanya melakukan kegiatan dengan badan jasmani, dia tak akan berdosa.

4-22

yadrccha-labha-santusto
dvandvatito vimatsarah
samah siddhav asiddhau ca
kritvapi na nibadhyate

“He who is satisfied with gain which comes of its own accord, who is free from duality and does not envy, who is steady in both success and failure, is never entangled, although performing actions.”

Ia yang senantiasa puas dengan apapun yang ada, yang telah mengatasi dualitas (dari rasa senang dan susah), yang terbebas dari rasa iri dan dengki serta tetap tenang dalam keberhasilan maupun kegagalan, walaupun ia bekerja namun tak akan terbelenggu.

4-23

gata-sangasya muktasya
jnanavasthita-cetasah
yajnayacaratah karma
samagram praviliyate

“The work of a man who is unattached to the modes of material nature and who is fully situated in transcendental knowledge merges entirely into transcendence.”

Kegiatan kerja seseorang yang keterikatannya telah dipisahkan, yang terbebas dan pikirannya terpancang pada kebijaksanaan, yang melakukan kegiatan kerja sebagai yajna, seluruh kegiatannya akan lebur dengan sendirinya.

4-24

brahmarpanam brahma havir
brahmagnau brahmana hutam
brahmaiva tena gantavyam
brahma-karma-samadhina

“A person who is fully absorbed in Krishna consciousness is sure to attain the spiritual kingdom because of his full contribution to spiritual activities, in which the consummation is absolute and that which is offered is of the same spiritual nature.”

Baginya, kegiatan persembahan adalah Tuhan, persembahannya sendiri adalah Tuhan. Oleh Tuhan haturan itu dipersembahkan ke dalam api Tuhan. Tuhanlah yang dicapainya, yang mewujudkan Tuhan dalam kegiatan kerjanya.

4-25

daivam evapare yajnam
yoginah paryupasate
brahmagnav apare yajnam
yajnenaivopajuhvati

“Some yogis perfectly worship the demigods by offering different sacrifices to them, and some of them offer sacrifices in the fire of the Supreme Brahman.”

Beberapa orang yogi mempersembahkan yajna kepada para dewa, sementara yang lainnya mempersembahkan yajna dengan yajna itu sendiri, ke dalam api Yang Tertinggi (Tuhan)

4-26

srotradinindriyany anye
samyamagnisu juhvati
shabdadin visayan anya
indriyagnisu juhvati

“Some [the unadulterated brahmacaris] sacrifice the hearing process and the senses in the fire of mental control, and others [the regulated householders] sacrifice the objects of the senses in the fire of the senses.”

Beberapa orang mempersembahkan pendengaran dan indra-indra lainnya dalam api pengekangan; yang lainnya mempersembahkan suara dan obyek-obyek indra lainnya dalam api indra-indra

4-27

sarvanindriya-karmani
prana-karmani capare
atma-samyama-yogagnau
juhvati jnana-dipite

“Others, who are interested in achieving self-realization through control of the mind and senses, offer the functions of all the senses, and of the life breath, as oblations into the fire of the controlled mind.”

Beberapa orang lainnya lagi mempersembahkan seluruh kegiatan indra-indra dan kegiatan kekuatan vitalnya ke dalam api yoga pengendalian diri, yang dinyalakan oleh ilmu pengetahuan.

4-28

dravya-yajnas tapo-yajna
yoga-yajnas tathapare
svadhyaya-jnana-yajnas ca
yatayah samsita-vratah

“Having accepted strict vows, some become enlightened by sacrificing their possessions, and others by performing severe austerities, by practicing the yoga of eightfold mysticism, or by studying the Vedas to advance in transcendental knowledge.”

Beberapa orang lainnya mempersembahkan harta bendanya sebagai korban, atau kegiatan tapah ataupun latihan spiritual (yoga) nya, sementara yang lainnya mempersembahkan pikiran dan beberapa orang yang bernazar (bersumpah berat) mempersembahkan studi dan ilmu pengetahuannya.

4-29

apane juhvati pranam
prane ’panam tathapare
pranapana-gati ruddhva
pranayama-parayanah
apare niyataharah
pranan pranesu juhvati

“Still others, who are inclined to the process of breath restraint to remain in trance, practice by offering the movement of the outgoing breath into the incoming, and the incoming breath into the outgoing, and thus at last remain in trance, stopping all breathing. Others, curtailing the eating process, offer the outgoing breath into itself as a sacrifice.”

Yang lainnya lagi, yang taat melakukan pengendalian nafas, setelah melakukan penahanan nafas prang (nafas keluar) dan apana (nafas masuk), mempersembahkan prana sebagai korban ke dalam apana dan nafas apana ke dalam prana.

4-30

sarve ’py ete yajna-vido
yajna-ksapita-kalmasah
yajna-sistamrita-bhujo
yanti brahma sanatanam

“All these performers who know the meaning of sacrifice become cleansed of sinful reactions, and, having tasted the nectar of the results of sacrifices, they advance toward the supreme eternal atmosphere.”

Sementara yang lainnya, dengan pengaturan makanan, mempersembahkan nafas kehidupan sebagai korban ke dalam nafas kehidupan. Semuanya ini adalah yang mengetahui tentang yajna dan dengan yajna dosa-dosa mereka terhapuskan

4-31

nayam loko ’sty ayajnasya
kuto ’nyah kuru-sattama

“O best of the Kuru dynasty, without sacrifice one can never live happily on this planet or in this life: what then of the next?”

Mereka yang makan makanan suci sisa persembahan akan mencapai Yang Mutlak abadi; dunia ini bukan dimaksudkan bagi mereka yang tidak melakukan yajna, apalagi untuk dunia lainnya, wahai Kurusattama (Arjuna)

4-32

evam bahu-vidha yajna
vitata brahmano mukhe
karma-jan viddhi tan sarvan
evam jnatva vimoksyase

“All these different types of sacrifice are approved by the Vedas, and all of them are born of different types of work. Knowing them as such, you will become liberated.”

Jadi, banyak bentuk upacara korban yang dihaturkan kepada Brahman (yang dilakukan untuk dapat mencapai-Nya). Ketahuilah bahwa semuanya ini berasal dari kegiatan kerja, sehingga dengan mengetahui hal ini engkau akan terbebaskan.

4-33

sreyan dravya-mayad yajnaj
jnana-yajnah parantapa
sarvam karmakhilam partha
jnane parisamapyate

“O chastiser of the enemy, the sacrifice performed in knowledge is better than the mere sacrifice of material possessions. After all, O son of Pritha, all sacrifices of work culminate in transcendental knowledge.”

Ilmu pengetahuan sebagai yajna, lebih unggul dari pada yajna material apapun, wahai Paramtapa (Arjuna), karena segala kegiatan kerja tanpa kecuali memuncak dalam kebijaksanaan, wahai Partha (Arjuna)

4-34

tad viddhi pranipatena
pariprasnena sevaya
upadeksyanti te jnanam
jnaninas tattva-darshinah

“Just try to learn the truth by approaching a spiritual master. Inquire from him submissively and render service unto him. The self-realized souls can impart knowledge unto you because they have seen the truth.”

Belajarlah, bahwa dengan sujud bersembah, dengan bertanya dan dengan pelayanan; orang-orang bijaksana yang telah melihat kebenaran mengajarmu dalam ilmu pengetahuan.

4-35

yaj jnatva na punar moham
evam yasyasi pandava
yena bhutany asesani
draksyasy atmany atho mayi

“Having obtained real knowledge from a self-realized soul, you will never fall again into such illusion, for by this knowledge you will see that all living beings are but part of the Supreme, or, in other words, that they are Mine.”

Bila engkau telah mengetahui hal itu, engkau tak akan terbingungkan lagi, wahai Pandawa (Arjuna), karena dengan ini engkau akan melihat semua eksistensi tanpa kecuali ada pada sang Diri, dan di dalam-Ku

4-36

api ced asi papebhyah
sarvebhyah papa-krt-tamah
sarvam jnana-plavenaiva
vrjinam santarisyasi

“Even if you are considered to be the most sinful of all sinners, when you are situated in the boat of transcendental knowledge you will be able to cross over the ocean of miseries.”

Walaupun seandainya engkau paling berdosa di antara semua orang yang berdosa, engkau akan dapat menyeberangi segala kejahatan dengan perahu kebijaksanaan ini saja.

4-37

yathaidhamsi samiddho ’gnir
bhasma-sat kurute ’rjuna
jnanagnih sarva-karmani
bhasma-sat kurute tatha

“As a blazing fire turns firewood to ashes, O Arjuna, so does the fire of knowledge burn to ashes all reactions to material activities.”

Seperti api yang menyala, membakar habis kayu bakar menjadi abu, wahai Arjuna, demikian pula api kebijaksanaan membakar habis segala kegiatan kerja menjadi abu.

4-38

na hi jnanena sadrsam
pavitram iha vidyate
tat svayam yoga-samsiddhah
kalenatmani vindati

“In this world, there is nothing so sublime and pure as transcendental knowledge. Such knowledge is the mature fruit of all mysticism. And one who has become accomplished in the practice of devotional service enjoys this knowledge within himself in due course of time.”

Di bumi ini tak ada yang menyamai kemurnian kebijaksanaan. Mereka yang menjadi sempurna melalui yoga, dalam perjalanan waktu akan menemukan sang diri dalam dirinya sendiri.

4-39

shraddhaval labhate jnanam
tat-parah samyatendriyah
jnanam labdhva param shantim
acirenadhigacchati

“A faithful man who is dedicated to transcendental knowledge and who subdues his senses is eligible to achieve such knowledge, and having achieved it he quickly attains the supreme spiritual peace.”

Ia yang memiliki keyakinan, yang terserap di dalam kebijaksanaan dan yang telah menundukkan indra-indranya, akan memperoleh kebijaksanaan dan setelah memperoleh kebijaksanaan, dengan cepat ia akan mendapatkan kedamaian tertinggi.

4-40

ajnas casraddadhanas ca
samsayatma vinasyati
nayam loko ’sti na paro
na sukham samsayatmanah

“But ignorant and faithless persons who doubt the revealed scriptures do not attain God consciousness; they fall down. For the doubting soul there is happiness neither in this world nor in the next.”

Tetapi, orang yang bodoh, yang tidak memiliki keyakinan, yang bersifat ragu-ragu, akan musnah. Bagi yang ragu-ragu, tak ada kebahagiaan baik di dunia ini maupun di dunia sana nantinya.

4-41

yoga-sannyasta-karmanam
jnana-sanchinna-samsayam
atmavantam na karmani
nibadhnanti dhananjaya

“One who acts in devotional service, renouncing the fruits of his actions, and whose doubts have been destroyed by transcendental knowledge, is situated factually in the self. Thus he is not bound by the reactions of work, O conqueror of riches.”

Kegiatan kerja tak akan membelenggu mereka yang telah melepaskan segala kegiatan kerja dengan yoga, yang telah memusnahkan segala keragu-raguannya dengan kebijaksanaan dan yang senantiasa bersandar pada sang diri, wahai Dhanamjaya (Arjuna)

4-42

tasmad ajnana-sambhutam
hrt-stham jnanasinatmanah
chittvainam samsayam yogam
atisthottistha bharata

“Therefore the doubts which have arisen in your heart out of ignorance should be slashed by the weapon of knowledge. Armed with yoga, O Bharata, stand and fight.”

Oleh sebab itu, setelah memotong keragu-raguan dengan pedang ilmu pengetahuan (kebijaksanaan) dalam hati yang berasal dari ketidaktahuan, berlindunglah pada yoga dan bangkitlah, wahai Bharata (Arjuna)

Inilah akhir bab ke IV, percakapan yang berjudul JNANA YOGA

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab V

PANCAMO’DHYAYAH
BAB V

Karma Samnyasa Yoga

5-1

arjuna uvaca
sannyasam karmanam krishna
punar yogam ca samsasi
yac chreya etayor ekam
tan me bruhi su-niscitam

“Arjuna said: O Krishna, first of all You ask me to renounce work, and then again You recommend work with devotion. Now will You kindly tell me definitely which of the two is more beneficial?”

Arjuna bertanya:
Wahai Krsna, Engkau memuji penyangkalan kegiatan kerja dan juga pelaksanaan kegiatan kerja tanpa pamrih. Katakanlah kepadaku dengan pasti, yang manakah yang lebih baik di antara keduanya ini?

5-2

sri-bhagavan uvaca
sannyasah karma-yogas ca
nihsreyasa-karav ubhau
tayos tu karma-sannyasat
karma-yogo visisyate

“The Personality of Godhead replied: The renunciation of work and work in devotion are both good for liberation. But, of the two, work in devotional service is better than renunciation of work.”

Sri Bhagavan bersabda:
Penyangkalan dari kegiatan kerja dan pelaksanaannya yang tanpa pamrih keduanya mengantarkan pada pembebasan roh. Tetapi dari keduanya itu, yang lebih baik adalah pelaksanaan kegiatan kerja tanpa pamrih

5-3

jneyah sa nitya-sannyasi
yo na dvesti na kanksati
nirdvandvo hi maha-baho
sukham bandhat pramucyate

“One who neither hates nor desires the fruits of his activities is known to be always renounced. Such a person, free from all dualities, easily overcomes material bondage and is completely liberated, O mighty-armed Arjuna.”

Ia yang tidak membenci ataupun berkeinginan, dikenal sebagai orang yang senantiasa dalam semangat penyangkalan; karena terbebas dari dualitas dia dengan mudah terbebaskan, wahai Mahabahu (Arjuna)

5-4

sankhya-yogau prithag balah
pravadanti na panditah
ekam apy asthitah samyag
ubhayor vindate phalam

“Only the ignorant speak of devotional service [karma-yoga] as being different from the analytical study of the material world [Sankhya]. Those who are actually learned say that he who applies himself well to one of these paths achieves the results of both.”

Orang-orang bodoh yang mengatakan tentang penyangkalan dan pelaksanaan kegiatan kerja sebagai berbeda, bukanlah orang bijaksana. Ia yang mempersiapkan dirinya baik-baik terhadap salah satu dari padanya akan memetik hasil dari keduanya

5-5

yat sankhyaih prapyate sthanam
tad yogair api gamyate
ekam sankhyam ca yogam ca
yah pasyati sa pasyati

“One who knows that the position reached by means of analytical study can also be attained by devotional service, and who therefore sees analytical study and devotional service to be on the same level, sees things as they are.”

Kedudukan yang dicapai oleh orang dengan penyangkalan kerja juga dicapai oleh orang dengan kegiatan kerja. Ia yang melihat kedua jalan tersebut sebagai satu, ia lah sesungguhnya yang telah melihat.

5-6

sannyasas tu maha-baho
duhkham aptum ayogatah
yoga-yukto munir brahma
na cirenadhigacchati

“Merely renouncing all activities yet not engaging in the devotional service of the Lord cannot make one happy. But a thoughtful person engaged in devotional service can achieve the Supreme without delay.”

Tetapi, penyangkalan kerja sulit dicapai tanpa yoga, wahai Mahabahu (Arjuna), orang bijak yang bersemangat dalam melakukan yoga, dengan segera mencapai Yang Mutlak (Tuhan)

5-7

yoga-yukto vishuddhatma
vijitatma jitendriyah
sarva-bhutatma-bhutatma
kurvann api na lipyate

“One who works in devotion, who is a pure soul, and who controls his mind and senses is dear to everyone, and everyone is dear to him. Though always working, such a man is never entangled.”

Orang yang terlatih dalam jalan kegiatan dan hatinya murni, yang menguasai dirinya dan yang telah menaklukkan indra-indranya, yang jiwanya menjadi sang diri semua makhluk, tak akan tercemari oleh kegiatan kerja, walaupun ia bekerja.

5-8 & 9

naiva kincit karomiti
yukto manyeta tattva-vit
pasyan shrinvan sprsan jighrann
asnan gacchan svapan svasan

pralapan visrjan grhnann
unmisan nimisann api
indriyanindriyarthesu
vartanta iti dharayan

“A person in the divine consciousness, although engaged in seeing, hearing, touching, smelling, eating, moving about, sleeping and breathing, always knows within himself that he actually does nothing at all. Because while speaking, evacuating, receiving, or opening or closing his eyes, he always knows that only the material senses are engaged with their objects and that he is aloof from them.”

Orang yang disatukan dengan Yang Ilahi dan mengetahui kebenaran akan berpikir “Aku sama sekali tidak berbuat apapun” walaupun sedang melihat, mendengar, menyentuh, membaui, mengecap, berjalan, tidur maupun bernafas

Dalam berbicara, melepaskan, meraih, membuka dan menutup mata ia hanya menganggap bahwa hanya indra-indra sajalah yang bergerak di antara obyek indra-indra.

5-10

brahmany adhaya karmani
sangam tyaktva karoti yah
lipyate na sa papena
padma-patram ivambhasa

“One who performs his duty without attachment, surrendering the results unto the Supreme Lord, is unaffected by sinful action, as the lotus leaf is untouched by water.”

Ia yang bekerja setelah melepaskan keterikatan serta mempersembahkan kegiatan kerjanya kepada Tuhan, tak akan tersentuh oleh dosa, bagaikan daun teratai, yang tak terbasahi oleh air.

5-11

kayena manasa buddhya
kevalair indriyair api
yoginah karma kurvanti
sangam tyaktvatma-shuddhaye

“The yogis, abandoning attachment, act with body, mind, intelligence and even with the senses, only for the purpose of purification.”

Para yogi yang melaksanakan kegiatan kerja hanya dengan badan jasmani, pikiran, pengertian atau hanya dengan indra-indra, melepaskan keterikatan, demi untuk pemurnian jiwanya.

5-12

yuktah karma-phalam tyaktva
shantim apnoti naisthikim
ayuktah kama-karena
phale sakto nibadhyate

“The steadily devoted soul attains unadulterated peace because he offers the result of all activities to Me; whereas a person who is not in union with the Divine, who is greedy for the fruits of his labor, becomes entangled.”

Seorang pengabdi mencapai kedamaian dengan melepaskan keterikatan pada hasil kegiatan kerja, tetapi mereka yang tidak menyatukan jiwanya dengan yang Ilahi, didorong oleh keinginan-keinginan dan terikat dengan hasil kegiatan kerja sehingga mereka terbelenggu.

5-13

sarva-karmani manasa
sannyasyaste sukham vasi
nava-dvare pure dehi
naiva kurvan na karayan

“When the embodied living being controls his nature and mentally renounces all actions, he resides happily in the city of nine gates [the material body], neither working nor causing work to be done.”

Jiwa yang telah mengendalikan sifat-sifatnya dan melepaskan segala kegiatan kerja dengan pikiran yang mengarah ke dalam, bersemayam dengan tenang dalam kota dengan sembilan gerbang, tanpa bekerja maupun menyebabkannya bekerja.

5-14

na kartrtvam na karmani
lokasya srjati prabhuh
na karma-phala-samyogam
svabhavas tu pravartate

“The embodied spirit, master of the city of his body, does not create activities, nor does he induce people to act, nor does he create the fruits of action. All this is enacted by the modes of material nature.”

Sang Diri sebagai penguasa tidak menciptakan pelaku bagi orang-orang maupun berbuat. Dia juga tidak mengkaitkan kegiatan kerja dengan hasilnya. Sifatnya kegiatan kerja itu sendirilah terjadi.

5-15

nadatte kasyacit papam
na caiva sukritam vibhuh
ajnanenavrtam jnanam
tena muhyanti jantavah

“Nor does the Supreme Lord assume anyone’s sinful or pious activities. Embodied beings, however, are bewildered because of the ignorance which covers their real knowledge.”

Roh Yang meliputi segalanya ini tidak menerima dosa maupun kebajikan siapapun. Kebijaksanaan tertutupi oleh ketidaktahuan, sehingga makhluk-makhluk terbingungkan olehnya.

5-16

jnanena tu tad ajnanam
yesham nasitam atmanah
tesham aditya-vaj jnanam
prakasayati tat param

“When, however, one is enlightened with the knowledge by which nescience is destroyed, then his knowledge reveals everything, as the sun lights up everything in the daytime.”

Tetapi bagi mereka yang ketidaktahuannya telah dimusnahkan oleh kebijaksanaan, kebijaksanaan itu akan memperlihatkan Diri Tertinggi seperti matahari.

5-17

tad-buddhayas tad-atmanas
tan-nisthas tat-parayanah
gacchanty apunar-avrttim
jnana-nirdhuta-kalmasah

“When one’s intelligence, mind, faith and refuge are all fixed in the Supreme, then one becomes fully cleansed of misgivings through complete knowledge and thus proceeds straight on the path of liberation.”

Dengan memikirkan-Nya, mengarahkan segenap kesadaran kepada-Nya, menjadikan-Nya sebagai tujuan utama, menjadikan-Nya sebagai satu-satunya obyek pemujaannya, mereka mencapai keadaan tanpa jalan kembali dan dosa-dosanya akan terhapus oleh kebijaksanaan itu.

5-18

vidya-vinaya-sampanne
brahmane gavi hastini
suni caiva sva-pake ca
panditah sama-darsinah

The humble sages, by virtue of true knowledge, see with equal vision a learned and gentle brahmana, a cow, an elephant, a dog and a dog-eater [outcaste].

Orang bijak melihat dengan pandangan yang sama, baik seorang Brahmana terpelajar dan rendah hati, seekor sapi, seekor gajah, atau bahkan seekor anjing atau seorang yang berkelahiran hina.

5-19

ihaiva tair jitah sargo
yesham samye sthitam manah
nirdosam hi samam brahma
tasmad brahmani te sthitah

“Those whose minds are established in sameness and equanimity have already conquered the conditions of birth and death. They are flawless like Brahman, and thus they are already situated in Brahman.”

Bahkan di bumi sebagai ciptaan ini diatasi oleh mereka yang pikirannya mantap dalam keseimbangan; karena Tuhan Maha Sempurna dan bertindak sama terhadap semuanya. Oleh karena itu, orang semacam ini senantiasa mantap pada Tuhan.

5-20

na prahrsyet priyam prapya
nodvijet prapya capriyam
sthira-buddhir asammudho
brahma-vid brahmani sthitah

“A person who neither rejoices upon achieving something pleasant nor laments upon obtaining something unpleasant, who is self-intelligent, who is unbewildered, and who knows the science of God, is already situated in transcendence.”

Seseorang hendaknya tidak bergembira dalam mendapatkan apa yang menyenangkan, ataupun bersedih menerima apa yang tak menyenangkan. Ia yang pemahamannya mantap dan tak terbingungkan, yang mengetahui Tuhan seperti itu tetap teguh dalam Tuhan

5-21

bahya-sparsesv asaktatma
vindaty atmani yat sukham
sa brahma-yoga-yuktatma
sukham akshayam asnute

“Such a liberated person is not attracted to material sense pleasure but is always in trance, enjoying the pleasure within. In this way the self-realized person enjoys unlimited happiness, for he concentrates on the Supreme.”

Bila jiwanya tak lagi terikat dengan hubungan (byek) eksternal, seseorang akan menermukan kebahagiaan yang ada dalam sang Diri. Orang semacam itu, yang dirinya terkendali dalam Yoga pada Tuhan (Brahman) akan menikmati kebahagiaan abadi.

5-22

ye hi samsparsha-ja bhoga
duhkha-yonaya eva te
ady-antavantah kaunteya
na tesu ramate budhah

“An intelligent person does not take part in the sources of misery, which are due to contact with the material senses. O son of Kunti, such pleasures have a beginning and an end, and so the wise man does not delight in them.”

Kesenangan apapun yang berasal dari hubungan dengan obyek-obyek, hanya merupakan sumber kesedihan, karena ia memiliki awal dan akhir, wahai putra Kunti (Arjuna). Tak seorang bijaksanapun yang tertarik dengannya.

5-23

saknotihaiva yah sodhum
prak sarira-vimokshanat
kama-krodhodbhavam vegam
sa yuktah sa sukhi narah

“Before giving up this present body, if one is able to tolerate the urges of the material senses and check the force of desire and anger, he is well situated and is happy in this world.”

Ia yang mampu menahan nafsu keinginan dan kemarahan; bahkan disini ( di bumi ini) sebelum ia menanggalkan badan jasmaninya, ia adalah seorang yogi, orang yang berbahagia.

5-24

yo ’ntah-sukho ’ntar-aramas
tathantar-jyotir eva yah
sa yogi brahma-nirvanam
brahma-bhuto ’dhigacchati

“One whose happiness is within, who is active and rejoices within, and whose aim is inward is actually the perfect mystic. He is liberated in the Supreme, and ultimately he attains the Supreme.”

Ia yang menemukan kebahagiaan dalam dirinya, kegembiraan dan hanya cahaya batin dalam dirinya, maka yogin yang seperti itu menjadi bersifat Ilahi dan mencapai kerajaan Tuhan (brahmanirwana).

5-25

labhante brahma-nirvanam
rsayah ksina-kalmasah
chinna-dvaidha yatatmanah
sarva-bhuta-hite ratah

“Those who are beyond the dualities that arise from doubts, whose minds are engaged within, who are always busy working for the welfare of all living beings, and who are free from all sins achieve liberation in the Supreme.”

Orang suci yang dosa-dosanya termusnahkan, yang keragu-raguannya terhapuskan, yang pikirannya telah didisiplinkan dan yang bergembira melakukan kebajikan pada semua makhluk, mencapai penyatuan dengan Tuhan.

5-26

kama-krodha-vimuktanam
yatinam yata-cetasam
abhito brahma-nirvanam
vartate viditatmanam

“Those who are free from anger and all material desires, who are self-realized, self-disciplined and constantly endeavoring for perfection, are assured of liberation in the Supreme in the very near future.”

Bagi para yati yang bebas dari keinginan dan kemarahan dan telah menaklukkan pikirannya dan yang memiliki pengetahuan tentang sang Diri, dekat dirinya terdapat sikap-sikap Ilahi.

5-27 & 5-28

sparshan kritva bahir bahyams
caksus caivantare bhruvoh
pranapanau samau kritva
nasabhyantara-carinau

yatendriya-mano-buddhir
munir moksha-parayanah
vigateccha-bhaya-krodho
yah sada mukta eva sah

“Shutting out all external sense objects, keeping the eyes and vision concentrated between the two eyebrows, suspending the inward and outward breaths within the nostrils, and thus controlling the mind, senses and intelligence, the transcendentalist aiming at liberation becomes free from desire, fear and anger. One who is always in this state is certainly liberated.”

Dengan memutuskan semua obyek eksternal, dengan mengkonsentrasikan pandangan mata di antara kedua alis mata, bahkan dengan mengatur masuk dan keluarnya nafas lewat lubang hidung, orang-orang suci yang telah mengendalikan indra-indra, pikiran dan kecerdasannya serta berniat mendapat kelepasan, mencampakkan segala keinginan, rasa takut dan kemarahan, senantiasa berada dalam kebebasan.

5-29

bhoktaram yajna-tapasam
sarva-loka-maheshvaram
suhridam sarva-bhutanam
jnatva mam shantim rcchati

“A person in full consciousness of Me, knowing Me to be the ultimate beneficiary of all sacrifices and austerities, the Supreme Lord of all planets and demigods, and the benefactor and well-wisher of all living entities, attains peace from the pangs of material miseries.”

Dan setelah mengetahui Aku sebagai penikmat yajna dan tapah, sebagai Penguasa Tertinggi dari seluruh dunia, Kawan bagi semua makhluk, para bijak mencapai kedamaian tertinggi.

Di sini berakhir bab ke V, percakapan yang berujudl KARMA SAMNYASA YOGA

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab VI

Sasto’dhyayah
Bab VI

Dhyana Yogah

6-1

sri-bhagavan uvaca
anasritah karma-phalam
karyam karma karoti yah
sa sannyasi ca yogi ca
na niragnir na cakriyah

“The Supreme Personality of Godhead said: One who is unattached to the fruits of his work and who works as he is obligated is in the renounced order of life, and he is the true mystic, not he who lights no fire and performs no duty.”

Sri Bhagavan bersabda:
Ia yang melakukan kegiatan kerja tanpa mengharapkan hasil dari kegiatan, adalah seorang samnyasin dan juga seorang yogin, bukan mereka yang tidak menyalakan api suci dan melakukan upacara ritual.

6-2

yam sannyasam iti prahur
yogam tam viddhi pandava
na hy asannyasta-sankalpo
yogi bhavati kascana

“What is called renunciation you should know to be the same as yoga, or linking oneself with the Supreme, O son of Pandu, for one can never become a yogi unless he renounces the desire for sense gratification.”

Apa yang mereka sebut penyangkalan, adalah yang mengetahui kegiatan disiplin, wahai Pandawa (Arjuna), karena tak seorangpun dapat menjadi seorang yogin sebelum mereka melepaskan tujuan pamrihnya.

6-3

aruruksor muner yogam
karma karanam ucyate
yogarudhasya tasyaiva
samah karanam ucyate

“For one who is a neophyte in the eightfold yoga system, work is said to be the means; and for one who is already elevated in yoga, cessation of all material activities is said to be the means.”

Kegiatan kerja dikatakan sebagai cara orang bijaksana yang menginginkan mencapai yoga; bila ia telah mencapai yoga, ketenanganlah yang dikatakan sebagai alatnya.

6-4

yada hi nendriyarthesu
na karmasv anusajjate
sarva-sankalpa-sannyasi
yogarudhas tadocyate

“A person is said to be elevated in yoga when, having renounced all material desires, he neither acts for sense gratification nor engages in fruitive activities.”

Bila seseorang tidak lagi terikat pada obyek indra-indra atau kegiatan kerja dan telah melepaskan segala keinginan, maka ia dikatakan telah mencapai yoga.

6-5

uddhared atmanatmanam
natmanam avasadayet
atmaiva hy atmano bandhur
atmaiva ripur atmanah

“One must deliver himself with the help of his mind, and not degrade himself. The mind is the friend of the conditioned soul, and his enemy as well.”

Biarlah seseorang mengangkat dirinya oleh dirinya sendiri, jangan biarkan dia merendahkan dirinya, karena hanya sang Diri lah satu-satunya kawan dan dirinya dan sang Diri pulalah satu-satunya sebagai musuhnya.

6-6

bandhur atmatmanas tasya
yenatmaivatmana jitah
anatmanas tu satrutve
vartetatmaiva satru-vat

“For him who has conquered the mind, the mind is the best of friends; but for one who has failed to do so, his mind will remain the greatest enemy.”

Bagi mereka yang telah menundukkan sang diri (yang lebih rendah) dengan sang Diri (yang lebih tinggi), sang Diri itu akan menjadi teman, tetapi bagi mereka yang belum mampu menaklukkannya, sang Diri ini akan bertindak sebagai seorang musuh dengan rasa permusuhan.

6-7

jitatmanah prashantasya
paramatma samahitah
sitosna-sukha-duhkhesu
tatha manapamanayoh

“For one who has conquered the mind, the Supersoul is already reached, for he has attained tranquillity. To such a man happiness and distress, heat and cold, honor and dishonor are all the same.”

Apabila seseorang telah dapat menaklukkan sang diri (yang lebih rendah) dan telah mencapai ketenangan dalam penguasaan diri, sang Diri Tertinggi senantiasa berada dalam konsentrasi kedamaian dalam panas dan dingin, dalam senang dan susah, dalam pujian dan hinaan.

6-8

jnana-vijnana-trptatma
kuta-stho vijitendriyah
yukta ity ucyate yogi
sama-lostrasma-kancanah

“A person is said to be established in self-realization and is called a yogi [or mystic] when he is fully satisfied by virtue of acquired knowledge and realization. Such a person is situated in transcendence and is self-controlled. He sees everything—whether it be pebbles, stones or gold—as the same.”

Yoga yang jiwanya terpuaskan dengan kebijaksanaan dan pengetahuan, yang tak berubah serta penguasa dari indra-indranya, yang memandang segumpal tanah, sebongkah batu dan sekeping emas sebagai sama, dikatakan sebagai terkendalikan dalam yoga.

6-9

suhrn-mitrary-udasina-
madhyastha-dvesya-bandhusu
sadhusv api ca papesu
sama-buddhir visisyate

“A person is considered still further advanced when he regards honest well-wishers, affectionate benefactors, the neutral, mediators, the envious, friends and enemies, the pious and the sinners all with an equal mind.”

Ia yang berpikiran seimbang di antara kawan, rekan dan musuh, antara mereka yang netral dan menengah, di antara yang dibenci dan kerabat, di antara para orang suci dan para pendosa, adalah yang utama.

6-10

yogi yunjita satatam
atmanam rahasi sthitah
ekaki yata-cittatma
nirasir aparigrahah

“A transcendentalist should always engage his body, mind and self in relationship with the Supreme; he should live alone in a secluded place and should always carefully control his mind. He should be free from desires and feelings of possessiveness.”

Biarlah sang yogi berusaha secara konstan untuk mengkonsentrasikan pikirannya (pada Diri Tertinggi), dengan tetap dalam kesendirian terpencil, dengan diri terkendali, bebas dari keinginan dan kerinduan akan kekayaan.

6-11 & 6-12

sucau dese pratishthapya
sthiram asanam atmanah
naty-ucchritam nati-nicam
cailajina-kusottaram

tatraikagram manah kritva
yata-cittendriya-kriyah
upavisyasane yunjyad
yogam atma-vishuddhaye

“To practice yoga, one should go to a secluded place and should lay kusa grass on the ground and then cover it with a deerskin and a soft cloth. The seat should be neither too high nor too low and should be situated in a sacred place. The yogi should then sit on it very firmly and practice yoga to purify the heart by controlling his mind, senses and activities and fixing the mind on one point.”

Setelah mempersiapkan tempat duduk yang bersih, yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah, yang ditutupi dengan hamparan rumput suci, kulit rusa dan sepotong kain di atas yang lainnya. Di sana, dengan menempati tempat duduknya, membuat pikirannya menyatu dan mengendalikan pemikiran serta indra-indranya, biarlah dia melaksanakan yoga guna pemurnian jiwanya.

6-13 & 6-14

samam kaya-siro-grivam
dharayann acalam sthirah
sampreksya nasikagram svam
disas canavalokayan

prashantatma vigata-bhir
brahmacari-vrate sthitah
manah samyamya mac-citto
yukta asita mat-parah

“One should hold one’s body, neck and head erect in a straight line and stare steadily at the tip of the nose. Thus, with an unagitated, subdued mind, devoid of fear, completely free from sex life, one should meditate upon Me within the heart and make Me the ultimate goal of life.”

Dengan menjaga badan, leher dan kepala tetap tegak dan diam, dengan memandang ujung hidungnya tanpa memandang berkeliling (tanpa membiarkan matanya melihat kemana-mana). Tenteram dan tanpa ketakutan, mantap dalam wrata selibat (pembujangan), dengan menundukkan pikiran, biarlah dia duduk dengan menyelaraskan pikirannya yang ditujukan pada-Ku dan hanya tertuju pada-Ku saja.

6-15

yunjann evam sadatmanam
yogi niyata-manasah
shantim nirvana-paramam
mat-samstham adhigacchati

“Thus practicing constant control of the body, mind and activities, the mystic transcendentalist, his mind regulated, attains to the kingdom of God [or the abode of Krishna] by cessation of material existence.”

Yogi yang senantiasa mampu menundukkan pikirannya, dan menjaga dirinya tetap selaras, mencapai kedamaian sebagai nirwana tertinggi, yang berada dalam diri-Ku

6-16

naty-asnatas ’tu yogo ’sti
na caikantam anasnatah
na cati-svapna-silasya
jagrato naiva carjuna

“There is no possibility of one’s becoming a yogi, O Arjuna, if one eats too much or eats too little, sleeps too much or does not sleep enough.”

Sesungguhnya, yoga bukanlah bagi mereka yang makan terlalu banyak atau sama sekali tidak makan. Wahai Arujua, itupun bukan bagi mereka yang terlalu banyak tidur ataupun terlalu banyak terjaga.

6-17

yuktahara-viharasya
yukta-cestasya karmasu
yukta-svapnavabodhasya
yogo bhavati duhkha-ha

“He who is regulated in his habits of eating, sleeping, recreation and work can mitigate all material pains by practicing the yoga system.”

Bagi orang yang teratur dalam makanan dan rekreasi, yang terkendali dalam kegiatan kerjanya, yang tidur dan jaganya teratur, secara pasti yoga (disiplin) ini akan memusnahkan kesedihannya.

6-18

yada viniyatam cittam
atmany evavatisthate
nisprhah sarva-kamebhyo
yukta ity ucyate tada

“When the yogi, by practice of yoga, disciplines his mental activities and becomes situated in transcendence—devoid of all material desires—he is said to be well established in yoga.”

Bila pikiran yang terdisiplinkan itu dimantapkan pada sang Diri saja, serta dibebaskan dari segala keinginan, maka ia dikatakan telah diselaraskan dalam yoga.

6-19

yatha dipo nivata-stho
nengate sopama smrta
yogino yata-cittasya
yunjato yogam atmanah

“As a lamp in a windless place does not waver, so the transcendentalist, whose mind is controlled, remains always steady in his meditation on the transcendent self.”

Bagaikan lampu pada tempat yang tanpa angin yang nyalanya tak tergoyahkan seperti itulah pikiran sang yogi yang tertundukkan dalam melaksanakan penyatuan dengan sang Diri.

6-20, 6-21, 6-22, & 6-23

yatroparamate cittam
niruddham yoga-sevaya
yatra caivatmanatmanam
pasyann atmani tusyati

sukham atyantikam yat tad
buddhi-grahyam atindriyam
vetti yatra na caivayam
sthitas calati tattvatah

yam labdhva caparam labham
manyate nadhikam tatah
yasmin sthito na duhkhena
gurunapi vicalyate

tam vidyad duhkha-samyoga-
viyogam yoga-samjnitam

“In the stage of perfection called trance, or samadhi, one’s mind is completely restrained from material mental activities by practice of yoga. This perfection is characterized by one’s ability to see the self by the pure mind and to relish and rejoice in the self. In that joyous state, one is situated in boundless transcendental happiness, realized through transcendental senses. Established thus, one never departs from the truth, and upon gaining this he thinks there is no greater gain. Being situated in such a position, one is never shaken, even in the midst of greatest difficulty. This indeed is actual freedom from all miseries arising from material contact.”

Bahwa, ketika pemikiran berada dalam ketentraman, terkendalikan oleh pelaksanaan konsentrasi, yang memandang sang Diri melalui sang Diri dan bergembira dalam sang Diri. Bahwa, ia akan menemukan kegembiraan tertinggi, yang dirasakan oleh kecerdasan dan di luar pencapaian indra-indra; di sana ia dimantapkan dan tak lagi terjatuh dari kebenaran. Bahwa, dalam pencapaiannya ia berpikir tak ada perolehan yang lebih besar dari pada itu, yang kemantapannya tak tergoyahkan walaupun oleh kesedihan yang terberat sekalipun. Ketahuilah bahwa itu dinamakan yoga, ketiadaan hubungan penyatuan dengan penderitaan. Yoga ini hendaknya dilaksanakan dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati.

6-24

sa niscayena yoktavyo
yogo ’nirvinna-cetasa
sankalpa-prabhavan kamams
tyaktva sarvan asesatah
manasaivendriya-gramam
viniyamya samantatah

“One should engage oneself in the practice of yoga with determination and faith and not be deviated from the path. One should abandon, without exception, all material desires born of mental speculation and thus control all the senses on all sides by the mind.”

Dengan melepaskan segala keinginan tanpa perkecualian, yang berasal dari kehendak akan pamrih, dengan pengendalian segala indra pada segala sisi dengan pikiran.

6-25

sanaih sanair uparamed
buddhya dhrti-grhitaya
atma-samstham manah kritva
na kincid api cintayet

“Gradually, step by step, one should become situated in trance by means of intelligence sustained by full conviction, and thus the mind should be fixed on the self alone and should think of nothing else.”

Biarkanlah dia lambat laun menjadi tenang dengan penalaran yang dikendalikan oleh kemantapan dan setelah mengkonsentrasikan pikiran pada sang Diri, jangan biarkan dia berpikir pada yang lainnya lagi.

6-26

yato yato niscalati
manas cancalam asthiram
tatas tato niyamyaitad
atmany eva vasam nayet

“From wherever the mind wanders due to its flickering and unsteady nature, one must certainly withdraw it and bring it back under the control of the self.”

Apapun yang membuat pikiran tidak mantap dan goyah terombang ambing, biarlah ia tertahan dan dikembalikan lagi dalam pengendalian sang Diri saja.

6-27

prashanta-manasam hy enam
yoginam sukham uttamam
upaiti santa-rajasam
brahma-bhutam akalmasam

“The yogi whose mind is fixed on Me verily attains the highest perfection of transcendental happiness. He is beyond the mode of passion, he realizes his qualitative identity with the Supreme, and thus he is freed from all reactions to past deeds.”

Karena, kebahagiaan tertinggi sampai pada para yogi yang pikirannya penuh kedamaian, yang nafsu-nafsunya telah mengendap, yang tanpa noda dan menjadi satu dengan Brahman.

6-28

yunjann evam sadatmanam
yogi vigata-kalmasah
sukhena brahma-samsparsham
atyantam sukham asnute

“Thus the self-controlled yogi, constantly engaged in yoga practice, becomes free from all material contamination and achieves the highest stage of perfect happiness in transcendental loving service to the Lord.”

Jadi, dengan membuat sang diri senantiasa selaras, sang yogi yang telah terlepas dari dosa dengan mudah mengalami kebahagiaan tak terbatas dari hubungannya dengan Yang Abadi.

6-29

sarva-bhuta-stham atmanam
sarva-bhutani catmani
iksate yoga-yuktatma
sarvatra sama-darshanah

“A true yogi observes Me in all beings and also sees every being in Me. Indeed, the self-realized person sees Me, the same Supreme Lord, everywhere.”

Ia yang sang dirinya diselaraskan oleh yoga melihat sang Diri yang bersemayam dalam semua makhluk dan semua makhluk dalam sang Diri, di mana-mana ia melihat hal yang sama.

6-30

yo mam pasyati sarvatra
sarvam ca mayi pasyati
tasyaham na pranasyami
sa ca me na pranasyati

“For one who sees Me everywhere and sees everything in Me, I am never lost, nor is he ever lost to Me.”

Ia yang melihat Aku dimana-mana dan melihat semua di dalam-Ku; Aku tidak pernah hilang dari mereka ataupun mereka hilang dari-Ku

6-31

sarva-bhuta-sthitam yo mam
bhajaty ekatvam asthitah
sarvatha vartamano ’pi
sa yogi mayi vartate

“Such a yogi, who engages in the worshipful service of the Supersoul, knowing that I and the Supersoul are one, remains always in Me in all circumstances.”

Sang Yogi yang teguh dalam kesatuan, memuja Aku yang bersemayam dalam semua makhluk; bagaimanapun aktifnya dia berada di dalam-Ku.

6-32

atmaupamyena sarvatra
samam pasyati yo ’rjuna
sukham va yadi va duhkham
sa yogi paramo matah

“He is a perfect yogi who, by comparison to his own self, sees the true equality of all beings, in both their happiness and their distress, O Arjuna!”

Ia yang melihat segala sesuatunya dalam gambarannya sendiri, wahai Arjuna, apakah dalam kesenangan ataupun dalam kesengsaraan, ia dianggap sebagai seorang yogi yang sempurna.

6-33

arjuna uvaca
yo ’yam yogas tvaya proktah
samyena madhusudana
etasyaham na pasyami
cancalatvat sthitim sthiram

“Arjuna said: O Madhusudana, the system of yoga which You have summarized appears impractical and unendurable to me, for the mind is restless and unsteady.”

Arjuna bertanya:
Yoga yang Engkau nyatakan ini sebagai sifat dari keseimbangan (ketenangan pikiran), wahai Madhusudana (Krsna), namun aku tidak melihat dasar yang mantap, karena ketidaktenangan pikiran.

6-34

cancalam hi manah krishna
pramathi balavad drdham
tasyaham nigraham manye
vayor iva su-duskaram

“For the mind is restless, turbulent, obstinate and very strong, O Krishna, and to subdue it, I think, is more difficult than controlling the wind.”

Sebab, pikiran itu sungguh-sungguh gampang berubah, wahai Krsna, ia sangat liar, kuat dan keras kepala. Aku pikir pengendaliannya sama sulitnya dengan mengendalikan angin.

6-35

sri-bhagavan uvaca
asamsayam maha-baho
mano durnigraham calam
abhyasena tu kaunteya
vairagyena ca grhyate

“Lord Sri Krishna said: O mighty-armed son of Kunti, it is undoubtedly very difficult to curb the restless mind, but it is possible by suitable practice and by detachment.”

Sri Bhagavan bersabda:
Tanpa keraguan lagi, wahai Mahabahu (Arjuna), pikiran memang sulit untuk dikendalikan dan selalu bergoyang, tetapi ia dapat dikendalikan, wahai putra Kunti (Arjuna), dengan pelaksanaan yang konstan dan ketidakterikatan.

6-36

asamyatatmana yogo
dusprapa iti me matih
vasyatmana tu yatata
sakyo ’vaptum upayatah

“For one whose mind is unbridled, self-realization is difficult work. But he whose mind is controlled and who strives by appropriate means is assured of success. That is My opinion.”

Aku juga setuju bahwa yoga itu sulit untuk dicapai oleh mereka yang tidak mengendalikan dirinya; tetapi pengendalian diri itu dapat dicapai dengan selalu beusaha melalui cara yang benar.

6-37

arjuna uvaca
ayatih shraddhayopeto
yogac calita-manasah
aprapya yoga-samsiddhim
kam gatim krishna gacchati

“Arjuna said: O Krishna, what is the destination of the unsuccessful transcendentalist, who in the beginning takes to the process of self-realization with faith but who later desists due to worldly-mindedness and thus does not attain perfection in mysticism?”

Arjuna bertanya:
Ia yang tak dapat mengendalikan dirinya walaupun memiliki keyakinan dengan pikiran yang mengembara jauh dari yoga yang gagal untuk mencapai kesempurnaan dalam yoga, jalan manakah yang harus dilaluinya, wahai Krsna?

6-38

kaccin nobhaya-vibhrastas
chinnabhram iva nasyati
apratistho maha-baho
vimudho brahmanah pathi

“O mighty-armed Krishna, does not such a man, who is bewildered from the path of transcendence, fall away from both spiritual and material success and perish like a riven cloud, with no position in any sphere?”

Apakah ia tak dapat lenyap seperti tebaran awan-awan, wahai Krsna, yang rontok dari keduanya tanpa pegangan apapun dan kebingunan di jalan menuju Yang Abadi?

6-39

etan me samsayam krishna
chettum arhasy asesatah
tvad-anyah samsayasyasya
chetta na hy upapadyate

“This is my doubt, O Krishna, and I ask You to dispel it completely. But for You, no one is to be found who can destroy this doubt.”

Engkau harus melenyapkan keragu-raguan ini sepenuhnya, wahai Krsna, karena tak seorangpun selain daripada-Mu yang mampu melenyapkan kebingunan ini.

6-40

sri-bhagavan uvaca
partha naiveha namutra
vinasas tasya vidyate
na hi kalyana-krt kascid
durgatim tata gacchati

“The Supreme Personality of Godhead said: Son of Pritha, a transcendentalist engaged in auspicious activities does not meet with destruction either in this world or in the spiritual world; one who does good, My friend, is never overcome by evil.”

Sri Bhagavan bersabda
Wahai Partha (Arjuna), baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan nantinya tak ada kebinasaan baginya; karena tak pernah seseorang yang menapak jalan kebajikan, wahai kawan, akan menapak jalan kesusahan

6-41

prapya punya-kritam lokan
usitva sasvatih samah
sucinam srimatam gehe
yoga-bhrasto ’bhijayate

“The unsuccessful yogi, after many, many years of enjoyment on the planets of the pious living entities, is born into a family of righteous people, or into a family of rich aristocracy.”

Setelah mencapai dunia kebajikan dan berdiam di sana selama waktu yang sangat lama, orang yang gagal dalam melaksanakan yoga kembali lahir pada keluarga yang murni dan makmur.

6-42
atha va yoginam eva
kule bhavati dhimatam
etad dhi durlabhataram
loke janma yad idrsam

“Or [if unsuccessful after long practice of yoga] he takes his birth in a family of transcendentalists who are surely great in wisdom. Certainly, such a birth is rare in this world.”

Atau, ia mungkin lahir pada keluarga para yogi yang diberkahi kebijaksanaan. Karena kelahiran semacam itu lebih sukar diperoleh di dunia ini.

6-43

tatra tam buddhi-samyogam
labhate paurva-dehikam
yatate ca tato bhuyah
samsiddhau kuru-nandana

“On taking such a birth, he revives the divine consciousness of his previous life, and he again tries to make further progress in order to achieve complete success, O son of Kuru.”

Di sana ia mendapatkan kembali kesan-kesan mental yang telah dikembangkan dalam kehidupannya terdahulu; dan dengan itu sebagai titik awalnya ia berusaha keras lagi untuk mencapai kesempurnaan, wahai Kurunandana (Arjuna)

6-44

purvabhyasena tenaiva
hriyate hy avaso ’pi sah
jijnasur api yogasya
shabda-brahmativartate

“By virtue of the divine consciousness of his previous life, he automatically becomes attracted to the yogic principles—even without seeking them. Such an inquisitive transcendentalist stands always above the ritualistic principles of the scriptures.”

Dengan pengalaman terdahulu, ia dipaksa untuk meneruskannya. Bahkan para pencari pengetahuan yoga saja akan melampaui aturan kitab Veda

6-45

prayatnad yatamanas tu
yogi samshuddha-kilbisah
aneka-janma-samsiddhas
tato yati param gatim

“And when the yogi engages himself with sincere endeavor in making further progress, being washed of all contaminations, then ultimately, achieving perfection after many, many births of practice, he attains the supreme goal.”

Tetapi, para yogi yang berusaha dengan sekuat tenaga, dengan membersihkan segala dosa, menyempurnakan dirinya melalui banyak kehidupan, kemudian mencapai tujuan tertinggi.

6-46

tapasvibhyo ’dhiko yogi
jnanibhyo ’pi mato ’dhikah
karmibhyas cadhiko yogi
tasmad yogi bhavarjuna

“A yogi is greater than the ascetic, greater than the empiricist and greater than the fruitive worker. Therefore, O Arjuna, in all circumstances, be a yogi.”

Para yogin lebih mulia dari pada para pertapa; ia dianggap lebih mulia dari pada orang berpengetahuan, lebih mulia dari pada orang yang melaksanakan upacara ritual, sehingga untuk itu, jadilah seoran yogi, wahai Arjuna.

6-47

yoginam api sarvesam
mad-gatenantar-atmana
shraddhavan bhajate yo mam
sa me yuktatamo matah

“And of all yogis, the one with great faith who always abides in Me, thinks of Me within himself, and renders transcendental loving service to Me—he is the most intimately united with Me in yoga and is the highest of all. That is My opinion.”

Dan dari semua yogin, ia yang penuh keyakinan memuja Aku, dengan sang diri batin yang bersemayam dalam diri-Ku, dia ku anggap sebagai yang paling sesuai bagi-Ku dalam Yoga.

Di sini berakhir bab VI, percakapan yang berjudul DHYANA YOGA

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab VII

Saptamo’dhyayah
Bab VII

Jnana Vijnana Yoga

7-1

sri-bhagavan uvaca
mayy asakta-manah partha
yogam yunjan mad-asrayah
asamsayam samagram mam
yatha jnasyasi tac chrnu

“The Supreme Personality of Godhead said: Now hear, O son of Pritha, how by practicing yoga in full consciousness of Me, with mind attached to Me, you can know Me in full, free from doubt.”

Sri Bhagavan bersabda:
Kini dengarkanlah, wahai Partha, bagaimana cara melaksanakan yoga dengan pikiran yang selalu tertuju pada-Ku, dengan Aku sebagai tempatmu berlindung dan tanpa diragukan lagi engkau akan mengetahui Aku sepenuhnya.

7-2

jnanam te ’ham sa-vijnanam
idam vaksyamy asesatah
yaj jnatva neha bhuyo ’nyaj
jnatavyam avasisyate

“I shall now declare unto you in full this knowledge, both phenomenal and numinous. This being known, nothing further shall remain for you to know.”

Aku akan menjelaskan kepadamu selengkapnya kebijaksanaan ini bersama-sama dengan pengetahuan dan dengan mengetahuinya tak ada lagi yang tersisa untuk diketahui

7-3

manushyanam sahasresu
kascid yatati siddhaye
yatatam api siddhanam
kascin mam vetti tattvatah

“Out of many thousands among men, one may endeavor for perfection, and of those who have achieved perfection, hardly one knows Me in truth.”

Di antara beribu-ribu orang hampir tak seorangpun yang berusaha mencapai kesempurnaan dan di antara mereka yang berjuang dan berhasil, hampir tak seorangpun yang mengetahui Aku dalam kebenaran.

7-4

bhumir apo ’nalo vayuh
kham mano buddhir eva ca
ahankara itiyam me
bhinna prakritir astadha

“Earth, water, fire, air, ether, mind, intelligence and false ego—all together these eight constitute My separated material energies.”

Tanah, air, api, udara, akasa, pikiran, akal dan rasa keakuan – ini merupakan 8 macam pembagian unsur alam-Ku

7-5

apareyam itas tv anyam
prakritim viddhi me param
jiva-bhutam maha-baho
yayedam dharyate jagat

“Besides these, O mighty-armed Arjuna, there is another, superior energy of Mine, which comprises the living entities who are exploiting the resources of this material, inferior nature.”

Ini adalah unsur alam-Ku yang lebih rendah. Ketahuilah unsur alam-Ku yqang lebih tinggi lainnya, yang merupakan sang roh, yang menyanggal alam dunia ini, wahai Mahabahu (Arjuna)

7-6

etad-yonini bhutani
sarvanity upadharaya
aham krtsnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha

“All created beings have their source in these two natures. Of all that is material and all that is spiritual in this world, know for certain that I am both the origin and the dissolution.”

Ketahuilah bahwa semua mahluk mempunyai asal kelahiran di sini. Aku adalah asal mula dari seluruh alam semesta ini, demikian pula penyerapannya kembali.

7-7

mattah parataram nanyat
kincid asti dhananjaya
mayi sarvam idam protam
sutre mani-gana iva

“O conqueror of wealth, there is no truth superior to Me. Everything rests upon Me, as pearls are strung on a thread.”

Tak ada sesuatupun yang lebih tinggi dari pada-Ku, wahai Dhanamjaya (Arjuna). Semua yang ada di sini terikat dengan-Ku bagaikan untaian permata pada seutas tali (benang).

7-8

raso ’ham apsu kaunteya
prabhasmi sasi-suryayoh
pranavah sarva-vedesu
shabdah khe paurusam nrsu

“O son of Kunti, I am the taste of water, the light of the sun and the moon, the syllable om in the Vedic mantras; I am the sound in ether and ability in man.”

Aku adalah rasa dalam air, wahai putra Kunti (Arjuna). Aku adalah sinar pada bulan dan matahari. Aku adalah pranawa, atau suku kata suci AUM dalam semua kitab Veda; Aku adalah suara pada ruang (akasa) dan kemanusiaan pada manusia.

7-9

punyo gandhah prithivyam ca
tejas casmi vibhavasau
jivanam sarva-bhutesu
tapas casmi tapasvisu

“I am the original fragrance of the earth, and I am the heat in fire. I am the life of all that lives, and I am the penances of all ascetics.”

Aku adalah keharuman murni pada tanah dan kecemerlangan dalam api. Aku adalah nyawa dalam seluruh eksistensi ini dan ostiriti (kesederhanaan) pada para pertapa

7-10

bijam mam sarva-bhutanam
viddhi partha sanatanam
buddhir buddhimatam asmi
tejas tejasvinam aham

“O son of Pritha, know that I am the original seed of all existences, the intelligence of the intelligent, and the prowess of all powerful men.”

Ketahuilah, wahai Partha (Arjuna), bahwa Aku adalah benih abadi dari seluruh keberadaan ini. Aku adalah kecerdasan dari orang-orang cerdas. Aku adalah kesemarakan dari yang semarak.

7-11

balam balavatam caham
kama-raga-vivarjitam
dharmaviruddho bhutesu
kamo ’smi bharatarsabha

“I am the strength of the strong, devoid of passion and desire. I am sex life which is not contrary to religious principles, O lord of the Bharatas [Arjuna].”

Aku adalah kekuatan dari yang kuat, yang bebas dari keinginan dan nafsu. Pada mahluk-mahluk Aku adalah keinginan yang tidak bertentangan dengan hukum (dharma), wahai Bharatarsabha (Arjuna)

7-12

ye caiva sattvika bhava
rajasas tamasas ca ye
matta eveti tan viddhi
na tv aham tesu te mayi

“Know that all states of being—be they of goodness, passion or ignorance—are manifested by My energy. I am, in one sense, everything, but I am independent. I am not under the modes of material nature, for they, on the contrary, are within Me.”

Dan bagaimanapun keadaan mahluk-mahluk itu, apakah mereka itu selaras (sattvika), penuh nafsu (rajasa), ataupun malas (tamasa), ketahuilah bahwa semuanya itu berasal dari Aku. Aku tak ada di sana, tetapi mereka ada pada-Ku

7-13

tribhir guna-mayair bhavair
ebhih sarvam idam jagat
mohitam nabhijanati
mam ebhyah param avyayam

“Deluded by the three modes [goodness, passion and ignorance], the whole world does not know Me, who am above the modes and inexhaustible.”

Dikelabui oleh ketiga macam sifat alam (guna) ini, seluruh dunia tidak mengenal Aku, yang mengatasi mereka dan kekal abadi.

7-14

daivi hy esa guna-mayi
mama maya duratyaya
mam eva ye prapadyante
mayam etam taranti te

“This divine energy of Mine, consisting of the three modes of material nature, is difficult to overcome. But those who have surrendered unto Me can easily cross beyond it.”

Maya ilahi-Ku ini, yang mengandung ketiga sifat alam itu sulit untuk diatasi. Tetapi, mereka yang berlindung pada-Ku sajalah yang mampu untuk mengatasinya.

7-15

na mam duskritino mudhah
prapadyante naradhamah
mayayapahrta-jnana
asuram bhavam asritah

“Those miscreants who are grossly foolish, who are lowest among mankind, whose knowledge is stolen by illusion, and who partake of the atheistic nature of demons do not surrender unto Me.”

Para pelaku jahat yang dungu, yang berderajat rendah, yang pikirannya terselimuti ilusi dan yang memiliki sifat para asura, tidak berlindung pada-Ku

7-16

catur-vidha bhajante mam
janah sukritino ’rjuna
arto jijnasur artharthi
jnani ca bharatarsabha

“O best among the Bharatas, four kinds of pious men begin to render devotional service unto Me—the distressed, the desirer of wealth, the inquisitive, and he who is searching for knowledge of the Absolute.”

Orang-orang bajik yang memuja-Ku ada empat jenis, yaitu mereka yang sengsara, yang mencari pengetahuan, yang mencari kekayaan dan orang bijaksana, wahai Bharatarsabha (Arjuna)

7-17

tesam jnani nitya-yukta
eka-bhaktir visisyate
priyo hi jnanino ’tyartham
aham sa ca mama priyah

“Of these, the one who is in full knowledge and who is always engaged in pure devotional service is the best. For I am very dear to him, and he is dear to Me.”

Dari keempatnya ini, yang bijaksana, yang senantiasa berada dalam penyatuan terus-menerus dengan Yang Ilahi, yang pengabdiannya manunggal, adalah yang terbaik. Karena Aku sangat mengasihinya dan ia mengasihi Aku

7-18

udarah sarva evaite
jnani tv atmaiva me matam
asthitah sa hi yuktatma
mam evanuttamam gatim

“All these devotees are undoubtedly magnanimous souls, but he who is situated in knowledge of Me I consider to be just like My own self. Being engaged in My transcendental service, he is sure to attain Me, the highest and most perfect goal.”

Semuanya ini sungguh mulia, tetapi Aku memandang mereka yang bijaksana sungguh-sungguh adalah Diri-Ku sendiri; karena selama terselaraskan secara sempurna, ia berlindung hanya kepada-Ku sebagai tujuan tertingginya.

7-19

bahunam janmanam ante
jnanavan mam prapadyate
vasudevah sarvam iti
sa mahatma su-durlabhah

“After many births and deaths, he who is actually in knowledge surrenders unto Me, knowing Me to be the cause of all causes and all that is. Such a great soul is very rare.”

Pada akhir dari banyak kehidupan, orang bijaksana berlindung pada-Ku yang mengetahui bahwa semuanya ini adalah Wasudewa (Tuhan) saja adanya. Roh agung semacam itu sulit menemukannya.

7-20

kamais tais tair hrta-jnanah
prapadyante ’nya-devatah
tam tam niyamam asthaya
prakritya niyatah svaya

“Those whose intelligence has been stolen by material desires surrender unto demigods and follow the particular rules and regulations of worship according to their own natures.”

Tetapi, mereka yang pikirannya tercemari oleh keinginan, berlindung pada para dewa lainnya dengan melakukan berbagai upacara ritual yang didorong oleh sifat-sifat mereka sendiri.

7-21

yo yo yam yam tanum bhaktah
shraddhayarcitum icchati
tasya tasyacalam shraddham
tam eva vidadhamy aham

“I am in everyone’s heart as the Supersoul. As soon as one desires to worship some demigod, I make his faith steady so that he can devote himself to that particular deity.”

Apapun bentuk pemujaan yang dikehendaki para bhakta dengan keyakinannya, Aku buat keyakinannya itu mantap.

7-22

sa taya shraddhaya yuktas
tasyaradhanam ihate
labhate ca tatah kaman
mayaiva vihitan hi tan

“Endowed with such a faith, he endeavors to worship a particular demigod and obtains his desires. But in actuality these benefits are bestowed by Me alone.”

Dibekali dengan keyakinan itu, ia mencari kedamaian dari keyakinan tersebut dan dari sana ia memperoleh keinginannya, manfaat yang hanya diputuskan oleh-Ku saja

7-23

antavat tu phalam tesam
tad bhavaty alpa-medhasam
devan deva-yajo yanti
mad-bhakta yanti mam api

“Men of small intelligence worship the demigods, and their fruits are limited and temporary. Those who worship the demigods go to the planets of the demigods, but My devotees ultimately reach My supreme planet.”

Tetapi, hasil yang diperoleh oleh orang yang berpikiran picik ini bersifat sementara saja. Para pemuja dewa pergi menuju para dewa, tetapi para bhakta-Ku akan sampai ke tempat-Ku

7-24

avyaktam vyaktim apannam
manyante mam abuddhayah
param bhavam ajananto
mamavyayam anuttamam

“Unintelligent men, who do not know Me perfectly, think that I, the Supreme Personality of Godhead, Krishna, was impersonal before and have now assumed this personality. Due to their small knowledge, they do not know My higher nature, which is imperishable and supreme.”

Orang yang tanpa pemahaman berpikir tentang Aku yang tak berwujud sebagai memiliki wujud, tidak mengetahui sifat-Ku yang lebih tinggi, tak berubah dan Tertinggi.

7-25

naham prakasah sarvasya
yoga-maya-samavrtah
mudho ’yam nabhijanati
loko mam ajam avyayam

“I am never manifest to the foolish and unintelligent. For them I am covered by My internal potency, and therefore they do not know that I am unborn and infallible.”

Diselubungi oleh daya kreatif (yogamaya)-Ku, Aku tak terlihat oleh semuanya. Dunia yang terbingungkan ini tidak mengetahui Aku yang tak terlahirkan, yang tak berubah.

7-26

vedaham samatitani
vartamanani carjuna
bhavisyani ca bhutani
mam tu veda na kascana

“O Arjuna, as the Supreme Personality of Godhead, I know everything that has happened in the past, all that is happening in the present, and all things that are yet to come. I also know all living entities; but Me no one knows.”

Aku mengetahui mahluk-mahluk yang ada di masa lalu, yang ada sekarang, maupun yang akan muncul nantinya, wahai Arjuna, tetapi tak seorangpun dari mereka yang mengenal Aku

7-27

iccha-dvesa-samutthena
dvandva-mohena bharata
sarva-bhutani sammoham
sarge yanti parantapa

“O scion of Bharata, O conqueror of the foe, all living entities are born into delusion, bewildered by dualities arisen from desire and hate.”

Semua mahluk lahir menuju khayalan, wahai Bharata (Arjuna), diatasi oleh dualitas pertentangan yang berasal dari nafsu kerakusan dan kebencian, wahai Paramtapa (Arjuna)

7-28

yesham tv anta-gatam papam
jananam punya-karmanam
te dvandva-moha-nirmukta
bhajante mam drdha-vratah

“Persons who have acted piously in previous lives and in this life and whose sinful actions are completely eradicated are freed from the dualities of delusion, and they engage themselves in My service with determination.”

Tetapi mereka yang berbuat bajik, yang dosa-dosanya telah berakhir, bebas dari khayalan dualitas, memuja Aku dengan mantap dalam sumpah-sumpahnya

7-29

jara-marana-mokshaya
mam asritya yatanti ye
te brahma tad viduh krtsnam
adhyatmam karma cakhilam

“Intelligent persons who are endeavoring for liberation from old age and death take refuge in Me in devotional service. They are actually Brahman because they entirely know everything about transcendental activities.”

Mereka yang berlindung pada-Ku dan berusaha untuk terlepas dari usia tua dan kematian, mereka mengetahui Brahman Yang Mutlak seluruhnya mereka mengetahui sang Diri dan segala hal tentang kegiatan kerja (karma).

7-30

sadhibhutadhidaivam mam
sadhiyajnam ca ye viduh
prayana-kale ’pi ca mam
te vidur yukta-cetasah

“Those in full consciousness of Me, who know Me, the Supreme Lord, to be the governing principle of the material manifestation, of the demigods, and of all methods of sacrifice, can understand and know Me, the Supreme Personality of Godhead, even at the time of death.”

Mereka yang mengetahui Aku sebagai Yang Tunggal, yang mengatur aspek material dan ilahi serta segala upacara kurban, dengan pikiran yang diselaraskan, mereka mendapat pengetahuan tentang Aku, meskipun di saat keberangkatan mereka (dari dunia ini).

Di sini berakhir bab VII, percakapan yang berjudul JNANA VIJNANA YOGA

[Kembali]

Bhagavad Gita – Bab VIII

Astamo’dhyayah
Bab VIII

Aksara Brahma Yoga

8-1

arjuna uvaca
kim tad brahma kim adhyatmam
kim karma purushottama
adhibhutam ca kim proktam
adhidaivam kim ucyate

“Arjuna inquired: O my Lord, O Supreme Person, what is Brahman? What is the self? What are fruitive activities? What is this material manifestation? And what are the demigods? Please explain this to me.”

Arjuna bertanya:
Apakah Brahman (Yang Mutlak) itu? Apakah sang Diri (Adhyatma) dan apakah kegiatan kerja (karma) itu, wahai Purusottama (Krsna)? Apakah yang dikatakan sebagai bidang wilayah unsur-unsur (Adhibutam) itu? Apakah yang disebut bidang para dewa (Adhidaiva) itu?

8-2

adhiyajnah katham ko ’tra
dehe ’smin madhusudana
prayana-kale ca katham
jneyo ’si niyatatmabhih

“Who is the Lord of sacrifice, and how does He live in the body, O Madhusudana? And how can those engaged in devotional service know You at the time of death?”

Apa yang menjadi bagian dari adhiyajna dalam badan dan bagaimana itu. wahai Madhusudana (Krsna). Bagaimana pula Engkau dapat diketahui pada saat kematian dengan pengendalian sang diri?

8-3

sri-bhagavan uvaca
aksharam brahma paramam
svabhavo ’dhyatmam ucyate
bhuta-bhavodbhava-karo
visargah karma-samjnitah

“The Supreme Personality of Godhead said: The indestructible, transcendental living entity is called Brahman, and his eternal nature is called adhyatma, the self. Action pertaining to the development of the material bodies of the living entities is called karma, or fruitive activities.”

Sri Bhagavan bersabda:
Brahman Yang Mutlak itu kekal abadi, Yang Tertinggi, dan sifat esensialnya disebut sebagai sang Diri. Karma adalah namya yang diberikan pada kekuatan kreatif yang memunculkan mahluk-mahluk

8-4

adhibhutam ksaro bhavah
purushas cadhidaivatam
adhiyajno ’ham evatra
dehe deha-bhrtam vara

“O best of the embodied beings, the physical nature, which is constantly changing, is called adhibhuta [the material manifestation]. The universal form of the Lord, which includes all the demigods, like those of the sun and moon, is called adhidaiva. And I, the Supreme Lord, represented as the Supersoul in the heart of every embodied being, am called adhiyajna [the Lord of sacrifice].”

Dasar dari segala hal yang diciptakan adalah alam fana ini; dasar dari unsur ilahi adalah roh kosmis (semesta). Dan dasar dari segala upacara kurban di sini adalah Diri-Ku sendiri, wahai keberadaan berwujud yang terbaik (Arjuna).

8-5

anta-kale ca mam eva
smaran muktva kalevaram
yah prayati sa mad-bhavam
yati nasty atra samsayah

“And whoever, at the end of his life, quits his body, remembering Me alone, at once attains My nature. Of this there is no doubt.”

Dan siapapun yang pada saat datangnya kematian, menanggalkan badan jasmani, senantiasa berpikir tentang Aku, ia akan sampai pada kedudukan-Ku, hal itu tak perlu diragukan lagi.

8-6

yam yam vapi smaran bhavam
tyajaty ante kalevaram
tam tam evaiti kaunteya
sada tad-bhava-bhavitah

“Whatever state of being one remembers when he quits his body, O son of Kunti, that state he will attain without fail.”

Keadaan apapun yang dipikirkannya pada saat-saat terakhir ketika menanggalkan badan jasmani, kesanalah ia akan sampai, wahai putra Kunti (Arjuna), karena ia senantiasa terserap dalam pemikiran hal itu saja.

8-7

tasmat sarveshu kaleshu
mam anusmara yudhya ca
mayy arpita-mano-buddhir
mam evaishyasy asamsayah

“Therefore, Arjuna, you should always think of Me in the form of Krishna and at the same time carry out your prescribed duty of fighting. With your activities dedicated to Me and your mind and intelligence fixed on Me, you will attain Me without doubt.”

Oleh karena itu, kapanpun juga ingatlah kepada-Ku dan berjuanglah. Bila pikiran dan kecerdasan senantiasa terpaku pada-Ku, tanpa diragukan lagi engkau akan sampai kepada-Ku

8-8

abhyasa-yoga-yuktena
cetasa nanya-gamina
paramam purusham divyam
yati parthanucintayan

“He who meditates on Me as the Supreme Personality of Godhead, his mind constantly engaged in remembering Me, undeviated from the path, he, O Partha, is sure to reach Me.”

Ia yang senantiasa bermeditasi pada Pribadi Tertinggi dengan pemikiran yang disesuaikan dengan pelaksanaan yang terus menerus dan tidak mengembara kemana-mana terhadap yang lainnya lagi, wahai Partha (Arjuna), ia akan sampai pada Pribadi Ilahi Tertinggi

8-9

kavim puranam anusasitaram
anor aniyamsam anusmared yah
sarvasya dhataram acintya-rupam
aditya-varnam tamasah parastat

“One should meditate upon the Supreme Person as the one who knows everything, as He who is the oldest, who is the controller, who is smaller than the smallest, who is the maintainer of everything, who is beyond all material conception, who is inconceivable, and who is always a person. He is luminous like the sun, and He is transcendental, beyond this material nature.”

Ia yang memusatkan perhatiannya pada Yang Maha Tahu, yang terpurba, Yang Mahakuasa, yang lebih halus dari pada yang halus, sebagai penopang segalanya, yang wujudnya tak terpahami, yang kesemarakannya bagaikan matahari itu mengatasi kegelapan.

8-10

prayana-kale manasacalena
bhaktya yukto yoga-balena caiva
bhruvor madhye pranam avesya samyak
sa tam param purusham upaiti divyam

“One who, at the time of death, fixes his life air between the eyebrows and, by the strength of yoga, with an undeviating mind, engages himself in remembering the Supreme Lord in full devotion, will certainly attain to the Supreme Personality of Godhead.”

Ia yang berbuat demikian pada saat kematian tiba, dengan pikiran pengabdian yang mantap dan kekuatan yoga serta memantapkan nafas hidup di tengah-tengah kedua alis mata, ia mencapai Pribadi Ilahi Tertinggi

8-11

yad aksharam veda-vido vadanti
vishanti yad yatayo vita-ragah
yad icchanto brahmacaryam caranti
tat te padam sangrahena pravaksye

“Persons who are learned in the Vedas, who utter omkara and who are great sages in the renounced order enter into Brahman. Desiring such perfection, one practices celibacy. I shall now briefly explain to you this process by which one may attain salvation.”

Aku akan melukiskan secara ringkas kepadamu keadaan yang disebut Abadi oleh mereka yang mengetahui kitab suci Veda, yang dimasuki para pertapa yang bebas dari nafsu dan yang diinginkan oleh mereka yang menjalani kehidupan pengendalian diri.

8-12

sarva-dvarani samyamya
mano hridi nirudhya ca
murdhny adhayatmanah pranam
asthito yoga-dharanam

“The yogic situation is that of detachment from all sensual engagements. Closing all the doors of the senses and fixing the mind on the heart and the life air at the top of the head, one establishes himself in yoga.”

Semua gerbang dari badan dikendalikan, pikiran dikurung dalam hati, daya kehidupannya dipusatkan pada kepala, dan dimantapkan dalam konsentrasi dengan yoga.

8-13

om ity ekaksharam brahma
vyaharan mam anusmaran
yah prayati tyajan deham
sa yati paramam gatim

“After being situated in this yoga practice and vibrating the sacred syllable om, the supreme combination of letters, if one thinks of the Supreme Personality of Godhead and quits his body, he will certainly reach the spiritual planets.”

Ia yang mengucapkan suku kata tunggal AUM, yaitu Brahman, dengan mengingat Aku ketika ia berangkat dengan menanggalkan badan jasmaninya, mencapai tujuan tertinggi.

8-14

ananya-cetah satatam
yo mam smarati nityasah
tasyaham sulabhah partha
nitya-yuktasya yoginah

“For one who always remembers Me without deviation, I am easy to obtain, O son of Pritha, because of his constant engagement in devotional service.”

Ia yang secara terus menerus memusatkan perhatiannya pada-Ku, tanpa memikirkan yang lainnya lagi, Aku mudah dicapai oleh mereka yang menjadi seorang yogi yang senantiasa berdisiplin (menyatu dengan Yang Tertinggi), wahai Partha (Arjuna)

8-15

mam upetya punar janma
duhkhalayam asasvatam
napnuvanti mahatmanah
samsiddhim paramam gatah

“After attaining Me, the great souls, who are yogis in devotion, never return to this temporary world, which is full of miseries, because they have attained the highest perfection.”

Setelah sampai kepada-Ku para roh agung ini tak akan kembali lahir ke tempat kesengsaraan yang tidak kekal ini, karena mereka telah mencapai kesempurnaan tertinggi.

8-16

a-brahma-bhuvanal lokah
punar avartino ’rjuna
mam upetya tu kaunteya
punar janma na vidyate

“From the highest planet in the material world down to the lowest, all are places of misery wherein repeated birth and death take place. But one who attains to My abode, O son of Kunti, never takes birth again.”

Dari wilayah kedudukan Brahma sang pencipta menurun, semua dunia mengalami kelahiran kembali, wahai putra Kunti (Arjuna), tetapi mereka yang mencapai Aku, tak akan lahir kembali ke dunia.

8-17

sahasra-yuga-paryantam
ahar yad brahmano viduh
ratrim yuga-sahasrantam
te ’ho-ratra-vido janah

“By human calculation, a thousand ages taken together form the duration of Brahma’s one day. And such also is the duration of his night.”

Mereka yang mengetahui bahwa satu hari Brahma adalah jangka waktu seribu yuga dan bahwa malam Brahma juga seribu yuga adalah yang mengetahui siang dan malam’

8-18

avyaktad vyaktayah sarvah
prabhavanty ahar-agame
ratry-agame praliyante
tatraivavyakta-samjnake

“At the beginning of Brahma’s day, all living entities become manifest from the unmanifest state, and thereafter, when the night falls, they are merged into the unmanifest again.”

Pada saat datangnya siang hari, segala yang berwujud muncul dari yang tak berwujud dan pada saat malam tiba mereka bergabung kembali dengan cara yang sama, yang disebut tak berwujud tersebut.

8-19

bhuta-gramah sa evayam
bhutva bhutva praliyate
ratry-agame ’vasah partha
prabhavaty ahar-agame

“Again and again, when Brahma’s day arrives, all living entities come into being, and with the arrival of Brahma’s night they are helplessly annihilated.”

Kejamakan eksistensi yang sama ini, yang muncul berkali-kali, dengan tak berdaya bergabung kembali pada saat datangnya malam hari, wahai Partha (Arjuna), dan muncul kembali pada saat datangnya siang hari.

8-20

paras tasmat tu bhavo ’nyo
’vyakto ’vyaktat sanatanah
yah sa sarveshu bhutesu
nasyatsu na vinasyati

“Yet there is another unmanifest nature, which is eternal and is transcendental to this manifested and unmanifested matter. It is supreme and is never annihilated. When all in this world is annihilated, that part remains as it is.”

Tetapi, di luar dari yang tak bermanifestasi ini masih ada Keberadaan Abadi Tak berwujud yang tidak lenyap walaupun ketika segala keberadaan ini lenyap semuanya.

8-21

avyakto ’kshara ity uktas
tam ahuh paramam gatim
yam prapya na nivartante
tad dhama paramam mama

“That which the Vedantists describe as unmanifest and infallible, that which is known as the supreme destination, that place from which, having attained it, one never returns—that is My supreme abode.”

Yang tak Berwujud ini disebut ‘Abadi’, yang dikatakan merupakan tempat kedudukan Tertinggi. Mereka yagn mencapai-Nya tak akan kembali lagi. Itulah tempat-Ku yang Tertinggi

8-22

purushah sa parah partha
bhaktya labhyas tv ananyaya
yasyantah-sthani bhutani
yena sarvam idam tatam

“The Supreme Personality of Godhead, who is greater than all, is attainable by unalloyed devotion. Although He is present in His abode, He is all-pervading, and everything is situated within Him.”

Inilah Pribadi Tertinggi, wahai Partha (Arjuna), sebagai tempat kediaman seluruh keberadaan, dan yang juga meresapi atau meliputinya, yang bagaimanapun juga dapat dicapai dengan pengabdian yang tak tergoyahkan.

8-23

yatra kale tv anavrttim
avrttim caiva yoginah
prayata yanti tam kalam
vaksyami bharatarsabha

“O best of the Bharatas, I shall now explain to you the different times at which, passing away from this world, the yogi does or does not come back.”

Kini Aku akan menyatakan kepadamu, wahai Arjuna, saat para yogi yang meninggal tak kembali lagi dan juga saat bepergian mereka dan kembali lagi.

8-24

agnir jyotir ahah suklah
san-masa uttarayanam
tatra prayata gacchanti
brahma brahma-vido janah

“Those who know the Supreme Brahman attain that Supreme by passing away from the world during the influence of the fiery god, in the light, at an auspicious moment of the day, during the fortnight of the waxing moon, or during the six months when the sun travels in the north.”

Api, cahaya, siang hari, malam cerah (purnama), enam bulan jalan matahari ke Utara, maka perjalanan roh mereka yang mengetahui Yang Mutlak akan pergi menuju-Nya

8-25

dhumo ratris tatha krishnah
san-masa daksinayanam
tatra candramasam jyotir
yogi prapya nivartate

“The mystic who passes away from this world during the smoke, the night, the fortnight of the waning moon, or the six months when the sun passes to the south reaches the moon planet but again comes back.”

Asap, malam hari, dan juga masa gelap, enam bulan jalan matahari ke Selatan, maka yogi yang berangkat pada saat demikian akan mencapai cahaya bulan dan akan kembali lagi ke dunia ini.

8-26

sukla-krsne gati hy ete
jagatah sasvate mate
ekaya yaty anavrttim
anyayavartate punah

“According to Vedic opinion, there are two ways of passing from this world—one in light and one in darkness. When one passes in light, he does not come back; but when one passes in darkness, he returns.”

Terang dan gelap, kedua jalan ini dianggap sebagai jalan abadi; oleh seseorang yang berangkat dan tak kembali dan oleh yang lainnya namun mereka kembali lagi.

8-27

naite srti partha janan
yogi muhyati kascana
tasmat sarveshu kaleshu
yoga-yukto bhavarjuna

“Although the devotees know these two paths, O Arjuna, they are never bewildered. Therefore be always fixed in devotion.”

Para yogi yang mengetahui kedua jalan ini, wahai Partha (Arjuna), tak pernah menjadi bingung. Oleh karena itu, wahai Arjuna, pada setiap waktu mantapkanlah dirimu dalam yoga.

8-28

vedesu yajnesu tapahsu caiva
danesu yat punya-phalam pradistam
atyeti tat sarvam idam viditva
yogi param sthanam upaiti cadyam

“A person who accepts the path of devotional service is not bereft of the results derived from studying the Vedas, performing austere sacrifices, giving charity or pursuing philosophical and fruitive activities. Simply by performing devotional service, he attains all these, and at the end he reaches the supreme eternal abode.”

Yogi yang setelah mengetahui semuanya ini, melampaui hasil-hasil dari perbuatan bajik yang ditandai dengan belajar kitab suci Veda, upacara kurban, melakukan tapah dan amal sedekah dan mencapai kedudukan yang utama dan tertinggi ini.

Di sini berakhir percakapan dalam bab VIII, yang berjudul Aksara Brahma Yoga

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab IX

Navamo’dhyayah
Bab IX

Rajavidya Rajaguhya Yoga

9-1

sri-bhagavan uvaca
idam tu te guhyatamam
pravaksyamy anasuyave
jnanam vijnana-sahitam
yaj jnatva moksyase ’subhat

“The Supreme Personality of Godhead said: My dear Arjuna, because you are never envious of Me, I shall impart to you this most confidential knowledge and realization, knowing which you shall be relieved of the miseries of material existence.”

Sri Bhagavan bersabda:
Kepadamu, yang tidak bersifat rewel, Aku akan menyatakan kebijaksanaan rahasia yang sangat mendalam ini yang dikombinasikan dengan pengetahuan; dan dengan mengetahuinya engkau akan dibebaskan dari segala kejahatan

9-2

raja-vidya raja-guhyam
pavitram idam uttamam
pratyakshavagamam dharmyam
su-sukham kartum avyayam

“This knowledge is the king of education, the most secret of all secrets. It is the purest knowledge, and because it gives direct perception of the self by realization, it is the perfection of religion. It is everlasting, and it is joyfully performed.”

Inilah ilmu pengetahuan tertinggi, rahasia tertinggi sebagai pensuci tertinggi , yang dapat diketahui dengan pengalaman langsung, yang sesuai dengan aturan, mudah dilaksanakan dan bersifat abadi.

9-3

asraddadhanah purusha
dharmasyasya parantapa
aprapya mam nivartante
mrityu-samsara-vartmani

“Those who are not faithful in this devotional service cannot attain Me, O conqueror of enemies. Therefore they return to the path of birth and death in this material world.”

Orang yang tidak memiliki keyakinan dengan cara ini tak akan mencapai Aku, wahai Paramtapa (Arjuna), dan akan kembali ke dunia kehidupan fana (samsara)

9-4

maya tatam idam sarvam
jagad avyakta-murtina
mat-sthani sarva-bhutani
na caham tesv avasthitah

“By Me, in My unmanifested form, this entire universe is pervaded. All beings are in Me, but I am not in them.”

Seluruh alam raya ini terselimuti oleh-Ku melalui wujud-Ku yang tak termanifestasikan. Semua mahluk ada pada-Ku, tetapi Aku tak ada pada mereka.

9-5

na ca mat-sthani bhutani
pasya me yogam aishvaram
bhuta-bhrn na ca bhuta-stho
mamatma bhuta-bhavanah

“And yet everything that is created does not rest in Me. Behold My mystic opulence! Although I am the maintainer of all living entities and although I am everywhere, I am not a part of this cosmic manifestation, for My Self is the very source of creation.”

Namun, mahluk-mahluk tidak berdiam pada-Ku; ketahuilah rahasia ilahi-Ku. Roh-Ku yang menjadi sumber dari segala mahluk menopang keberadaannya tetapi tidak berdiam pada mereka.

9-6

yathakasa-sthito nityam
vayuh sarvatra-go mahan
tatha sarvani bhutani
mat-sthanity upadharaya

“Understand that as the mighty wind, blowing everywhere, rests always in the sky, all created beings rest in Me.”

Seperti udara yang perkasa, yang bergerak di mana-mana, senantiasa berada di ruang angkasa (akasa), ketahuilah bahwa dengan cara yang sama seluruh keberadaan ini berada di dalam-Ku

9-7

sarva-bhutani kaunteya
prakritim yanti mamikam
kalpa-ksaye punas tani
kalpadau visrjamy aham

“O son of Kunti, at the end of the millennium all material manifestations enter into My nature, and at the beginning of another millennium, by My potency, I create them again.”

Seluruh mahluk, wahai putra Kunti (Arjuna), masuk ke dalam sifat alam (prakrti)-Ku, pada setiap akhir siklus (kalpa) dan awal siklus (kalpa) berikutnya Aku kembalikan lagi mereka itu.

9-8

prakritim svam avastabhya
visrijami punah punah
bhuta-gramam imam krtsnam
avasam prakriter vasat

“The whole cosmic order is under Me. Under My will it is automatically manifested again and again, and under My will it is annihilated at the end.”

Diliputi oleh sifat alam (prakrti)-Ku ini, Aku kembalikan berulang kali seluruh mahluk ini yang tanpa daya berada di bawah pengendalian prakrti-Ku

9-9

na ca mam tani karmani
nibadhnanti dhananjaya
udasina-vad asinam
asaktam tesu karmasu

“O Dhananjaya, all this work cannot bind Me. I am ever detached from all these material activities, seated as though neutral.”

Namun kegiatan kerja ini tidak mengikat-Ku, wahai Dhananjaya (Arjuna), yang duduk seakan-akan tak perduli, tak terikat dengan kegiatan tersebut.

9-10

mayadhyaksena prakritih
suyate sa-caracaram
hetunanena kaunteya
jagad viparivartate

“This material nature, which is one of My energies, is working under My direction, O son of Kunti, producing all moving and nonmoving beings. Under its rule this manifestation is created and annihilated again and again.”

Di bawah pengendalian-Ku, prakrti ini menyebabkan munculnya semua hal, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, dan dengan cara ini, wahai putra Kunti (Arjuna), dunia ini berputar.

9-11

avajananti mam mudha
manusim tanum asritam
param bhavam ajananto
mama bhuta-maheshvaram

“Fools deride Me when I descend in the human form. They do not know My transcendental nature as the Supreme Lord of all that be.”

Yang terbingungkan memandang rendah Aku yang mengenakan wujud manusia, tidak mengetahui hakekat-Ku yang lebih tinggi sebagai Penguasa dari segala eksistensi ini.

9-12

moghasa mogha-karmano
mogha-jnana vicetasah
rakshasim asurim caiva
prakritim mohinim sritah

“Those who are thus bewildered are attracted by demonic and atheistic views. In that deluded condition, their hopes for liberation, their fruitive activities, and their culture of knowledge are all defeated.”

Dengan mengambil bagian dari sifat yang bukan sebenarnya dari para setan dan orang-orang jahat, aspirasi mereka sia-sia, kegiatan mereka sia-sia dan pengetahuan merekapun sia-sia dan mereka tanpa pertimbangan sama sekali

9-13

mahatmanas tu mam partha
daivim prakritim asritah
bhajanty ananya-manaso
jnatva bhutadim avyayam

“O son of Pritha, those who are not deluded, the great souls, are under the protection of the divine nature. They are fully engaged in devotional service because they know Me as the Supreme Personality of Godhead, original and inexhaustible.”

Roh-roh agung, wahai Partha (Arjuna), yang memiliki sifat ilahi, yang mengetahui Aku sebagai sumber abadi segala mahluk, memuja-Ku dengan pikiran yang mantap.

9-14

satatam kirtayanto mam
yatantas ca drdha-vratah
namasyantas ca mam bhaktya
nitya-yukta upasate

“Always chanting My glories, endeavoring with great determination, bowing down before Me, these great souls perpetually worship Me with devotion.”

Dengan memuliakan Aku senantiasa, rajin dan mantap dalam sumpah, bersujud kepada-Ku dengan penuh pengabdian, mereka memuja-Ku dengan penuh disiplin

9-15

jnana-yajnena capy anye
yajanto mam upasate
ekatvena prithaktvena
bahudha vishvato-mukham

“Others, who engage in sacrifice by the cultivation of knowledge, worship the Supreme Lord as the one without a second, as diverse in many, and in the universal form.”

Yang lainnya lagi, berkurban dengan pengorbanan kebijaksanaan dan memuja-Ku sebagai Yang Tunggal, sebagai berbeda dan banyak, yang menghadap ke segala penjuru.

9-16

aham kratur aham yajnah
svadhaham aham ausadham
mantro ’ham aham evajyam
aham agnir aham hutam

“But it is I who am the ritual, I the sacrifice, the offering to the ancestors, the healing herb, the transcendental chant. I am the butter and the fire and the offering.”

Aku adalah kegiatan ritual dan upacara kurban; Aku adalah persembahan leluhur dan reramuan obat-obatan; Aku adalah ucapan suci dan keju cair (reramuan persembahan api); Aku adalah api dan juga persembahan.

9-17

pitaham asya jagato
mata dhata pitamahah
vedyam pavitram omkara
rk sama yajur eva ca

“I am the father of this universe, the mother, the support and the grandsire. I am the object of knowledge, the purifier and the syllable om. I am also the Rig, the Sama and the Yajur Vedas.”

Aku adalah bapak, ibu, penopang dan kakek dari alam dunia ini, Aku juga adalah ilmu pengetahuan, pensuci dan suku kata AUM dan Aku adalah mantra-mantra rk, saman, dan juga yajus.

9-18

gatir bharta prabhuh saksi
nivasah saranam suhrt
prabhavah pralayah sthanam
nidhanam bijam avyayam

“I am the goal, the sustainer, the master, the witness, the abode, the refuge, and the most dear friend. I am the creation and the annihilation, the basis of everything, the resting place and the eternal seed.”

Aku adalah tujuan, pengemban, penguasa, saksi, tempat kediaman, perlindungan dan kawan. Aku adalah asal mula dan pelebur, dasar, tempat bersandar dan benih abadi.

9-19

tapamy aham aham varsam
nigrhnamy utsrijami ca
amritam caiva mrityus ca
sad asac caham arjuna

“O Arjuna, I give heat, and I withhold and send forth the rain. I am immortality, and I am also death personified. Both spirit and matter are in Me.”

Aku memberi kehangatan, Akulah yang menahan dan menurunkan hujan. Aku adalah keabadian dan juga kematian; Aku keberadaan dan juga bukan keberadaan, wahai Arjuna.

9-20

trai-vidya mam soma-pah puta-papa
yajnair istva svar-gatim prarthayante
te punyam asadya surendra-lokam
asnanti divyan divi deva-bhogan

“Those who study the Vedas and drink the soma juice, seeking the heavenly planets, worship Me indirectly. Purified of sinful reactions, they take birth on the pious, heavenly planet of Indra, where they enjoy godly delights.”

Mereka yang mengetahuai ketiga kitab suci Veda, yang minum sari soma dan dibersihkan dari dosa, yang memuja-Ku dengan upacara kurban, memohon jalan ke surga. Mereka mencapai wilayah suci Indra (Indraloka) dan menikmati kenikmatan para dewa di surga

9-21

te tam bhuktva svarga-lokam visalam
ksine punye martya-lokam vishanti
evam trayi-dharmam anuprapanna
gatagatam kama-kama labhante

“When they have thus enjoyed vast heavenly sense pleasure and the results of their pious activities are exhausted, they return to this mortal planet again. Thus those who seek sense enjoyment by adhering to the principles of the three Vedas achieve only repeated birth and death.”

Setelah menikmati dunia surga tak terbatas, mereka kembali ke dunia fana, ketika pahala mereka telah habis; demikianlah sesuai dengan ajaran yang dinyatakan oleh ketiga kitab suci Veda dan keinginan akan kenikmatan, mreka memperoleh keadaan yang selalu berubah.

9-22

ananyas cintayanto mam
ye janah paryupasate
tesham nityabhiyuktanam
yoga-ksemam vahamy aham

“But those who always worship Me with exclusive devotion, meditating on My transcendental form—to them I carry what they lack, and I preserve what they have.”

Tetapi, mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada mereka yang senantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang belum dimilikinya dan akan menjaga apa yang sudah dimilikinya.

9-23

ye ’py anya-devata-bhakta
yajante shraddhayanvitah
te ’pi mam eva kaunteya
yajanty avidhi-purvakam

“Those who are devotees of other gods and who worship them with faith actually worship only Me, O son of Kunti, but they do so in a wrong way.”

Bahkan mereka yang merupakan bhakta dari para dewa lain, yang memujanya dengan penuh keyakinan, mereka juga sebenarnya hanya memuja-Ku, wahai putra Kunti (Arjuna), walaupun tidak sesuai dengan hukum ajaran yang sebenarnya.

9-24

aham hi sarva-yajnanam
bhokta ca prabhur eva ca
na tu mam abhijananti
tattvenatas cyavanti te

“I am the only enjoyer and master of all sacrifices. Therefore, those who do not recognize My true transcendental nature fall down.”

Karena, Aku adalah penikmat dan penguasa semua yajna; tetapi mereka tidak mengetahui-Ku dalam sifat-Ku yang sejati, sehingga mereka gagal dan kembali lagi.

9-25

yanti deva-vrata devan
pitrn yanti pitr-vratah
bhutani yanti bhutejya
yanti mad-yajino ’pi mam

“Those who worship the demigods will take birth among the demigods; those who worship the ancestors go to the ancestors; those who worship ghosts and spirits will take birth among such beings; and those who worship Me will live with Me.”

Para pemuja dewa akan pergi kepada para dewa; para pemuja leluhur akan pergi kepada para leluhur dan yang berkorban pada roh alam akan pergi kepada roh alam, namun yang berkorban kepada-Ku akan datang kepada-Ku

9-26

patram puspam phalam toyam
yo me bhaktya prayacchati
tad aham bhakty-upahrtam
asnami prayatatmanah

“If one offers Me with love and devotion a leaf, a flower, fruit or water, I will accept it.”

Siapapun yang mempersembahkan kepada-Ku dengan penuh pengabdian selembar daun, setangkai bunga, sebutir buah ataupun setetes air. Aku terima persembahan yang dilandasi kasih sayang dan hati yang murni itu.

9-27

yat karosi yad asnasi
yaj juhosi dadasi yat
yat tapasyasi kaunteya
tat kurusva mad-arpanam

“Whatever you do, whatever you eat, whatever you offer or give away, and whatever austerities you perform—do that, O son of Kunti, as an offering to Me.”

Apapun yang engkau kerjakan, apapun yang engkau makan, yang engkau persembahkan dan engkau amalkan; tapah apapun yang engkau laksanakan, wahai putra Kunti (Arjuna), lakukanlah itu sebagai persembahan kepada-Ku

9-28

subhasubha-phalair evam
moksyase karma-bandhanaih
sannyasa-yoga-yuktatma
vimukto mam upaisyasi

“In this way you will be freed from bondage to work and its auspicious and inauspicious results. With your mind fixed on Me in this principle of renunciation, you will be liberated and come to Me.”

Dengan demikian engkau akan terbebas dari belenggu kegiatan kerja yang berakibat baik maupun buruk. Dengan pikiran yang mantap pada penyangkalan, engkau akan terbebas dan mencapai Aku.

9-29

samo ’ham sarva-bhutesu
na me dvesyo ’sti na priyah
ye bhajanti tu mam bhaktya
mayi te tesu capy aham

“I envy no one, nor am I partial to anyone. I am equal to all. But whoever renders service unto Me in devotion is a friend, is in Me, and I am also a friend to him.”

Aku sama bagi semua mahluk. Tak seorangpun yang terbenci ataupun tersayang, tetapi bagi mereka yang memuja Aku dengan penuh pengabdian, mereka ada pada-Ku dan Aku pada mereka.

9-30

api cet su-duracaro
bhajate mam ananya-bhak
sadhur eva sa mantavyah
samyag vyavasito hi sah

“Even if one commits the most abominable action, if he is engaged in devotional service he is to be considered saintly because he is properly situated in his determination.”

Walaupun seandainya orang yang terjahat sekalipun, memuja Aku dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, ia harus dianggap sebagai orang bajik, karena ia telah memutuskan jalan yang benar.

9-31

ksipram bhavati dharmatma
sasvac-chantim nigacchati
kaunteya pratijanihi
na me bhaktah pranasyati

“He quickly becomes righteous and attains lasting peace. O son of Kunti, declare it boldly that My devotee never perishes.”

Dengan cepat ia akan menjadi orang bajik dan memperoleh kedamaian abadi, wahai putra Kunti (Arjuna), dan ketahuilah bahwa secara pasti para bhakta-Ku tak akan pernah termusnahkan.

9-32

mam hi partha vyapasritya
ye ’pi syuh papa-yonayah
striyo vaishyas tatha shudras
te ’pi yanti param gatim

“O son of Pritha, those who take shelter in Me, though they be of lower birth—women, vaishyas [merchants] and shudras [workers]—can attain the supreme destination.”

Sebab, mereka yang berlindung pada-Ku, wahai Partha (Arjuna), walaupun mungkin berkelahiran rendah, para wanita, Waisya dan juga Sudra, mereka juga mencapai tujuan tertinggi.

9-33

kim punar brahmanah punya
bhakta rajarsayas tatha
anityam asukham lokam
imam prapya bhajasva mam

“How much more this is so of the righteous brahmanas, the devotees and the saintly kings. Therefore, having come to this temporary, miserable world, engage in loving service unto Me.”

Apa lagi para Brahmana suci dan penedta kerajaan yang budiman; setelah berada di dunia kesedihan yang sementara ini, hendaknya memuja Aku.

9-34

man-mana bhava mad-bhakto
mad-yaji mam namaskuru
mam evaishyasi yuktvaivam
atmanam mat-parayanah

“Engage your mind always in thinking of Me, become My devotee, offer obeisances to Me and worship Me. Being completely absorbed in Me, surely you will come to Me.”

Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbhaktilah pada-Ku; puja dan tunduklah pada-Ku, dan dengan mendisiplinkan dirimu serta menjadikan-Ku sebagai tujuan, engkau akan sampai kepada-Ku

Di sini berakhir bab IX, percakapan yang berjudul Rajavidya Rajaguhya Yoga

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab X

Dasamo’dhayah
Bab X

Vibhuti Yoga

10-1

sri-bhagavan uvaca
bhuya eva maha-baho
shrinu me paramam vacah
yat te ’ham priyamanaya
vaksyami hita-kamyaya

“The Supreme Personality of Godhead said: Listen again, O mighty-armed Arjuna. Because you are My dear friend, for your benefit I shall speak to you further, giving knowledge that is better than what I have already explained.”

Sri Bhagavan bersabda:
Di samping itu, wahai Mahabahu (Arjuna), dengarkanlah kata-kataKu yang termulia ini. Demi kebaikanmu, Aku akan menyatakannya sekarang kepaamu, yang merasa senang dengan kata-kataKu ini.

10-2

na me viduh sura-ganah
prabhavam na maharsayah
aham adir hi devanam
maharsinam ca sarvasah

“Neither the hosts of demigods nor the great sages know My origin or opulences, for, in every respect, I am the source of the demigods and sages.”

Baik para dewa maupun para rsi agung tidak mengetahui asal mula-Ku, karena Aku dalam segla hal merupakan sumber para dewa dan para rsi agung tersebut.

10-3

yo mam ajam anadim ca
vetti loka-maheshvaram
asammudhah sa martyesu
sarva-papaih pramucyate

“He who knows Me as the unborn, as the beginningless, as the Supreme Lord of all the worlds—he only, undeluded among men, is freed from all sins.”

Ia yang mengetahui Aku, yang tak terlahirkan, tanpa awal dan juga pengasa agung dari alam semesta raya ini, di antara mahluk-mahluk fana, ia terbingungkan dan bebas dari segala dosa

10-4 & 10-5

buddhir jnanam asammohah
ksama satyam damah samah
sukham duhkham bhavo ’bhavo
bhayam cabhayam eva ca

ahimsa samata tustis
tapo danam yaso ’yasah
bhavanti bhava bhutanam
matta eva prithag-vidhah

“Intelligence, knowledge, freedom from doubt and delusion, forgiveness, truthfulness, control of the senses, control of the mind, happiness and distress, birth, death, fear, fearlessness, nonviolence, equanimity, satisfaction, austerity, charity, fame and infamy—all these various qualities of living beings are created by Me alone.”

Pemahaman, pengetahuan, bebas dari kebingungan, kesabaran, kebenaran, pengendalian diri dan ketenangan, kesenangan dan kedukaan, keberadaan dan ketidak adaan, ketakutan dan keberanian. Tanpa kekerasan, keseimbangan pikiran, kepuasan, kesederhanaan (tapah), amal sedekah, kemasyhuran dan kehinaan, semuanya ini adalah keadaan dari mahluk-mahluk yang hanya berasal dari Aku saja.

10-6

maharsayah sapta purve
catvaro manavas tatha
mad-bhava manasa jata
yesham loka imah prajah

“The seven great sages and before them the four other great sages and the Manus [progenitors of mankind] come from Me, born from My mind, and all the living beings populating the various planets descend from them.”

Ketujuh rsi agung dan empat Manu jaman dahulu, juga adalah dari sifat-Ku dan lahir dari pikiran-Ku dan dari mereka segala mahluk di dunia ini ada.

10-7

etam vibhutim yogam ca
mama yo vetti tattvatah
so ’vikalpena yogena
yujyate natra samsayah

“One who is factually convinced of this opulence and mystic power of Mine engages in unalloyed devotional service; of this there is no doubt.”

Ia yang mengetahuai kemuliaan dan daya kemampuan-Ku ini, akan disatukan dengan-Ku oleh yoga yang tak tergoyahkan; hal ini tak perlu diragukan lagi.

10-8

aham sarvasya prabhavo
mattah sarvam pravartate
iti matva bhajante mam
budha bhava-samanvitah

“I am the source of all spiritual and material worlds. Everything emanates from Me. The wise who perfectly know this engage in My devotional service and worship Me with all their hearts.”

Aku adalah asal mula segalanya dan dari Aku seluruh ciptaan ini bermula. Dengan mengetahui hal ini, para bijak yang memiliki pendirian yang teguh memuja-Ku

10-9

mac-citta mad-gata-prana
bodhayantah parasparam
kathayantas ca mam nityam
tusyanti ca ramanti ca

“The thoughts of My pure devotees dwell in Me, their lives are fully devoted to My service, and they derive great satisfaction and bliss from always enlightening one another and conversing about Me.”

Pemikiran mereka termantapkan pada-Ku dan segenap kehidupannya dipasrahakannya pada-Ku; dengan saling mencerahi dan senantiasa mempercakapkan-Ku mereka terpuaskan dan bersenang hati pada-Ku

10-10

tesam satata-yuktanam
bhajatam priti-purvakam
dadami buddhi-yogam tam
yena mam upayanti te

“To those who are constantly devoted to serving Me with love, I give the understanding by which they can come to Me.”

Kepada mereka ini, yang secara terus menerus mengabdi dan memuja-Ku dengan cinta kasih, Aku menganugerahi konsentrasi pemahaman yang akan membawanya kepada-Ku

10-11

tesam evanukampartham
aham ajnana-jam tamah
nasayamy atma-bhava-stho
jnana-dipena bhasvata

“To show them special mercy, I, dwelling in their hearts, destroy with the shining lamp of knowledge the darkness born of ignorance.”

Akibat dari rasa kasih sayang kepada mereka itu, yang senantiasa tetap berada dalam keadaan-Ku yang sejati, Aku melenyapkan kegelapan yang berasal dari kebodohan, dengan lampu kebijaksanaan yang bersinar terang.

10-12 & 10-13

arjuna uvaca
param brahma param dhama
pavitram paramam bhavan
purusham sasvatam divyam
adi-devam ajam vibhum

ahus tvam rsayah sarve
devarsir naradas tatha
asito devalo vyasah
svayam caiva bravisi me

“Arjuna said: You are the Supreme Personality of Godhead, the ultimate abode, the purest, the Absolute Truth. You are the eternal, transcendental, original person, the unborn, the greatest. All the great sages such as Narada, Asita, Devala and Vyasa confirm this truth about You, and now You Yourself are declaring it to me.”

Arjuna berkata:
Engkau adalah Brahman Tertinggi, Tempat kediaman dan pemurni Tertinggi, Yang Abadi, Pribadi Ilahi. Yang Pertama dari segala dewa, tak Terlahirkan, Yang meliputi segalanya. Semua orang bijak mengatakan hal ini tentang Engkau, demikian pula rsi surgawi Narada dan juga Asita, Devala, Vyasa dan Engkau sendiri menyatakannya padaku.

10-14

sarvam etad rtam manye
yan mam vadasi keshava
na hi te bhagavan vyaktim
vidur deva na danavah

“O Krishna, I totally accept as truth all that You have told me. Neither the demigods nor the demons, O Lord, can understand Your personality.”

Segala yang Engkau katakan ini, wahai Kesava (Krsna), aku menganggapnya sebagai benar adanya, baik para dewa maupun para raksasa tidak mengetahui manifestasi-Mu wahai Bhagavan

10-15

svayam evatmanatmanam
vettha tvam purushottama
bhuta-bhavana bhutesa
deva-deva jagat-pate

“Indeed, You alone know Yourself by Your own internal potency, O Supreme Person, origin of all, Lord of all beings, God of gods, Lord of the universe!”

Sesungguhnya Engkau sendiri mengetahui Diri-Mu dengan Diri-Mu, wahai Purusa Utama (Krsna); sebagai sumber keberadaan ini, Penguasa mahluk-mahluk; Tuhannya para dewa dan Penguasa jagat raya ini.

10-16

vaktum arhasy asesena
divya hy atma-vibhutayah
yabhir vibhutibhir lokan
imams tvam vyapya tisthasi

“Please tell me in detail of Your divine opulences by which You pervade all these worlds.”

Engkau harus menjelaskan tentang manifestasi Ilahi-Mu tanpa kecuali, yang meliputi segenap alam semesta ini, mendiami dan melampauinya.

10-17

katham vidyam aham yogims
tvam sada paricintayan
kesu kesu ca bhavesu
cintyo ’si bhagavan maya

“O Krishna, O supreme mystic, how shall I constantly think of You, and how shall I know You? In what various forms are You to be remembered, O Supreme Personality of Godhead?”

Bagaimanakah aku dapat mengetahui Engkau, dengan meditasi yang terus-menerus, wahai Mahayogi? Dalam berbagai aspek apakah, wahai Bhagavan, aku dapat merenungkan-Mu

10-18

vistarenatmano yogam
vibhutim ca janardana
bhuyah kathaya trptir hi
shrinvato nasti me ’mrtam

“O Janardana, again please describe in detail the mystic power of Your opulences. I am never satiated in hearing about You, for the more I hear the more I want to taste the nectar of Your words.”

Ceritakanlah kepadaku secara rinci lagi, wahai Janardana (Krsna), tentang kekuasaan dan manifestasi-Mu; karena aku belum puas mendengarkan perkataan-Mu yang bagaikan nektar itu.

10-19

sri-bhagavan uvaca
hanta te kathayisyami
divya hy atma-vibhutayah
pradhanyatah kuru-srestha
nasty anto vistarasya me

“The Supreme Personality of Godhead said: Yes, I will tell you of My splendorous manifestations, but only of those which are prominent, O Arjuna, for My opulence is limitless.”

Sri Bhagavan bersabda:
Ya baiklah, Aku akan menyatakan kepadamu wujud ilahi-Ku, tetapi hanya yang penting-penting saja, wahai Kurusrestha (Arjuna), karena tak ada habisnya rincian wujud-Ku

10-20

aham atma gudakesha
sarva-bhutasaya-sthitah
aham adis ca madhyam ca
bhutanam anta eva ca

“I am the Supersoul, O Arjuna, seated in the hearts of all living entities. I am the beginning, the middle and the end of all beings.”

Wahai Gudakesa (Arjuna), Aku adalah Sang Diri yang bersemayam dalam hati semua mahluk. Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari semua keberadaan ini.

10-21

adityanam aham vishnur
jyotisam ravir amsuman
maricir marutam asmi
nakshatranam aham sasi

“Of the Adityas I am Vishnu, of lights I am the radiant sun, of the Maruts I am Marici, and among the stars I am the moon.”

Dari para Aditya, Aku adalah Visnu; dari yang bersinar Aku adalah Matahari yang cemerlang; dari para Marut. Aku adalah Marici; dan dari bintang-bintang, Aku adalah Bulan.

10-22

vedanam sama-vedo ’smi
devanam asmi vasavah
indriyanam manas casmi
bhutanam asmi cetana

“Of the Vedas I am the Sama Veda; of the demigods I am Indra, the king of heaven; of the senses I am the mind; and in living beings I am the living force [consciousness].”

Diantara kitab Veda, Aku adalah Sama Veda; diantara para dewa Aku adalah Indra; diantara indra-indra Aku adalah pikiran dan diantara unsur-unsur Aku adalah kesadaran

10-23

rudranam sankaras casmi
vitteso yaksha-rakshasam
vasunam pavakas casmi
meruh sikharinam aham

“Of all the Rudras I am Lord Shiva, of the Yakshas and Rakshasas I am the Lord of wealth [Kuvera], of the Vasus I am fire [Agni], and of mountains I am Meru.”

Diantara para Rudra Aku adalah Samkara (Siva); diantara para Yaksa dan Raksasa Aku adalah Kubera; diantara para Vasu Aku adalah Agni dan diantara puncak gunung Aku adalah Meru

10-24

purodhasam ca mukhyam mam
viddhi partha brihaspatim
senaninam aham skandah
sarasam asmi sagarah

“Of priests, O Arjuna, know Me to be the chief, Brihaspati. Of generals I am Kartikeya, and of bodies of water I am the ocean.”

Diantara para pendeta keluarga, wahai Partha (Arjuna) ketahuilah bahwa Aku lah pemimpinnya, sebagai Brhaspati; diantara para panglima perang Aku adalah Skanda dan diantara danau-danau Aku adalah samudera

10-25

maharsinam bhrgur aham
giram asmy ekam aksharam
yajnanam japa-yajno ’smi
sthavaranam himalayah

“Of the great sages I am Bhrgu; of vibrations I am the transcendental om. Of sacrifices I am the chanting of the holy names [japa], and of immovable things I am the Himalayas.”

Diantara para rsi agung Aku adalah Brhgu; diantara ucapan suci Aku adalah aksara tunggal AUM; diantara persembahan Aku adalah persembahan meditasi hening (Japa) dan diantara benda-benda yang tak dapat bergerak Aku adalah gunung Himalaya

10-26

ashvatthah sarva-vrksanam
devarsinam ca naradah
gandharvanam citrarathah
siddhanam kapilo munih

“Of all trees I am the banyan tree, and of the sages among the demigods I am Narada. Of the Gandharvas I am Citraratha, and among perfected beings I am the sage Kapila.”

Dari segala pepohonan Aku adalah Asvattha dan diantara para rsi Ilahi aku adalah Narada; diantara para gandharva Aku adalah Citraratha dan diantara para orang sempurna Aku adalah Kapila Muni.

10-27

uccaihsravasam asvanam
viddhi mam amrtodbhavam
airavatam gajendranam
naranam ca naradhipam

“Of horses know Me to be Uccaihsrava, produced during the churning of the ocean for nectar. Of lordly elephants I am Airavata, and among men I am the monarch.”

Ketahuilah bahwa diantara bangsa kuda Aku adalah Uccaihsrava, yang muncul dari madu nektar; diantara gajah perkasa Aku adalah Airavata dan diantara manusia Aku adalah maharaja

10-28

ayudhanam aham vajram
dhenunam asmi kamadhuk
prajanas casmi kandarpah
sarpanam asmi vasukih

“Of weapons I am the thunderbolt; among cows I am the surabhi. Of causes for procreation I am Kandarpa, the god of love, and of serpents I am Vasuki.”

Dari segala senjata Aku adalah halilintar; dari bangsa sapi Aku adalah Kamadhuk (pemberi segala keinginan); diantara para pemberi keturunan Aku adalah Kandarpa dan diantara para ular Aku adalah Vasuki

10-29

anantas casmi naganam
varuno yadasam aham
pitrnam aryama casmi
yamah samyamatam aham

“Of the many-hooded Nagas I am Ananta, and among the aquatics I am the demigod Varuna. Of departed ancestors I am Aryama, and among the dispensers of law I am Yama, the lord of death.”

Diantara para naga Aku adalah Ananta; diantara para penguasa air Aku adalah Varuna; diantara para roh leluhur Aku adalah Aryama dan diantara para penegak hukum Aku adalah Yama

10-30

prahladas casmi daityanam
kalah kalayatam aham
mrganam ca mrgendro ’ham
vainateyas ca paksinam

“Among the Daitya demons I am the devoted Prahlada, among subduers I am time, among beasts I am the lion, and among birds I am Garuda.”

Diantara para Daitya Aku adalah Prahlada; diantara para penghitung Aku adalah Kala (Waktu); diantara para binatang buas Aku adalah singa dan diantara para burung Aku adalah Garuda (putra Vinata)

10-31

pavanah pavatam asmi
ramah shastra-bhrtam aham
jhasanam makaras casmi
srotasam asmi jahnavi

“Of purifiers I am the wind, of the wielders of weapons I am Rama, of fishes I am the shark, and of flowing rivers I am the Ganges.”

Dari segala pensuci, Aku adalah anging; diantara para ksatriya Aku adalah Rama; diantara bangsa ikan Aku adalah Makara; dan diantara sungai-sungai Aku adalah sungai Ganga (Jahnavi)

10-32

sarganam adir antas ca
madhyam caivaham arjuna
adhyatma-vidya vidyanam
vadah pravadatam aham

“Of all creations I am the beginning and the end and also the middle, O Arjuna. Of all sciences I am the spiritual science of the self, and among logicians I am the conclusive truth.”

Dari penciptaan, wahai Arjuna, Aku adalah permulaan dan akhir serta juga pertengahan; dari segala ilmu pengetahuan Aku adalah ilmu tentang sang Diri (Atman); dan dari mereka yang berdiskusi Aku adalah dialektika

10-33

aksharanam a-karo ’smi
dvandvah samasikasya ca
aham evakshayah kalo
dhataham vishvato-mukhah

“Of letters I am the letter A, and among compound words I am the dual compound. I am also inexhaustible time, and of creators I am Brahma.”

Dari semua alfabet, Aku adalah huruf A dan dari paduan kata-kata, Aku adalah kata majemuk; Aku juga adalah waktu yang tiada hentinya dan Aku adalah pengembara yang menghadap segala penjuru.

10-34

mrityuh sarva-haras caham
udbhavas ca bhavisyatam
kirtih srir vak ca narinam
smritir medha dhrtih ksama

“I am all-devouring death, and I am the generating principle of all that is yet to be. Among women I am fame, fortune, fine speech, memory, intelligence, steadfastness and patience.”

Aku adalah kematian, pelahap semuanya dan asal mula dari apapun yang akan terjadi; dan dari mahluk wanita Aku adalah kemasyhuran, kemakmuran, ucapan, ingatan, kecerdasan, kemantapan dan kesabaran.

10-35

brihat-sama tatha samnam
gayatri chandasam aham
masanam marga-sirso ’ham
rtunam kusumakarah

“Of the hymns in the Sama Veda I am the Brihat-sama, and of poetry I am the Gayatri. Of months I am Margasirsa [November-December], and of seasons I am flower-bearing spring.”

Demikian pula halnya, diantara puji-pujian Aku adalah Brhatsama; diantara metrum Veda Aku adalah Gayatri; diantara bulan-bulan Aku adalah Margasirsa dan diantara musim Aku adalah musim semi.

10-36

dyutam chalayatam asmi
tejas tejasvinam aham
jayo ’smi vyavasayo ’smi
sattvam sattvavatam aham

“I am also the gambling of cheats, and of the splendid I am the splendor. I am victory, I am adventure, and I am the strength of the strong.”

Diantara para penipu Aku adalah perjudian; diantara yang indah Aku adalah kejelitaan; Aku adalah kemenangan; Aku adalah usaha dan Aku adalah kebaikan dari yang baik.

10-37

vrsninam vasudevo ’smi
pandavanam dhananjayah
muninam apy aham vyasah
kavinam usana kavih

“Of the descendants of Vrishni I am Vasudeva, and of the Pandavas I am Arjuna. Of the sages I am Vyasa, and among great thinkers I am Usana.”

Diantara para Vrsni Aku adalah Vasudeva; dari para Pandava Aku adalah Dhananjaya (Arjuna); diantara para bijak Aku adalah Vyasa dan diantara para kawi (penyair) Aku adalah Usana.

10-38

dando damayatam asmi
nitir asmi jigisatam
maunam caivasmi guhyanam
jnanam jnanavatam aham

“Among all means of suppressing lawlessness I am punishment, and of those who seek victory I am morality. Of secret things I am silence, and of the wise I am the wisdom.”

Diantara mereka yang berhak menghukum Aku adalah tongkat penghukumnya; dari mereka yang mencari kemenangan Aku adalah taktik yang bijaksana; dari hal-hal yang rahasia Aku adalah kebungkaman dan dari mereka yang mengetahui kebijaksanaan Aku adalah kebijaksanaan itu sendiri.

10-39

yac capi sarva-bhutanam
bijam tad aham arjuna
na tad asti vina yat syan
maya bhutam caracaram

“Furthermore, O Arjuna, I am the generating seed of all existences. There is no being—moving or nonmoving—that can exist without Me.”

Dan selanjutnya, wahai Arjuna, apapun yang menjadi benih dari seluruh keberadaan ini, Akulah adanya; karena tak ada sesuatupun yang dapat ada baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, tanpa Aku.

10-40

nanto ’sti mama divyanam
vibhutinam parantapa
esa tuddesatah prokto
vibhuter vistaro maya

“O mighty conqueror of enemies, there is no end to My divine manifestations. What I have spoken to you is but a mere indication of My infinite opulences.”

Tak ada akhir dari manifestasi-Ku, wahai Paramtapa (Arjuna). Apa yang telah Aku nyatakan itu hanya ilustrasi dari kemuliaan-Ku yang tak terbatas

10-41

yad yad vibhutimat sattvam
srimad urjitam eva va
tat tad evavagaccha tvam
mama tejo-’msa-sambhavam

“Know that all opulent, beautiful and glorious creations spring from but a spark of My splendor.”

Segala apapun yang ada disana, yang memiliki kemuliaan, anugerah keindahan dan kekuatan, ketahuilah bahwa itu berasal dari kesemarakan fragmen-Ku

10-42

atha va bahunaitena
kim jnatena tavarjuna
vistabhyaham idam krtsnam
ekamsena sthito jagat

“But what need is there, Arjuna, for all this detailed knowledge? With a single fragment of Myself I pervade and support this entire universe.”

Tetapi, apa gunanya bagimu, wahai Arjuna, pengetahuan yang rinci semacam itu? Aku menunjang alam semesta raya ini dan meliputinya dengan sekelumit bagian kecil dari pada-Ku

Di sini berakhir bab X dari percakapan yang berjudul VIBHUTI YOGA

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab XI

Ekadaso’dhyayah
Bab XI

Visvarupa Darsana Yoga

11-1

arjuna uvaca
mad-anugrahaya paramam
guhyam adhyatma-samjnitam
yat tvayoktam vacas tena
moho ’yam vigato mama

“Arjuna said: By my hearing the instructions You have kindly given me about these most confidential spiritual subjects, my illusion has now been dispelled.”

Arjuna berkata:
Oleh rahasia tertinggi berupa wejangan yang berkenaan dengan sang Diri, yang telah Engkau berikan kepadaku atas anugerah-Mu, sekarang keragu-raguanku telah hilang.

11-2

bhavapyayau hi bhutanam
srutau vistaraso maya
tvattah kamala-patraksha
mahatmyam api cavyayam

“O lotus-eyed one, I have heard from You in detail about the appearance and disappearance of every living entity and have realized Your inexhaustible glories.”

Kelahiran dan kepunahan segala sesuatunya telah kudengar secara rinci dari-Mu, wahai yang bermatakan seperti bunga daun teratai (Krsna), demikian pula keagungan-Mu yang abadi.

11-3

evam etad yathattha tvam
atmanam paramesvara
drastum icchami te rupam
aishvaram purushottama

“O greatest of all personalities, O supreme form, though I see You here before me in Your actual position, as You have described Yourself, I wish to see how You have entered into this cosmic manifestation. I want to see that form of Yours.”

Benarlah apa yang telah Engkau nyatakan tentang keberadaan diri-Mu, wahai Penguasa Tertinggi; tetapi aku berkeinginan untuk menyaksikan wujud Ilahi-Mu, wahai Purusottama (Krsna)

11-4

manyase yadi tac chakyam
maya drastum iti prabho
yogeshvara tato me tvam
darsayatmanam avyayam

“If You think that I am able to behold Your cosmic form, O my Lord, O master of all mystic power, then kindly show me that unlimited universal Self.”

Wahai Prabhu (Krsna), bila Engkau berpendapat bahwa itu dapat aku saksikan, mohon perlihatkan kepadaku sang Diri Abadi tersebut, wahai Yogesvara (Krsna)

11-5

sri-bhagavan uvaca
pasya me partha rupani
sataso ’tha sahasrasah
nana-vidhani divyani
nana-varnakritini ca

“The Supreme Personality of Godhead said: My dear Arjuna, O son of Pritha, see now My opulences, hundreds of thousands of varied divine and multicolored forms.”

Sri Bhagavan bersabda:
Saksikanlah kini wujud-Ku, wahai Partha (Arjuna), ratusan, ribuan, berbagai jenis gambaran Ilahi dengan berbagai ragam wujud dan warnanya.

11-6

pasyadityan vasun rudran
asvinau marutas tatha
bahuny adrsta-purvani
pasyascaryani bharata

“O best of the Bharatas, see here the different manifestations of Adityas, Vasus, Rudras, Asvini-kumaras and all the other demigods. Behold the many wonderful things which no one has ever seen or heard of before.”

Lihatlah para Aditya, Rudra, Asvin kembar dan juga para Marut, wahai Bharata (Arjuna), banyak keajaiban yang belum pernah terlihat sebelumnya.

11-7

ihaika-stham jagat krtsnam
pasyadya sa-caracaram
mama dehe gudakesha
yac canyad drastum icchasi

“O Arjuna, whatever you wish to see, behold at once in this body of Mine! This universal form can show you whatever you now desire to see and whatever you may want to see in the future. Everything—moving and nonmoving—is here completely, in one place.”

Sekarang disini, lihatlah seluruh alam semesta, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak serta apapun yang ingin kamu saksikan, wahai Gudakesa (Arjuna), semuanya menyatu dalam diri-Ku

11-8

na tu mam sakyase drastum
anenaiva sva-caksusa
divyam dadami te caksuh
pasya me yogam aishvaram

“But you cannot see Me with your present eyes. Therefore I give you divine eyes. Behold My mystic opulence!”

Tetapi engkau tak akan dapat menyaksikan Aku dengan mata manusiamu itu. Aku akan memberimu mata supra natural, lihatlah kekuasaan Ilahi-Ku

11-9

sanjaya uvaca
evam uktva tato rajan
maha-yogesvaro harih
darsayam asa parthaya
paramam rupam aishvaram

Sanjaya said: O King, having spoken thus, the Supreme Lord of all mystic power, the Personality of Godhead, displayed His universal form to Arjuna.

Sanjaya berkata:
Setelah berkata demikian, wahai sang Raja, Hari sebagai Yogesvara kemudian memperlihatkan Wujud Ilahi dan Tertinggi-Nya kepada Partha (Arjuna)

11-10 & 11-11

aneka-vaktra-nayanam
anekadbhuta-darshanam
aneka-divyabharanam
divyanekodyatayudham

divya-malyambara-dharam
divya-gandhanulepanam
sarvascarya-mayam devam
anantam vishvato-mukham

“Arjuna saw in that universal form unlimited mouths, unlimited eyes, unlimited wonderful visions. The form was decorated with many celestial ornaments and bore many divine upraised weapons. He wore celestial garlands and garments, and many divine scents were smeared over His body. All was wondrous, brilliant, unlimited, all-expanding.”

Dengan banyak mulut dan mata, dengan banyak visi luar biasa, banyak perhiasan ilahi serta senjata terhunus. Dengan mengenakan kalung rangkaian bunga dan pakaian surgawi, dengan wewangian dan minyak surgawi, yang semuanya gilang gemilang menakjubkan, tak terbatas, dengan muka menghadap ke segala arah.

11-12

divi surya-sahasrasya
bhaved yugapad utthita
yadi bhah sadrsi sa syad
bhasas tasya mahatmanah

“If hundreds of thousands of suns were to rise at once into the sky, their radiance might resemble the effulgence of the Supreme Person in that universal form.”

Bila sinar ribuan matahari sekaligus bercahaya semarak di angkasa, itu mungkin menyerupai kesemarakan dari Perwujudan yang sangat agung tersebut.

11-13

tatraika-stham jagat krtsnam
pravibhaktam anekadha
apasyad deva-devasya
sarire pandavas tada

“At that time Arjuna could see in the universal form of the Lord the unlimited expansions of the universe situated in one place although divided into many, many thousands.”

Di sana Pandava (Arjuna) menyaksikan seluruh alam semesta dengan berbagai macam bagian yang dikumpulkan jadi satu pada badan dewanya para dewa

11-14

tatah sa vismayavisto
hrsta-roma dhananjayah
pranamya sirasa devam
kritanjalir abhasata

“Then, bewildered and astonished, his hair standing on end, Arjuna bowed his head to offer obeisances and with folded hands began to pray to the Supreme Lord.”

Kemudian ia, Dhananjaya (Arjuna), yang tersentak perasaannya dengan rasa kagum dan bulu romanya berdiri, membungkukkan kepalanya kepada Yang Kuasa dengan tangan mencakup dalam bersembah, lalu berkata:

11-15

arjuna uvaca
pasyami devams tava deva dehe
sarvams tatha bhuta-visesa-sanghan
brahmanam isam kamalasana-stham
rsims ca sarvan uragams ca divyan

“Arjuna said: My dear Lord Krishna, I see assembled in Your body all the demigods and various other living entities. I see Brahma sitting on the lotus flower, as well as Lord Shiva and all the sages and divine serpents.”

Arjuna berkata:
Dalam Wujud-Mu, wahai Tuhan, aku melihat seluruh dewea dan juga berbagai tingkat keberadaan, demikian pula Brahma sang pencipta yang duduk pada singgasana teratai dan semua orang bijak dan para naga surgawi.

11-16

aneka-bahudara-vaktra-netram
pasyami tvam sarvato ’nanta-rupam
nantam na madhyam na punas tavadim
pasyami visvesvara vishva-rupa

“O Lord of the universe, O universal form, I see in Your body many, many arms, bellies, mouths and eyes, expanded everywhere, without limit. I see in You no end, no middle and no beginning.”

Aku melihat-Mu dalam wujud tak terbatas pada segala sisi, dengan tangan, perut, muka dan mata yang tak terhitung banyaknya, tetapi aku tak melihat akhir, pertengahan, dan permulaan-Mu, wahai Penguasa Alam Semesta dengan Wujud Universal.

11-17

kiritinam gadinam cakrinam ca
tejo-rasim sarvato diptimantam
pasyami tvam durniriksyam samantad
diptanalarka-dyutim aprameyam

“Your form is difficult to see because of its glaring effulgence, spreading on all sides, like blazing fire or the immeasurable radiance of the sun. Yet I see this glowing form everywhere, adorned with various crowns, clubs and discs.”

Aku melihat-Mu dengan mahkota, gada, cakram yang berkilau-kilauan di mana-mana bagaikan kilatan sinar yang sulit untuk membedakannya, yang gemerlapan pada semua sisi dengan pancaran nyala api dan matahari, yang tak ada bandingannya.

11-18

tvam aksharam paramam veditavyam
tvam asya vishvasya param nidhanam
tvam avyayah sasvata-dharma-gopta
sanatanas tvam purusho mato me

“You are the supreme primal objective. You are the ultimate resting place of all this universe. You are inexhaustible, and You are the oldest. You are the maintainer of the eternal religion, the Personality of Godhead. This is my opinion.”

Engkau adalah Yang Abadi, Yang Tertinggi yang harus diwujudkan. Engkau adalah tumpuan akhir dari alam semesta dan Engkau adalah pengawal dharma yang kekal. Kupikir Engkau adalah Pribadi Tertinggi.

11-19

anadi-madhyantam ananta-viryam
ananta-bahum sasi-surya-netram
pasyami tvam dipta-hutasa-vaktram
sva-tejasa vishvam idam tapantam

“You are without origin, middle or end. Your glory is unlimited. You have numberless arms, and the sun and moon are Your eyes. I see You with blazing fire coming forth from Your mouth, burning this entire universe by Your own radiance.”

Aku memandang-Mu sebagai tanpa awal, pertengahan ataupun akhir, dengan kekuasaan tak terbatas, tangan yang tak terhitung banyaknya, dengan bulan dan matahari sebagai mata-Mu, dengan muka bagaikan nyala api, yang pancarannya membakar alam semesta ini.

11-20

dyav a-prithivyor idam antaram hi
vyaptam tvayaikena disas ca sarvah
drishtvadbhutam rupam ugram tavedam
loka-trayam pravyathitam mahatman

“Although You are one, You spread throughout the sky and the planets and all space between. O great one, seeing this wondrous and terrible form, all the planetary systems are perturbed.”

Ruang antara surga dan bumi terliputi oleh-Mu saja, demikian pula seluruh penjuru semesta, wahai Mahatman (Krsna), ketika wujud-Mu yang menakutkan, menakjubkan itu terlihat, ketiga dunia ini gemetar ketakutan.

11-21

ami hi tvam sura-sangha vishanti
kecid bhitah pranjalayo grnanti
svastity uktva maharsi-siddha-sanghah
stuvanti tvam stutibhih puskalabhih

“All the hosts of demigods are surrendering before You and entering into You. Some of them, very much afraid, are offering prayers with folded hands. Hosts of great sages and perfected beings, crying “All peace!” are praying to You by singing the Vedic hymns.”

Di sana sekelompok besar para dewa memasuki-Mu dan beberapa kelompok lain dalam ketakutan dengan cakupan tangan memuja-Mu dan kumpulan para rsi serta para siddha menyerukan kata “svasti”, dan memuji-muji-Mu dengan kidung-kidung pujian.

11-22

rudraditya vasavo ye ca sadhya
visve ’svinau marutas cosmapas ca
gandharva-yakshasura-siddha-sangha
viksante tvam vismitas caiva sarve

“All the various manifestations of Lord Shiva, the Adityas, the Vasus, the Sadhyas, the Visvedevas, the two Asvis, the Maruts, the forefathers, the Gandharvas, the Yakshas, the Asuras and the perfected demigods are beholding You in wonder.”

Para Rudra, Aditya, Vasu, Sadhya, Visvedeva, Asvin kembar, Marut dan para Usmapa (roh leluhur) serta para Gandharva, Yaksa, Asura dan para Siddha, yang semuanya kagum memandang-Mu

11-23

rupam mahat te bahu-vaktra-netram
maha-baho bahu-bahuru-padam
bahudaram bahu-damstra-karalam
drishtva lokah pravyathitas tathaham

“O mighty-armed one, all the planets with their demigods are disturbed at seeing Your great form, with its many faces, eyes, arms, thighs, legs, and bellies and Your many terrible teeth; and as they are disturbed, so am I.”

Melihat wujud-Mu yang mahaagung dengan mulut dan mata yang banyak itu, wahai Mahabahu (Krsna), dengan banyak sekali lengan, paha dan kaki; dengan banyak perut ditambah dengan taring yang sangat mengerikan, seluruh alam semesta gemetaran, demikian pula Aku.

11-24

nabhah-sprsam diptam aneka-varnam
vyattananam dipta-visala-netram
drishtva hi tvam pravyathitantar-atma
dhrtim na vindami samam ca visno

“O all-pervading Vishnu, seeing You with Your many radiant colors touching the sky, Your gaping mouths, and Your great glowing eyes, my mind is perturbed by fear. I can no longer maintain my steadiness or equilibrium of mind.”

Ketika aku melihat-Mu yang menyentuh langit, yang cemerlang dengan berbagai warna, dengan mulut yang terbuka lebar dan mata lebar bersinar, hati kecilku gemetar ketakutan dan aku merasakan ketidakmantapan dan kedamaian, wahai Visnu.

11-25

damstra-karalani ca te mukhani
drishtvaiva kalanala-sannibhani
diso na jane na labhe ca sarma
prasida devesa jagan-nivasa

“O Lord of lords, O refuge of the worlds, please be gracious to me. I cannot keep my balance seeing thus Your blazing deathlike faces and awful teeth. In all directions I am bewildered.”

Ketika aku melihat mulut-Mu yang mengerikan dengan taring-taringnya seperti kobaran api pralaya, aku kehilangan arah dan tak menemukan kedamaian. Wahai Penguasa para dewa, tempat berlindung segenap alam semesta, berbaik hatilah padaku.

11-26 & 11-27

ami ca tvam dhritarashtrasya putrah
sarve sahaivavani-pala-sanghaih
bhismo dronah suta-putras tathasau
sahasmadiyair api yodha-mukhyaih

vaktrani te tvaramana vishanti
damstra-karalani bhayanakani
kecid vilagna dasanantaresu
sandrsyante curnitair uttamangaih

“All the sons of Dhritarashtra, along with their allied kings, and Bhishma, Drona, Karna—and our chief soldiers also—are rushing into Your fearful mouths. And some I see trapped with heads smashed between Your teeth.”

Disini semua putraputra Dhrtarastra bersama-sama dengan para raja lainnya, demikian juga Bhisma, Drona dan Karna bersama dengan para panglima perang di pihak kami. Semuanya berduyun-duyun masuk ke dalam mulut-Mu yang menakutkan dengan taring-taring yang mengerikan. Beberapa orang tersangkut diantara gigi-gigi terlihat dengan kepalanya yang remuk jadi tepung.

11-28

yatha nadinam bahavo ’mbu-vegah
samudram evabhimukha dravanti
tatha tavami nara-loka-vira
vishanti vaktrany abhivijvalanti

“As the many waves of the rivers flow into the ocean, so do all these great warriors enter blazing into Your mouths.”

Seperti arus sungai-sungai yang banjir mengalir menuju lautan, demikian pula para pahlawan dunia manusia ini berlomba-lomba masuk ke dalam mulut-Mu yang menyala berkobar-kobar.

11-29

yatha pradiptam jvalanam patanga
vishanti nasaya samrddha-vegah
tathaiva nasaya vishanti lokas
tavapi vaktrani samrddha-vegah

“I see all people rushing full speed into Your mouths, as moths dash to destruction in a blazing fire.”

Bagaikan kerumunan ngengat yang beterbangan masuk ke dalam kobaran api untuk musnah di sana, demikian juga manusia berlarian masuk ke dalam mulut-Mu dengan sangat kencangnya untuk kehancuran mereka sendiri.

11-30

lelihyase grasamanah samantal
lokan samagran vadanair jvaladbhih
tejobhir apurya jagat samagram
bhasas tavograh pratapanti visno

“O Vishnu, I see You devouring all people from all sides with Your flaming mouths. Covering all the universe with Your effulgence, You are manifest with terrible, scorching rays.”

Melahap seluruh alam semesta pada segala sisi dengan mulut-Mu yang menyala berkobar-kobar, Engkau menjilat semuanya. Sinar-Mu yang menggelora memenuhi segenap alam semesta dan membakarnya dengan kilauan cahaya yang dashyat, wahai Visnu (Krsna)

11-31

akhyahi me ko bhavan ugra-rupo
namo ’stu te deva-vara prasida
vijnatum icchami bhavantam adyam
na hi prajanami tava pravrttim

“O Lord of lords, so fierce of form, please tell me who You are. I offer my obeisances unto You; please be gracious to me. You are the primal Lord. I want to know about You, for I do not know what Your mission is.”

Beritahukanlah kepadaku siapakah yang berwujud menyeramkan ini. Aku bersujud kepada-Mu Dewata Agung, ampunilah aku. Aku ingin mengetahui Engkau, yang Maha Esa, karena aku tidak mengetahui kegiatan-Mu ini.

11-32

sri-bhagavan uvaca
kalo ’smi loka-ksaya-krt pravrddho
lokan samahartum iha pravrttah
rte ’pi tvam na bhavisyanti sarve
ye ’vasthitah pratyanikesu yodhah

“The Supreme Personality of Godhead said: Time I am, the great destroyer of the worlds, and I have come here to destroy all people. With the exception of you [the Pandavas], all the soldiers here on both sides will be slain.”

Sri Bhagavan bersabda:
Aku adalah waktu (kala), sebagai pemusnah alam dunia yang tumbuh menjadi masak dan terlibat di sini dalam memusnahkan dunia ini. Bahkan tanpa kegiatanmu, seluruh pasukan yang berdiri dalam formasi tempur ini akan musnah semuanya.

11-33

tasmat tvam uttistha yaso labhasva
jitva satrun bhunksva rajyam samrddham
mayaivaite nihatah purvam eva
nimitta-matram bhava savya-sacin

“Therefore get up. Prepare to fight and win glory. Conquer your enemies and enjoy a flourishing kingdom. They are already put to death by My arrangement, and you, O Savyasaci, can be but an instrument in the fight.”

Oleh karena itu, bangkitlah engkau dan raihlah kemenangan. Taklukkan musuh-musuhmu dan nikmatilah kerajaan yang makmur sejahtera. Sebenarnya mereka semua telah Aku musnahkan; sedangkan engkau hanyalah alat belaka, wahai Savyasacin (Arjuna)

11-34

dronam ca bhismam ca jayadratham ca
karnam tathanyan api yodha-viran
maya hatams tvam jahi ma vyathistha
yudhyasva jetasi rane sapatnan

“Drona, Bhishma, Jayadratha, Karna and the other great warriors have already been destroyed by Me. Therefore, kill them and do not be disturbed. Simply fight, and you will vanquish your enemies in battle.”

Bunuhlah Drona, Bhisma, Jayadratha, Karna dan para pahlawan agung lainnya, yang semuanya telah Aku musnahkan. Janganlah gentar; bertempurlah dan engkau harus menaklukkan musuh-musuh dalam peperangan ini.

11-35

sanjaya uvaca
etac chrutva vacanam keshavasya
kritanjalir vepamanah kiriti
namaskritva bhuya evaha krishnam
sa-gadgadam bhita-bhitah pranamya

“Sanjaya said to Dhritarashtra: O King, after hearing these words from the Supreme Personality of Godhead, the trembling Arjuna offered obeisances with folded hands again and again. He fearfully spoke to Lord Krishna in a faltering voice, as follows.”

Sanjaya berkata:
Setelah mendengar ucapan Kesawa (Krsna) seperti itu, Kiritin (Arjuna) dengan cakupan tangan dan gemetaran, kembali bersujud dan membungkukkan dirinya dengan sangat ketakutan mengucapkan suara tersendat gemetaran kepada Krsna:

11-36

arjuna uvaca
sthane hrishikesha tava prakirtya
jagat prahrsyaty anurajyate ca
rakshamsi bhitani diso dravanti
sarve namasyanti ca siddha-sanghah

“Arjuna said: O master of the senses, the world becomes joyful upon hearing Your name, and thus everyone becomes attached to You. Although the perfected beings offer You their respectful homage, the demons are afraid, and they flee here and there. All this is rightly done.”

Arjuna berkata:Wahai Hrsikesa (Krsna), benarlah bahwa dunia merasa bergembira dan senang dalam memuliakan-Mu. Para Raksasa lari ketakutan ke segala arah dan semua kumpulan para siddha bersujud di hadapan-Mu, bersembah.

11-37

kasmac ca te na nameran mahatman
gariyase brahmano ’py adi-kartre
ananta devesa jagan-nivasa
tvam aksharam sad-asat tat param yat

“O great one, greater even than Brahma, You are the original creator. Why then should they not offer their respectful obeisances unto You? O limitless one, God of gods, refuge of the universe! You are the invincible source, the cause of all causes, transcendental to this material manifestation.”

Dan mengapa mereka tidak memberi-Mu penghormatan, wahai Mahatma (Krsna), yang lebih agung dari pada Brahma, pencipta pertama? Wahai Keberadaan Takterbatas. Penguasa para dewa, tumpuan alam semesta; Engkau adalah abadi, keberadaan dan bukan keberadaan dan yang melampauinya.

11-38

tvam adi-devah purushah puranas
tvam asya vishvasya param nidhanam
vettasi vedyam ca param ca dhama
tvaya tatam vishvam ananta-rupa

“You are the original Personality of Godhead, the oldest, the ultimate sanctuary of this manifested cosmic world. You are the knower of everything, and You are all that is knowable. You are the supreme refuge, above the material modes. O limitless form! This whole cosmic manifestation is pervaded by You!”

Engkau adalah Pribadi Pertama, Yang Pertama dari para dewa, sebagai Tumpuan Alam Semesta yang Tertinggi. Engkau adalah yang mengetahui dan yang harus diketahui serta menjadi tujuan utama. Dan oleh-Mu jualah alam semesta ini diliputi, wahai Yang Berwujud Semesta

11-39

vayur yamo ’gnir varunah sasankah
prajapatis tvam prapitamahas ca
namo namas te ’stu sahasra-kritvah
punas ca bhuyo ’pi namo namas te

“You are air, and You are the supreme controller! You are fire, You are water, and You are the moon! You are Brahma, the first living creature, and You are the great-grandfather. I therefore offer my respectful obeisances unto You a thousand times, and again and yet again!”

Engkau adalah Vayu (dewa angin), Yama (dewa kematian), Agni (dewa api), Varuna (dewa laut), dan Sasarika (bulan) dan Prajapati (leluhur semua mahluk). Bagi-Mu kuucapkan Svasti, svasti ribuan kali. Svasti, svasti berkali-kali

11-40

namah purastad atha prsthatas te
namo ’stu te sarvata eva sarva
ananta-viryamita-vikramas tvam
sarvam samapnosi tato ’si sarvah

“Obeisances to You from the front, from behind and from all sides! O unbounded power, You are the master of limitless might! You are all-pervading, and thus You are everything!”

Sembah sujud di depan-Mu, di belakang-Mu, pada segala sisi-Mu; kekuasaan-Mu tak terbatas dan tak terukur kekuatan-Mu, wahai Semuanya ini. Engkau meliputi segalanya ini, sehingga Engkau adalah Semuanya ini.

11-41 & 11-42

sakheti matva prasabham yad uktam
he krishna he yadava he sakheti
ajanata mahimanam tavedam
maya pramadat pranayena vapi

yac cavahasartham asat-krto ’si
vihara-sayyasana-bhojanesu
eko ’tha vapy acyuta tat-samaksham
tat ksamaye tvam aham aprameyam

“Thinking of You as my friend, I have rashly addressed You “O Krishna,” “O Yadava,” “O my friend,” not knowing Your glories. Please forgive whatever I may have done in madness or in love. I have dishonored You many times, jesting as we relaxed, lay on the same bed, or sat or ate together, sometimes alone and sometimes in front of many friends. O infallible one, please excuse me for all those offenses.”

Terhadap apapun yang telah kukatakan kepada-Mu dengan kasar, dengan berpikir bahwa Engkau adalah kawanku dan tak menyadari akan keagungan-Mu, wahai Krsna, wahai Yadava, wahai Kawan; semuanya berasal dari kealpaan dan mungkin karena keakraban saja. Dan apapun kekurangsopanan yang telah kulakukan pada-Mu dalam senda gurauan ketika bermain atau di tempat tidur, ketika duduk-duduk atau pada saat makan sendirian maupun bersama yang lainnya, aku memohon kepada-Mu, wahai Acyuta (Krsna), ampunan dan maaf yang tak terkira banyaknya.

11-43

pitasi lokasya caracarasya
tvam asya pujyas ca gurur gariyan
na tvat-samo ’sty abhyadhikah kuto ’nyo
loka-traye ’py apratima-prabhava

“You are the father of this complete cosmic manifestation, of the moving and the nonmoving. You are its worshipable chief, the supreme spiritual master. No one is equal to You, nor can anyone be one with You. How then could there be anyone greater than You within the three worlds, O Lord of immeasurable power?”

Engkau adalah Bapak dari dunia yang bergerak maupun yang tak bergerak, Engkau adalah obyek pemujaan dan guru yang dimuliakan. Tak ada yang menyamai-Mu, sehingga mana mungkin ada yang lebih agung dari pada-Mu di ketiga dunia ini, wahai Engkau yang tak tertandingi.

11-44

tasmat pranamya pranidhaya kayam
prasadaye tvam aham isam idyam
piteva putrasya sakheva sakhyuh
priyah priyayarhasi deva sodhum

“You are the Supreme Lord, to be worshiped by every living being. Thus I fall down to offer You my respectful obeisances and ask Your mercy. As a father tolerates the impudence of his son, or a friend tolerates the impertinence of a friend, or a wife tolerates the familiarity of her partner, please tolerate the wrongs I may have done You.”

Oleh karena itu, dengan membungkukkan badanku di hadapan-Mu, Yang Maha Mulia, aku mohon berkah-Mu. Ya Tuhan Engkau harus memandangku sebagai seorang ayah pada anaknya, sebagai seorang teman dengan teman, sebagai seorang kekasih dengan yang dikasihinya.

11-45

adrsta-purvam hrsito ’smi drishtva
bhayena ca pravyathitam mano me
tad eva me darsaya deva rupam
prasida devesa jagan-nivasa

“After seeing this universal form, which I have never seen before, I am gladdened, but at the same time my mind is disturbed with fear. Therefore please bestow Your grace upon me and reveal again Your form as the Personality of Godhead, O Lord of lords, O abode of the universe.”

Aku telah menyaksikan apa yang sebelumnya belum pernah kusaksikan dan Aku merasa senang, tetapi hatiku gemetar ketakutan. Perlihatkan kepadaku wujud-Mu yang sebelumnya. Wahai Tuhan dan berbaik hatilah, wahai Penguasa para dewa dan Tumpuan Alam Semesta Raya ini.

11-46

kiritinam gadinam cakra-hastam
icchami tvam drastum aham tathaiva
tenaiva rupena catur-bhujena
sahasra-baho bhava vishva-murte

“O universal form, O thousand-armed Lord, I wish to see You in Your four-armed form, with helmeted head and with club, wheel, conch and lotus flower in Your hands. I long to see You in that form.”

Aku ingin menyaksikan-Mu semula, dengan mahkota, gada dan cakra di tangan; dalam wujud-Mu yang berlengan empat, wahai perwujudan semesta.

11-47

sri-bhagavan uvaca
maya prasannena tavarjunedam
rupam param darshitam atma-yogat
tejo-mayam vishvam anantam adyam
yan me tvad anyena na drsta-purvam

“The Supreme Personality of Godhead said: My dear Arjuna, happily have I shown you, by My internal potency, this supreme universal form within the material world. No one before you has ever seen this primal form, unlimited and full of glaring effulgence.”

Sri Bhagavan bersabda.
Dengan anugerah dan melalui kekuasaan-Ku, wahai Arjuna, telah Kuperlihatkan kepadamu wujud tertinggi yang cemerlang, semesta tak terbatas dan paling utama, yang tak seorangpun pernah menyaksikannya, kecuali engkau sendiri.

11-48

na veda-yajnadhyayanair na danair
na ca kriyabhir na tapobhir ugraih
evam-rupah sakya aham nr-loke
drastum tvad anyena kuru-pravira

“O best of the Kuru warriors, no one before you has ever seen this universal form of Mine, for neither by studying the Vedas, nor by performing sacrifices, nor by charity, nor by pious activities, nor by severe penances can I be seen in this form in the material world.”

Bukan dengan kitab suci Veda, pelaksanaan kurban, belajar, amal sedekah, upacara seremonial ataupun dengan melakukan tapah, Aku dapat dilihat di dunia manusia oleh siapapun juga kecuali engkau, wahai Kurupravira (Arjuna)

11-49

ma te vyatha ma ca vimudha-bhavo
drishtva rupam ghoram idrn mamedam
vyapeta-bhih prita-manah punas tvam
tad eva me rupam idam prapasya

“You have been perturbed and bewildered by seeing this horrible feature of Mine. Now let it be finished. My devotee, be free again from all disturbances. With a peaceful mind you can now see the form you desire.”

Semoga engkau tidak menjadi takut, maupun kebingungan dalam menyaksikan wujud-Ku yang menakutkan itu. Bebaskanlah dari rasa takut dan bersenang hatilah, lihatlah kembali wujud-Ku yang semula.

11-50

sanjaya uvaca
ity arjunam vasudevas tathoktva
svakam rupam darsayam asa bhuyah
asvasayam asa ca bhitam enam
bhutva punah saumya-vapur mahatma

“Sanjaya said to Dhritarashtra: The Supreme Personality of Godhead, Krishna, having spoken thus to Arjuna, displayed His real four-armed form and at last showed His two-armed form, thus encouraging the fearful Arjuna.”

Sanjaya berkata:
Setelah berkata demikian kepada Arjuna, Vasudeva (Krsna) memperlihatkan kembali wujudnya yang semula. Sang Mahatma setelah kembali mengenakan wujud welas asih-Nya yang menenangkan ketakutan Arjuna.

11-51

arjuna uvaca
drstvedam manusam rupam
tava saumyam janardana
idanim asmi samvrttah
sa-cetah prakritim gatah

“When Arjuna thus saw Krishna in His original form, he said: O Janardana, seeing this humanlike form, so very beautiful, I am now composed in mind, and I am restored to my original nature.”

Arjuna berkata:
Menyaksikan kembali wujud manusia-Mu yang lemah lembut, wahai Janardana (Krsna), aku kini telah menjadi tenang kembali seperti sebelumnya.

11-52

sri-bhagavan uvaca
su-durdarsham idam rupam
drstavan asi yan mama
deva apy asya rupasya
nityam darshana-kanksinah

“The Supreme Personality of Godhead said: My dear Arjuna, this form of Mine you are now seeing is very difficult to behold. Even the demigods are ever seeking the opportunity to see this form, which is so dear.”

Sri Bhagavan bersabda:
Wujud-Ku itu yang sungguh-sungguh sulit untuk melihatnya, telah Engkau saksikan. Bahkan para dewa sekalipun senantiasa berharap untuk dapat menyaksikan wujud itu.

11-53

naham vedair na tapasa
na danena na cejyaya
sakya evam-vidho drastum
drstavan asi mam yatha

“The form you are seeing with your transcendental eyes cannot be understood simply by studying the Vedas, nor by undergoing serious penances, nor by charity, nor by worship. It is not by these means that one can see Me as I am.”

Dalam wujud yang telah engkau saksikan tadi. Aku tak dapat disaksikan baik melalui kitab suci Veda maupun melalui pelaksanaan tapa ataupun dengan amal sedekah atau upacara kurban.

11-54

bhaktya tv ananyaya sakya
aham evam-vidho ’rjuna
jnatum drastum ca tattvena
pravestum ca parantapa

“My dear Arjuna, only by undivided devotional service can I be understood as I am, standing before you, and can thus be seen directly. Only in this way can you enter into the mysteries of My understanding.”

Tetapi dengan pengabdian yang tak tergoyahkan kepada-Ku, wahai Arjuna, Aku dapat diketahui dan benar-benar dilihat dan juga diselami, wahai Paramtapa (Arjuna)

11-55

mat-karma-krn mat-paramo
mad-bhaktah sanga-varjitah
nirvairah sarva-bhutesu
yah sa mam eti pandava

“My dear Arjuna, he who engages in My pure devotional service, free from the contaminations of fruitive activities and mental speculation, he who works for Me, who makes Me the supreme goal of his life, and who is friendly to every living being—he certainly comes to Me.”

Ia yang bekerja untuk-Ku, ia yang memandang Aku sebagai tujuannya dan memuja-Ku, terbebas dari keterikatan, ia yang bebas dari kedengkian terhadap semua mahluk, ia akan sampai kepada-Ku, wahai Pandava (Arjuna)

Di sini berakhir bab XI, percakapan yang berjudul: VIsvarupa Darsana Yoga

[Kembali]

Bhagavad Gita – Bab XII

Dvadaso’dhyayah
Bab XII

Bhakti Yoga

12-1

arjuna uvaca
evam satata-yukta ye
bhaktas tvam paryupasate
ye capy aksharam avyaktam
tesham ke yoga-vittamah

“Arjuna inquired: Which are considered to be more perfect, those who are always properly engaged in Your devotional service or those who worship the impersonal Brahman, the unmanifested?”

Arjuna berkata:
Para bhakta yang senantiasa bersungguh-sungguh memuja-Mu dan mereka yang memuja Yang Abadi dan Yang Tak Berwujud, yang manakah dari keduanya ini yang memiliki pengetahuan yoga yang lebih besar.

12-2

sri-bhagavan uvaca
mayy avesya mano ye mam
nitya-yukta upasate
shraddhaya parayopetas
te me yuktatama matah

“The Supreme Personality of Godhead said: Those who fix their minds on My personal form and are always engaged in worshiping Me with great and transcendental faith are considered by Me to be most perfect.”

Sri Bhagavan bersabda:
Mereka yang memusatkan pikirannya pada-Ku dengan menyembah-Ku dan senantiasa bersungguh-sungguh serta memiliki keyakinan yang sempurna, merekalah yang Aku anggap paling sempurna dalam yoga.

12-3 & 12-4

ye tv aksharam anirdesyam
avyaktam paryupasate
sarvatra-gam acintyam ca
kuta-stham acalam dhruvam

sanniyamyendriya-gramam
sarvatra sama-buddhayah
te prapnuvanti mam eva
sarva-bhuta-hite ratah

“But those who fully worship the unmanifested, that which lies beyond the perception of the senses, the all-pervading, inconceivable, unchanging, fixed and immovable—the impersonal conception of the Absolute Truth—by controlling the various senses and being equally disposed to everyone, such persons, engaged in the welfare of all, at last achieve Me.”

Tetapi mereka yang memuja Yang Abadi, Yang Tak Terdefinisikan, Yang Takberwujud, Yang Mahaada, Yang Takterpikirkan, Yang Takberubah dan Yang Tak Tergerakkan, Yang Konstan. Dengan menahan semua indra, senantiasa mantap dalam segala kondisi, senang dalam mensehjaterakan segala mahluk, mereka sesungguhnya datang kepada-Ku

12-5

kleso ’dhikataras tesam
avyaktasakta-cetasam
avyakta hi gatir duhkham
dehavadbhir avapyate

“For those whose minds are attached to the unmanifested, impersonal feature of the Supreme, advancement is very troublesome. To make progress in that discipline is always difficult for those who are embodied.”

Kesulitan dari mereka yang pikirannya terpusat pada Yang Takberwujud lebih besar, karena tujuan dari Yang Tak Berwujud itu sulit dicapai oleh mahluk-mahluk yang berwujud.

12-6 & 12-7

ye tu sarvani karmani
mayi sannyasya mat-parah
ananyenaiva yogena
mam dhyayanta upasate

tesam aham samuddharta
mrityu-samsara-sagarat
bhavami na cirat partha
mayy avesita-cetasam

“But those who worship Me, giving up all their activities unto Me and being devoted to Me without deviation, engaged in devotional service and always meditating upon Me, having fixed their minds upon Me, O son of Pritha—for them I am the swift deliverer from the ocean of birth and death.”

Tetapi mereka yang menyerahkan segala kegiatannya pada-Ku, bersungguh-sungguh kepada-Ku, memuja dan bermeditasi kepada-Ku, dengan pengabdian yang tak tergoyahkan. Yang pikirannya tertuju pada-Ku, dengan langsung dan segera Aku entaskan mereka dari lautan samsara (belenggu kelahiran dan kematian), wahai Partha (Arjuna).

12-8

mayy eva mana adhatsva
mayi buddhim nivesaya
nivasisyasi mayy eva
ata urdhvam na samsayah

“Just fix your mind upon Me, the Supreme Personality of Godhead, and engage all your intelligence in Me. Thus you will live in Me always, without a doubt.”

Kepada-Ku sajalah, pusatkan pikiranmu dan biarkanlah pemahamanmu berada di dalam-Ku. Hanya di dalam-Ku sajalah nantinya kamu akan hidup. Tentang hal ini tak perlu diragukan lagi.

12-9

atha cittam samadhatum
na saknosi mayi sthiram
abhyasa-yogena tato
mam icchaptum dhananjaya

“My dear Arjuna, O winner of wealth, if you cannot fix your mind upon Me without deviation, then follow the regulative principles of bhakti-yoga. In this way develop a desire to attain Me.”

Namun, apabila engkau tak mampu untuk memusatkan pikiranmu secara mantap pada-Ku, maka usahakanlah untuk mencapai-Ku dengan melaksanakan konsentrasi, wahai Dhananjaya

12-10

abhyase ’py asamartho ’si
mat-karma-paramo bhava
mad-artham api karmani
kurvan siddhim avapsyasi

“If you cannot practice the regulations of bhakti-yoga, then just try to work for Me, because by working for Me you will come to the perfect stage.”

Bila engkau juga tak mampu melakukan ini, maka jadikanlah dirimu sebagai orang yang melayani diri-Ku; bahkan dengan melakukan kegiatan demi untuk-Ku saja, engkau akan mencapai kesempurnaan.

12-11

athaitad apy asakto ’si
kartum mad-yogam asritah
sarva-karma-phala-tyagam
tatah kuru yatatmavan

“If, however, you are unable to work in this consciousness of Me, then try to act giving up all results of your work and try to be self-situated.”

Bila yang inipun tak dapat kamu lakukan, maka berlindunglah dalam kegiatanKu yang terdisiplinkan, lepaskan hasil dari segala kegiatan kerja dengan memasrahkan dirimu.

12-12

sreyo hi jnanam abhyasaj
jnanad dhyanam visisyate
dhyanat karma-phala-tyagas
tyagac chantir anantaram

“If you cannot take to this practice, then engage yourself in the cultivation of knowledge. Better than knowledge, however, is meditation, and better than meditation is renunciation of the fruits of action, for by such renunciation one can attain peace of mind.”

Sungguh lebih baik pengetahuan dari pada pelaksanaan konsentrasi; yang lebih baik dari pengetahuan adalah meditasi; lebih baik dari meditasi adalah pelepasan terhadap hasil dari kegiatan; karena dengan penyangkalan akan segera diikuti oleh kedamaian.

12-13 & 12-14

advesta sarva-bhutanam
maitrah karuna eva ca
nirmamo nirahankarah
sama-duhkha-sukhah ksami

santustah satatam yogi
yatatma drdha-niscayah
mayy arpita-mano-buddhir
yo mad-bhaktah sa me priyah

“One who is not envious but is a kind friend to all living entities, who does not think himself a proprietor and is free from false ego, who is equal in both happiness and distress, who is tolerant, always satisfied, self-controlled, and engaged in devotional service with determination, his mind and intelligence fixed on Me—such a devotee of Mine is very dear to Me.”

Dia yang tidak membenci semua mahluk, yang senantiasa bersikap ramah dan bersahabat, bebas dari rasa keakuan dan kemilikan serta pemaaf, berkeadaan sama dalam kesedihan maupun kesenangan. Yogi yang senantiasa puas, dengan sang diri yang terkendalikan, tak goyah oleh masalah apapun, dengan pikiran dan pemahaman yang diserahkan kepada-Ku, ia adalah bhakta-Ku yang Ku-kasihi.

12-15

yasman nodvijate loko
lokan nodvijate ca yah
harsamarsa-bhayodvegair
mukto yah sa ca me priyah

“He for whom no one is put into difficulty and who is not disturbed by anyone, who is equipoised in happiness and distress, fear and anxiety, is very dear to Me.”

Ia yang tidak mengganggu dunia dan tak terganggu oleh dunia, yang bebas dari kesenangan dan kemarahan, ketakutan dan kecemasan, ia juga Aku kasihi.

12-16

anapeksah sucir daksha
udasino gata-vyathah
sarvarambha-parityagi
yo mad-bhaktah sa me priyah

“My devotee who is not dependent on the ordinary course of activities, who is pure, expert, without cares, free from all pains, and not striving for some result, is very dear to Me.”

Dia yang tidak memiliki pengharapan, mahir dalam kegiatan kerja, tak perduli dan tak terusik, yang telah melepaskan segala inisiatif dalam kegiatan kerja, ia juga merupakan bhakta-Ku yang Aku kasihi.

12-17

yo na hrsyati na dvesti
na socati na kanksati
subhasubha-parityagi
bhaktiman yah sa me priyah

“One who neither rejoices nor grieves, who neither laments nor desires, and who renounces both auspicious and inauspicious things—such a devotee is very dear to Me.”

Dia yang tidak bersenang hati ataupun membenci, tidak bersedih ataupun berkeinginan dan yang telah melepaskan diri dari yang baik dan yang jahat, ia yang mengabdi seperti itu merupakan bhakta yang Aku kasihi.

12-18 & 12-19

samah satrau ca mitre ca
tatha manapamanayoh
sitosna-sukha-duhkhesu
samah sanga-vivarjitah

tulya-ninda-stutir mauni
santusto yena kenacit
aniketah sthira-matir
bhaktiman me priyo narah

“One who is equal to friends and enemies, who is equipoised in honor and dishonor, heat and cold, happiness and distress, fame and infamy, who is always free from contaminating association, always silent and satisfied with anything, who doesn’t care for any residence, who is fixed in knowledge and who is engaged in devotional service—such a person is very dear to Me.”

Ia yang bersikap sama terhadap kawan maupun lawan, juga terhadap kehormatan dan kehinaan dan yang bersikap sama pada panas dan dingin, kesedihan maupun kesenangan, bebas dari keterikatan. Ia yang memandang sama terhadap pujian dan makian, yang puasa bicara (mauna), yang tetap puas dengan apapun yang ada, yang tempat tinggalnya tidak tetap dan mantap dalam pikiran, orang yang berbhakti seperti ini sangat Aku kasihi.

12-20

ye tu dharmamritam idam
yathoktam paryupasate
sraddadhana mat-parama
bhaktas te ’tiva me priyah

“Those who follow this imperishable path of devotional service and who completely engage themselves with faith, making Me the supreme goal, are very, very dear to Me.”

Tetapi, mereka yang penuh keyakinan memandang-Ku sebagai tujuannya yang tertinggi, mengikuti kebijaksanaan abadi ini, bhakta yang demikian itulah yang paling Aku sayangi.

Disini berakhir Bab XII, percakapan yang berjudul: Bhakti Yoga

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab XIII

Trayodaso’dhyayah
Bab XIII

Ksetra Ksetrajna Wibhaga Yoga

13-1 & 13-2

arjuna uvaca
prakritim purusham caiva
kshetram kshetra-jnam eva ca
etad veditum icchami
jnanam jneyam ca keshava

sri-bhagavan uvaca
idam sariram kaunteya
kshetram ity abhidhiyate
etad yo vetti tam prahuh
kshetra-jna iti tad-vidah

“Arjuna said: O my dear Krishna, I wish to know about prakriti [nature], purusha [the enjoyer], and the field and the knower of the field, and of knowledge and the object of knowledge.

The Supreme Personality of Godhead said: This body, O son of Kunti, is called the field, and one who knows this body is called the knower of the field.”

Arjuna berkata:
Prakrti dan Purusa, ksetra dan ksetrajna, jnana dan jneya ini Aku ingin mengetahuinya, wahai Kesava (Krsna).

Sri Bhagavan bersabda:
Badan ini disebut sebagai Ksetra, wahai putra Kunti (Arjuna) dan yang mengetahuinya disebut Ksetrajna oleh mereka yang mengetahui hal ini.

13-3

kshetra-jnam capi mam viddhi
sarva-kshetresu bharata
kshetra-kshetrajnayor jnanam
yat taj jnanam matam mama

“O scion of Bharata, you should understand that I am also the knower in all bodies, and to understand this body and its knower is called knowledge. That is My opinion.”

Ketahuilah bahwa Aku adalah Yang Mengetahui (Ksetrajna) lapangan (ksetra) pada segala lapangan, wahai Bharata (Arjuna). Pengetahuan tentang lapangan (Ksetra) dan yang mengetahuinya (Ksetrajna). Aku anggap sebagai pengetahuan sejati

13-4

tat kshetram yac ca yadrk ca
yad-vikari yatas ca yat
sa ca yo yat-prabhavas ca
tat samasena me shrinu

“Now please hear My brief description of this field of activity and how it is constituted, what its changes are, whence it is produced, who that knower of the field of activities is, and what his influences are.”

Dengarkanlah secara singkat dari-Ku apa yang disebut lapangan (Ksetra), bagaimana sifat dan perubahan-perubahannya, dari mana asalnya; dan apa Ksetrajna itu serta apa kekuatannya.

13-5

rsibhir bahudha gitam
chandobhir vividhaih prithak
brahma-sutra-padais caiva
hetumadbhir viniscitaih

“That knowledge of the field of activities and of the knower of activities is described by various sages in various Vedic writings. It is especially presented in Vedanta-sutra with all reasoning as to cause and effect.”

Ini telah dikidungkan oleh para rsi dalam banyak cara dan saling berbeda, dalam berbagai macam irama dan juga dalam penalaran yang baik serta dalam pengungkapan konklusif dari aporisma tentang Yang Mutlak (brahmasutra).

13-6 & 13-7

maha-bhutany ahankaro
buddhir avyaktam eva ca
indriyani dasaikam ca
panca cendriya-gocarah

iccha dvesah sukham duhkham
sanghatas cetana dhrtih
etat kshetram samasena
sa-vikaram udahrtam

“The five great elements, false ego, intelligence, the unmanifested, the ten senses and the mind, the five sense objects, desire, hatred, happiness, distress, the aggregate, the life symptoms, and convictions—all these are considered, in summary, to be the field of activities and its interactions.”

Unsur-unsur dasar utama, keakuan, kecerdasan dan juga yang tak termanifestasikan, sepuluh indra dan pikiran serta lima obyek indra. Keinginan dan kebencian, kesenangan dan kesedihan, kumpulannya, kecerdasan dan kemantapan, sebagai Ksetra telah diuraikan secara singkat bersama-sama dengan modifikasinya.

13-8

amanitvam adambhitvam
ahimsa ksantir arjavam
acaryopasanam shaucam
sthairyam atma-vinigrahah

(9)

indriyarthesu vairagyam
anahankara eva ca
janma-mrityu-jara-vyadhi-
duhkha-dosanudarshanam

(10)

ashaktir anabhisvangah
putra-dara-grhadisu
nityam ca sama-cittatvam
istanistopapattisu

(11)

mayi cananya-yogena
bhaktir avyabhicarini
vivikta-desa-sevitvam
aratir jana-samsadi

(12)

adhyatma-jnana-nityatvam
tattva-jnanartha-darshanam
etaj jnanam iti proktam
ajnanam yad ato ’nyatha

“Humility; pridelessness; nonviolence; tolerance; simplicity; approaching a bona fide spiritual master; cleanliness; steadiness; self-control; renunciation of the objects of sense gratification; absence of false ego; the perception of the evil of birth, death, old age and disease; detachment; freedom from entanglement with children, wife, home and the rest; even-mindedness amid pleasant and unpleasant events; constant and unalloyed devotion to Me; aspiring to live in a solitary place; detachment from the general mass of people; accepting the importance of self-realization; and philosophical search for the Absolute Truth—all these I declare to be knowledge, and besides this whatever there may be is ignorance.”

Kerendahan hati, kejujuran, tanpa kekerasan, sabar, keadilan, pelayanan kepada guru, kemurnian badan dan pikiran, keteguhan hati dan pengendalian diri. Tak perduli pada obyek-obyek indriawi, menjauhkan diri dari bayangan jahatnya kematian, usia tua, kesakitan dan penderitaan. Tanpa keterikatan, bebas dari ketergantungan pada anak, istri, rumah dan sejenisnya, dan tetap berpikir seimbang terhadap peristiwa yang disenangi maupun yang tak disenangi. Pengabdian yang tak tergoyahkan kepada-Ku dengan pendisiplinan sepenuh hati, berlindung pada tempat yang terpencil, tidak menyukai kerumunan banyak orang. Secara terus menerus dalam pengetahuan tentang sang Diri, penglihatan batin tentang akhir dari pengetahuan Kebenaran – semuanya ini dinyatakan sebagai pengetahuan sejati dan semua yang lainnya sebagai bukan pengetahuan.

13-13

jneyam yat tat pravaksyami
yaj jnatvamritam asnute
anadi mat-param brahma
na sat tan nasad ucyate

“I shall now explain the knowable, knowing which you will taste the eternal. Brahman, the spirit, beginningless and subordinate to Me, lies beyond the cause and effect of this material world.”

Aku akan menguraikan tentang apa yang harus diketahui dan dengan mengetahuinya, kehidupan abadi dapat diperoleh. Itulah Brahman Tertinggi yang tanpa awal dan yang dikatakan bukan keberadaan maupun keberadaan (sat asat)

13-14

sarvatah pani-padam tat
sarvato ’ksi-siro-mukham
sarvatah shrutimal loke
sarvam avrtya tishthati

“Everywhere are His hands and legs, His eyes, heads and faces, and He has ears everywhere. In this way the Supersoul exists, pervading everything.”

Dengan tangan dan kaki dimana-mana, dengan mata, kepala dan muka pada semua sisi, dengan telinga pada segala sisi. Dia bersemayam di alam semesta ini, meliputi segalanya.

13-15

sarvendriya-gunabhasam
sarvendriya-vivarjitam
asaktam sarva-bhrc caiva
nirgunam guna-bhoktr ca

“The Supersoul is the original source of all senses, yet He is without senses. He is unattached, although He is the maintainer of all living beings. He transcends the modes of nature, and at the same time He is the master of all the modes of material nature.”

Dia tampaknya memiliki sifat-sifat seluruh indra namun tanpa indra sama sekali, tak terikat namun mendukung semuanya, bebas dari guna (sifat dari prakrti) namun menikmatinya.

13-16

bahir antas ca bhutanam
acaram caram eva ca
suksmatvat tad avijneyam
dura-stham cantike ca tat

“The Supreme Truth exists outside and inside of all living beings, the moving and the nonmoving. Because He is subtle, He is beyond the power of the material senses to see or to know. Although far, far away, He is also near to all.”

Ia ada di dalam dan di luar segala mahluk. Ia tak bergerak dan juga bergerak. Ia terlalu halus untuk dapat diketahui. Ia sangat jauh namun juga sangat dekat.

13-17

avibhaktam ca bhutesu
vibhaktam iva ca sthitam
bhuta-bhartr ca taj jneyam
grasisnu prabhavishnu ca

“Although the Supersoul appears to be divided among all beings, He is never divided. He is situated as one. Although He is the maintainer of every living entity, it is to be understood that He devours and develops all.”

Ia tak dapat dibagi-bagi namun juga tampaknya terbagi diantara mahluk-mahluk. Ia harus diketahui sebagai penopang mahluk hidup, memusnahkannya dan menciptakannya kembali.

13-18

jyotisam api taj jyotis
tamasah param ucyate
jnanam jneyam jnana-gamyam
hridi sarvasya visthitam

“He is the source of light in all luminous objects. He is beyond the darkness of matter and is unmanifested. He is knowledge, He is the object of knowledge, and He is the goal of knowledge. He is situated in everyone’s heart.”

Dia adalah Sinar dari segala sinar, yang dikatakan mengatasi kegelapan; obyek pengetahuan dan tujuan dari pengetahuan; Dia bersemayam dalam hati semua mahluk.

13-19

iti kshetram tatha jnanam
jneyam coktam samasatah
mad-bhakta etad vijnaya
mad-bhavayopapadyate

“Thus the field of activities [the body], knowledge and the knowable have been summarily described by Me. Only My devotees can understand this thoroughly and thus attain to My nature.”

Dengan demikian, ksetra, pengetahuan (jnana) dan obyek pengetahuan (jneya) telah diuraikan secara singkat. Para bhakta yang memahaminya layak untuk sampai ke tempat-Ku

13-20

prakritim purusham caiva
viddhy anadi ubhav api
vikarams ca gunams caiva
viddhi prakriti-sambhavan

“Material nature and the living entities should be understood to be beginningless. Their transformations and the modes of matter are products of material nature.”

Ketahuilah bahwa prakrti (alam) dan purusa (roh) keduanya tanpa awal; dan ketahui pulalah bahwa wujud dan sifat berasal dari prakrti (alam) tersebut.

13-21

karya-karana-kartrtve
hetuh prakritir ucyate
purushah sukha-duhkhanam
bhoktrtve hetur ucyate

“Nature is said to be the cause of all material causes and effects, whereas the living entity is the cause of the various sufferings and enjoyments in this world.”

Alam dikatakan sebagai penyebab dari akibat, alat dan pelaku dan roh dikatakan sebagai penyebab, dalam kaitannya dengan pengalaman kesenangan dan kesedihan.

13-22

purushah prakriti-stho hi
bhunkte prakriti-jan gunan
karanam guna-sango ’sya
sad-asad-yoni-janmasu

“The living entity in material nature thus follows the ways of life, enjoying the three modes of nature. This is due to his association with that material nature. Thus he meets with good and evil among various species.”

Roh di alam ini menyukai sifat-sifat yang berasal dari alam. Keterikatan terhadap sifat alam (prakrti) itu menyebabkan kelahirannya dalam kandungan yang baik maupun yang jahat.

13-23

upadrastanumanta ca
bharta bhokta maheshvarah
paramatmeti capy ukto
dehe ’smin purushah parah

“Yet in this body there is another, a transcendental enjoyer, who is the Lord, the supreme proprietor, who exists as the overseer and permitter, and who is known as the Supersoul.”

Roh Tertinggi dalam badan dikatakan sebagai Saksi, Pengawas, Penopang, Yang Mengalami, Penguasa Tertinggi dan sang Diri Tertinggi.

13-24

ya evam vetti purusham
prakritim ca gunaih saha
sarvatha vartamano ’pi
na sa bhuyo ’bhijayate

“One who understands this philosophy concerning material nature, the living entity and the interaction of the modes of nature is sure to attain liberation. He will not take birth here again, regardless of his present position.”

Ia yang mengetahui purusa (sang roh) dan prakrti (alam), bersama-sama dengan sifat (guna), walaupun ia berbuat dengan cara apapun, ia tak akan lahir kembali.

13-25

dhyanenatmani pasyanti
kecid atmanam atmana
anye sankhyena yogena
karma-yogena capare

“Some perceive the Supersoul within themselves through meditation, others through the cultivation of knowledge, and still others through working without fruitive desires.”

Dengan melakukan meditasi beberapa orang dapat mengetahui sang Diri dalam diri oleh diri-nya; yang lainnya dengan jalan pengetahuan namun yang lainnya lagi melalui jalan kegiatan kerja.

13-26

anye tv evam ajanantah
srutvanyebhya upasate
te ’pi catitaranty eva
mrityum shruti-parayanah

“Again there are those who, although not conversant in spiritual knowledge, begin to worship the Supreme Person upon hearing about Him from others. Because of their tendency to hear from authorities, they also transcend the path of birth and death.”

Namun yang lainnya, karena ketidaktahuannya (tentang yoga ini), mendengar dari orang lain dan memuja; dan mereka juga dapat melewati kematian dengan pengabdian mereka terhadap apa yang mereka dengar.

13-27

yavat sanjayate kincit
sattvam sthavara-jangamam
kshetra-kshetrajna-samyogat
tad viddhi bharatarsabha

“O chief of the Bharatas, know that whatever you see in existence, both the moving and the nonmoving, is only a combination of the field of activities and the knower of the field.”

Mahluk apapun yang lahir, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, wahai Bharatarsabha (Arjuna), ketahuilah bahwa itu berasal dari gabungan ksetra dan ksetrajna.

13-28

samam sarveshu bhutesu
tisthantam paramesvaram
vinasyatsv avinasyantam
yah pasyati sa pasyati

“One who sees the Supersoul accompanying the individual soul in all bodies, and who understands that neither the soul nor the Supersoul within the destructible body is ever destroyed, actually sees.”

Ia yang melihat Penguasa Tertinggi merata bersemayam pada semua mahluk, yang tak akan pernah musnah walaupun mereka musnah, sesungguhnya ia melihat.

13-29

samam pasyan hi sarvatra
samavasthitam ishvaram
na hinasty atmanatmanam
tato yati param gatim

“One who sees the Supersoul equally present everywhere, in every living being, does not degrade himself by his mind. Thus he approaches the transcendental destination.”

Karena, ketika ia melihat kehadiran Tuhan, merata dimana-mana, ia tak akan menyakiti Dirinya yang sejati dengan dirinya dan kemudian ia mencapai tujuan tertinggi.

13-30

prakrityaiva ca karmani
kriyamanani sarvasah
yah pasyati tathatmanam
akartaram sa pasyati

“One who can see that all activities are performed by the body, which is created of material nature, and sees that the self does nothing, actually sees.”

Ia yang melihat bahwa segala kegiatan kerja hanya dilakukan oleh prakrti dan dengan demikian sang diri bukanlah si pelaku, sesungguhnya ialah yang melihat (Kebenaran).

13-31

yada bhuta-prithag-bhavam
eka-stham anupasyati
tata eva ca vistaram
brahma sampadyate tada

“When a sensible man ceases to see different identities due to different material bodies and he sees how beings are expanded everywhere, he attains to the Brahman conception.”

Bila ia melihat bahwa berbagai keadaan mahluk-mahluk terpusatkan pada Yang Tunggal dan hanya dari sanalah ia muncul, maka ia mencapai Brahman.

13-32

anaditvan nirgunatvat
paramatmayam avyayah
sarira-stho ’pi kaunteya
na karoti na lipyate

“Those with the vision of eternity can see that the imperishable soul is transcendental, eternal, and beyond the modes of nature. Despite contact with the material body, O Arjuna, the soul neither does anything nor is entangled.”

Karena, sang Diri Tertinggi ini kekal, tanpa awal, tanpa sifat, wahai putra Kunti (Arjuna), sehingga walaupun Ia bersemayam dalam badan, Ia tak berbuat maupun ternoda.

13-33

yatha sarva-gatam sauksmyad
akasam nopalipyate
sarvatravasthito dehe
tathatma nopalipyate

“The sky, due to its subtle nature, does not mix with anything, although it is all-pervading. Similarly, the soul situated in Brahman vision does not mix with the body, though situated in that body.”

Seperti ruang (ether) yang meliputi segalanya itu tak ternodai dengan alasan karena kehalusannya, demikian juga sang Diri yang hadir pada setiap orang juga tidak menderita kecemaran (noda).

13-34

yatha prakasayaty ekah
krtsnam lokam imam ravih
kshetram ksetri tatha krtsnam
prakasayati bharata

“O son of Bharata, as the sun alone illuminates all this universe, so does the living entity, one within the body, illuminate the entire body by consciousness.”

Seperti satu matahari yang menyinari seluruh dunia ini, demikian pula Penguasa badan (ksetrajna) menyinari segenap badan ini, wahai Bharata (Arjuna).

13-35

kshetra-kshetrajnayor evam
antaram jnana-caksusa
bhuta-prakriti-moksham ca
ye vidur yanti te param

“Those who see with eyes of knowledge the difference between the body and the knower of the body, and can also understand the process of liberation from bondage in material nature, attain to the supreme goal.”

Mereka yang melihat ini dengan mata kebijaksanaan, antara ksetra dan ksetrajna, serta pembebasan mahluk-mahluk dari prakrti, mereka mencapai Yang Tertinggi.

Disini berakhir Bab XIII, percakapan yang berjudul Ksetra Ksetrajna Wibhaga Yoga

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab XIV

Caturdaso’dhyayah
Bab XIV

Guna Traya Wibhaga Yoga

14-1

sri-bhagavan uvaca
param bhuyah pravaksyami
jnananam jnanam uttamam
yaj jnatva munayah sarve
param siddhim ito gatah

“The Supreme Personality of Godhead said: Again I shall declare to you this supreme wisdom, the best of all knowledge, knowing which all the sages have attained the supreme perfection.”

Sri Bhagavan bersabda:
Kembali Aku katakan bahwa kebijaksanaan tertinggi adalah yang terbaik dari seluruh kebijaksanaan dan dengan mengetahuinya semua orang bijak telah terbebas dari dunia ini menuju kesempurnaan tertinggi.

14-2

idam jnanam upasritya
mama sadharmyam agatah
sarge ’pi nopajayante
pralaye na vyathanti ca

“By becoming fixed in this knowledge, one can attain to the transcendental nature like My own. Thus established, one is not born at the time of creation or disturbed at the time of dissolution.”

Setelah berlindung pada kebijaksanaan ini dan menjadi bersifat seperti Aku, mereka tak akan lahir lagi pada waktu penciptaan maupun terusik pada saat penyerapan kembali.

14-3

mama yonir mahad brahma
tasmin garbham dadhamy aham
sambhavah sarva-bhutanam
tato bhavati bharata

“The total material substance, called Brahman, is the source of birth, and it is that Brahman that I impregnate, making possible the births of all living beings, O son of Bharata.”

Brahma agung (prakrti) adalah Kandungan-Ku; disanalah Akun menanamkan benih dan dari sana lah munculnya mahluk-mahluk ini, wahai Bharata (Arjuna)

14-4

sarva-yonisu kaunteya
murtayah sambhavanti yah
tasam brahma mahad yonir
aham bija-pradah pita

“It should be understood that all species of life, O son of Kunti, are made possible by birth in this material nature, and that I am the seed-giving father.”

Apapun wujudnya semuanya lahir dari kandungan, wahai putra Kunti (Arjuna), brahma yang agung adalah kandungannya dan Aku adalah Bapak yang menanamkan benihnya.

14-5

sattvam rajas tama iti
gunah prakriti-sambhavah
nibadhnanti maha-baho
dehe dehinam avyayam

“Material nature consists of three modes—goodness, passion and ignorance. When the eternal living entity comes in contact with nature, O mighty-armed Arjuna, he becomes conditioned by these modes.”

Tiga sifat (guna), sattvam (kebaikan), rajas (bernafsu) dan tamas (kelembamam) berasal dari alam (prakrti) yang membelenggu badan jasmani, wahai Mahabahu (Arjuna), sedangkan yang abadi bersemayam dalam badan.

14-6

tatra sattvam nirmalatvat
prakasakam anamayam
sukha-sangena badhnati
jnana-sangena canagha

“O sinless one, the mode of goodness, being purer than the others, is illuminating, and it frees one from all sinful reactions. Those situated in that mode become conditioned by a sense of happiness and knowledge.”

Dari padanya, sifat sattvam (kebaikan) menjadi murni, menyebabkan pencerahan dan kesehatan, wahai Anagha (Arjuna), dengan keterikatan pada kebahagiaan dan pengetahuan.

14-7

rajo ragatmakam viddhi
trsna-sanga-samudbhavam
tan nibadhnati kaunteya
karma-sangena dehinam

“The mode of passion is born of unlimited desires and longings, O son of Kunti, and because of this the embodied living entity is bound to material fruitive actions.”

Ketahuilah bahwa sifat rajas (nafsu) adalah sifat ketertarikan yang muncul dari kerinduan dan keterikatan. Ia membelenggu dengan sangat eratnya, wahai putra Kunti (Arjuna), penghuni badan dengan keterikatan untuk melakukan kegiatan kerja.

14-8

tamas tv ajnana-jam viddhi
mohanam sarva-dehinam
pramadalasya-nidrabhis
tan nibadhnati bharata

“O son of Bharata, know that the mode of darkness, born of ignorance, is the delusion of all embodied living entities. The results of this mode are madness, indolence and sleep, which bind the conditioned soul.”

Tetapi, ketahuilah bahwa sifat tamas itu berasal dari kebodohan dan menipu seluruh keberadaan berwujud ini, wahai Bharata (Arjuna), edngan mengembangkan sifat-sifat tak perduli, malas dan tidur.

14-9

sattvam sukhe sanjayati
rajah karmani bharata
jnanam avrtya tu tamah
pramade sanjayaty uta

“O son of Bharata, the mode of goodness conditions one to happiness; passion conditions one to fruitive action; and ignorance, covering one’s knowledge, binds one to madness.”

Sifat sattva (kebaikan) mengikat seseorang pada kebahagiaan, sifat rajas (nafsu) dengan kegiatan kerja, wahai Bharata (Arjuna), tetapi kebodohan (tamas), menyelubungi kebijaksanaan dan terikat untuk bermalas-malasan (tak peduli).

14-10

rajas tamas cabhibhuya
sattvam bhavati bharata
rajah sattvam tamas caiva
tamah sattvam rajas tatha

“Sometimes the mode of goodness becomes prominent, defeating the modes of passion and ignorance, O son of Bharata. Sometimes the mode of passion defeats goodness and ignorance, and at other times ignorance defeats goodness and passion. In this way there is always competition for supremacy.”

Sifat sattvam (kebaikan) meningkat, mengatasi sifat rajas dan tamas, wahai Bharata (Arjuna). Sifat rajas meningkat, menguasai sifat sattva dan tamas, demikian pula sifat tamas meningkat, mengatasi sifat sattva dan rajas.

14-11

sarva-dvaresu dehe ’smin
prakasa upajayate
jnanam yada tada vidyad
vivrddham sattvam ity uta

“The manifestations of the mode of goodness can be experienced when all the gates of the body are illuminated by knowledge.”

Apabila sinar pengetahuan menembus seluruh gerbang badan, maka dapat diketahui bahwa sifat sattvam bertambah kuasa

14-12

lobhah pravrttir arambhah
karmanam asamah sprha
rajasy etani jayante
vivrddhe bharatarsabha

O chief of the Bharatas, when there is an increase in the mode of passion the symptoms of great attachment, fruitive activity, intense endeavor, and uncontrollable desire and hankering develop.

Serakah, kegiatan kerja, melakukan pekerjaan, gelisah dan ketagihan, semuanya ini meningkat, wahai Bharatarsabha (Arjuna), manakala sifat rajas tambah berkuasa.

14-13

aprakaso ’pravrttis ca
pramado moha eva ca
tamasy etani jayante
vivrddhe kuru-nandana

“When there is an increase in the mode of ignorance, O son of Kuru, darkness, inertia, madness and illusion are manifested.”

Kegelapan, tanpa kegiatan, tidak perduli dan hanya kebingungan – semuanya ini muncul, wahai Kurunandana (Arjuna), manakala sifat tamas bertambah besar.

14-14

yada sattve pravrddhe tu
pralayam yati deha-bhrt
tadottama-vidam lokan
amalan pratipadyate

“When one dies in the mode of goodness, he attains to the pure higher planets of the great sages.”

Apabila sifat sattvam (kebaikan) meningkat dan roh penghuni badan menemui masa peleburan, maka ia mencapai dunia murni dari mereka yang mengetahui Yang Tertinggi (Tuhan)

14-15

rajasi pralayam gatva
karma-sangisu jayate
tatha pralinas tamasi
mudha-yonisu jayate

“When one dies in the mode of passion, he takes birth among those engaged in fruitive activities; and when one dies in the mode of ignorance, he takes birth in the animal kingdom.”

Ketika sifat rajas meningkat saat bertemu dengan saat kematian, ia akan lahir di antara mereka yang terikat dengan kegiatan kerja; dan apabila ia mati di saat sifat tamas yang mendominasi, ia akan lahir dalam kandungan yang membingungkan.

14-16

karmanah sukritasyahuh
sattvikam nirmalam phalam
rajasas tu phalam duhkham
ajnanam tamasah phalam

“The result of pious action is pure and is said to be in the mode of goodness. But action done in the mode of passion results in misery, and action performed in the mode of ignorance results in foolishness.”

Hasil dari kegiatan baik dikatakan bersifat ‘kebaikan’; sementara hasil dari sifat rajas adalah penderitaan dan hasil dari sifat tamas adalah kebodohan

14-17

sattvat sanjayate jnanam
rajaso lobha eva ca
pramada-mohau tamaso
bhavato ’jnanam eva ca

“From the mode of goodness, real knowledge develops; from the mode of passion, greed develops; and from the mode of ignorance develop foolishness, madness and illusion.”

Dari sifat tattva timbul pengetahuan dan dari sifat rajas keserakahan; dari sifat tamas muncul ketidakperdulian, kesalahan dan juga kebodohan

14-18

urdhvam gacchanti sattva-stha
madhye tisthanti rajasah
jaghanya-guna-vrtti-stha
adho gacchanti tamasah

“Those situated in the mode of goodness gradually go upward to the higher planets; those in the mode of passion live on the earthly planets; and those in the abominable mode of ignorance go down to the hellish worlds.”

Mereka yang mantap dalam sifat sattva akan meningkat ke wilayah yang lebih tinggi; yang bersifat rajas beraa di wilayah tengah; dan yang bersifat tamas yang tenggelam dalam masalah yang lebih rendah, akan tenggelam makin ke bawah.

14-19

nanyam gunebhyah kartaram
yada drastanupasyati
gunebhyas ca param vetti
mad-bhavam so ’dhigacchati

“When one properly sees that in all activities no other performer is at work than these modes of nature and he knows the Supreme Lord, who is transcendental to all these modes, he attains My spiritual nature.”

Bila si pengamat menyadari bahwa tak ada pelaku lain selain dari pada sifat-sifat dan juga mengetahui yang melampaui sifat-sifat itu, ia mencapai keberadaan-Ku.

14-20

gunan etan atitya trin
dehi deha-samudbhavan
janma-mrityu-jara-duhkhair
vimukto ’mrtam asnute

“When the embodied being is able to transcend these three modes associated with the material body, he can become free from birth, death, old age and their distresses and can enjoy nectar even in this life.”

Bila roh penghuni badan dapat mengatasi ketiga guna yang berasal dari badan, ia terbebas dari kelahiran, kematian, usia tua, dan penderitaan serta mencapai kehidupan abadi.

14-21

arjuna uvaca
kair lingais trin gunan etan
atito bhavati prabho
kim acarah katham caitams
trin gunan ativartate

“Arjuna inquired: O my dear Lord, by which symptoms is one known who is transcendental to these three modes? What is his behavior? And how does he transcend the modes of nature?”

Arjuna bertanya:
Apakah tanda-tanda dari mereka yang telah mengatasi ketiga sifat (guna) tersebut, wahai Prabhu (Krsna)? Bagaimanakah cara hidup mereka? Bagaimana caranya mereka dapat mengatasi ketiga sifat itu?

14-22, 14-23, 14-24 & 14-25

sri-bhagavan uvaca
prakasam ca pravrttim ca
moham eva ca pandava
na dvesti sampravrttani
na nivrttani kanksati

udasina-vad asino
gunair yo na vicalyate
guna vartanta ity evam
yo ’vatishthati nengate

sama-duhkha-sukhah sva-sthah
sama-lostasma-kancanah
tulya-priyapriyo dhiras
tulya-nindatma-samstutih

manapamanayos tulyas
tulyo mitrari-pakshayoh
sarvarambha-parityagi
gunatitah sa ucyate

“The Supreme Personality of Godhead said: O son of Pandu, he who does not hate illumination, attachment and delusion when they are present or long for them when they disappear; who is unwavering and undisturbed through all these reactions of the material qualities, remaining neutral and transcendental, knowing that the modes alone are active; who is situated in the self and regards alike happiness and distress; who looks upon a lump of earth, a stone and a piece of gold with an equal eye; who is equal toward the desirable and the undesirable; who is steady, situated equally well in praise and blame, honor and dishonor; who treats alike both friend and enemy; and who has renounced all material activities—such a person is said to have transcended the modes of nature.”

Sri Bhagavan bersabda:
Dia yang tidak membenci sekali pencerahan, kegiatan dan khayalan, wahai Pandava (Arjuna), ketika mereka meningkat ataupun tidak merindukannya manakala mereka berhenti. Ia yang duduk seperti orang yang tak perduli, tak terusik oleh sifat-sifat itu, yang tetap terpisah tanpa tergoyahkan, ketahuilah bahwa itu hanyalah kegiatan dari guna (sifat) tersebut. Ia yang memandang sama terhadap suka maupun duka, yang teguh pendiriannya, yang memandang sama terhadap segumpal tanah, sebongkah batu dan sekeping emas, yang tetap tabah di tengah-tengah hal-hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, yang pikirannya mantap, yang memandang sama pujian maupun cacian. Ia yang tetap sama dalam kehormatan maupun kehinaan dan bersikap sama kepada kawan maupun lawan, serta telah melepaskan segala inisiatif kegiatan kerja, dikatakan telah melampaui sifat-sifat (guna)

14-26

mam ca yo ’vyabhicarena
bhakti-yogena sevate
sa gunan samatityaitan
brahma-bhuyaya kalpate

“One who engages in full devotional service, unfailing in all circumstances, at once transcends the modes of material nature and thus comes to the level of Brahman.”

Ia yang melayani-Ku dengan pengabdian yang tak kunjung padam, mengatasi ketiga guna, ia juga layak mencapai Brahman.

14-27

brahmano hi pratishthaham
amritasyavyayasya ca
sasvatasya ca dharmasya
sukhasyaikantikasya ca

“And I am the basis of the impersonal Brahman, which is immortal, imperishable and eternal and is the constitutional position of ultimate happiness.”

Karena Aku adalah kedudukan Brahman, Yang Abadi, Kekal, dharma abadi dan kebahagiaan mutlak.

Disini berakhir Bab XIV, percakapan yang berjudul: Guna Traya Wibhaga Yoga

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab XV

Pancadaso’dhyayah
Bab XV

Purusottama Yoga

15-1

sri-bhagavan uvaca
urdhva-mulam adhah-sakham
ashvattham prahur avyayam
chandamsi yasya parnani
yas tam veda sa veda-vit

“The Supreme Personality of Godhead said: It is said that there is an imperishable banyan tree that has its roots upward and its branches down and whose leaves are the Vedic hymns. One who knows this tree is the knower of the Vedas.”

Sri Bhagavan bersabda:
Mereka mengatakan tentang asvattham abadi sebagai memiliki akar di atas dan cabang-cabangnya di bawah. Daun-daunnya adalah kitab-kitab Veda dan ia yang mengetahui hal ini adalah yang mengetahui Veda.

15-2

adhas cordhvam prasrtas tasya sakha
guna-pravrddha visaya-pravalah
adhas ca mulany anusantatani
karmanubandhini manushya-loke

“The branches of this tree extend downward and upward, nourished by the three modes of material nature. The twigs are the objects of the senses. This tree also has roots going down, and these are bound to the fruitive actions of human society.”

Cabangnya tumbuh ke bawah dan ke atas, yang dihidupi oleh guna (sifat), dengan obyek-obyek indra sebagai tunas-tunasnya dan ke bawah di dunia manusia menjulur akar-akar yang berakibat dalam kegiatan kerja.

15-3 & 15-4

na rupam asyeha tathopalabhyate
nanto na cadir na ca sampratishtha
ashvattham enam su-virudha-mulam
asanga-sastrena drdhena chittva

tatah padam tat parimargitavyam
yasmin gata na nivartanti bhuyah
tam eva cadyam purusham prapadye
yatah pravrttih prasrta purani

“The real form of this tree cannot be perceived in this world. No one can understand where it ends, where it begins, or where its foundation is. But with determination one must cut down this strongly rooted tree with the weapon of detachment. Thereafter, one must seek that place from which, having gone, one never returns, and there surrender to that Supreme Personality of Godhead from whom everything began and from whom everything has extended since time immemorial.”

Bentuk sebenarnya tidak diketahui, baik ujung maupun pangkalnya ataupun batangnya. Setelah memotong pohon Asvattha yang berakar mantap ini dengan pedang kuat ketidakterikatan. Maka, jalan yang membawa seseorang dan tak kembali lagi harus dicari dengan mengatakan, “Aku berlindung hanya pada Pribadi Utama, sebagai sumber kemunculan alam dunia yang kuno ini berasal”.

15-5

nirmana-moha jita-sanga-dosa
adhyatma-nitya vinivrtta-kamah
dvandvair vimuktah sukha-duhkha-samjnair
gacchanty amudhah padam avyayam tat

“Those who are free from false prestige, illusion and false association, who understand the eternal, who are done with material lust, who are freed from the dualities of happiness and distress, and who, unbewildered, know how to surrender unto the Supreme Person attain to that eternal kingdom.”

Mereka yang bebas dari kesombingan dan ilusi, yang telah menaklukkan jahatnya keterikatan, yang segala keinginannya selalu untuk mengabdi pada Roh Tertinggi, yang terbebas dari dualitas yang dikenal sebagai senang dan susah dan tak terbingungkan, akan pergi menuju keadaan yang kekal itu.

15-6

na tad bhasayate suryo
na sasanko na pavakah
yad gatva na nivartante
tad dhama paramam mama

“That supreme abode of Mine is not illumined by the sun or moon, nor by fire or electricity. Those who reach it never return to this material world.”

Matahari tidak menyinarinya, demikian juga bulan ataupun api. Itulah tempat tinggal-Ku yang tertinggi dan orang yang mencapainya tak akan kembali lagi.

15-7

mamaivamso jiva-loke
jiva-bhutah sanatanah
manah-sasthanindriyani
prakriti-sthani karshati

“The living entities in this conditioned world are My eternal fragmental parts. Due to conditioned life, they are struggling very hard with the six senses, which include the mind.”

Suatu fragmen (cuplikan) dari diri-Ku sendiri, setelah menjadi roh yang hidup, kekal di dunia kehidupan ini, menarik indra-indra ke arah dirinya dan pikiran sebagai yang keenam, yang berada dalam alam (prakrti)

15-8

sariram yad avapnoti
yac capy utkramatishvarah
grhitvaitani samyati
vayur gandhan ivasayat

“The living entity in the material world carries his different conceptions of life from one body to another as the air carries aromas. Thus he takes one kind of body and again quits it to take another.”

Bila sang Jiva mengenakan badan jasmani dan ketika ia meninggalkannya, ia juga membawa serta indra-indra dan pikiran dan pergi bagaikan angin yang membawa bau harum dari tempatnya.

15-9

srotram caksuh sparshanam ca
rasanam ghranam eva ca
adhisthaya manas cayam
visayan upasevate

“The living entity, thus taking another gross body, obtains a certain type of ear, eye, tongue, nose and sense of touch, which are grouped about the mind. He thus enjoys a particular set of sense objects.”

Ia menikmati obyek indra dengan menggunakan telinga, mata, indra sentuhan, indra pengecap dan hidung, demikian juga pikiran.

15-10

utkramantam sthitam vapi
bhunjanam va gunanvitam
vimudha nanupasyanti
pasyanti jnana-caksusah

“The foolish cannot understand how a living entity can quit his body, nor can they understand what sort of body he enjoys under the spell of the modes of nature. But one whose eyes are trained in knowledge can see all this.”

Ketika Ia berangkat atau tinggal ataupun mengalami, dalam hubungannya dengan sifat-sifat (guna), mereka yang tersesat tak dapat melihat (roh penghuni badan), tetapi mereka yang memiliki mata kebijaksanaan dapat melihatnya.

15-11

yatanto yoginas cainam
pasyanty atmany avasthitam
yatanto ’py akritatmano
nainam pasyanty acetasah

“The endeavoring transcendentalists, who are situated in self-realization, can see all this clearly. But those whose minds are not developed and who are not situated in self-realization cannot see what is taking place, though they may try to.”

Para yogi juga berusaha mengetahui-Nya sebagai yang termantapkan pada sang Diri, tetapi mereka yang kurang cerdas, yang jiwanya tak terdisiplinkan walaupun berusaha keras tak dapat menemukan-Nya.

15-12

yad aditya-gatam tejo
jagad bhasayate ’khilam
yac candramasi yac cagnau
tat tejo viddhi mamakam

“The splendor of the sun, which dissipates the darkness of this whole world, comes from Me. And the splendor of the moon and the splendor of fire are also from Me.”

Kecemerlangan matahari yang menyinari seluruh dunia, yang ada pada bulan dan api, ketahuilah bahwa itu adalah kecemerlangan-Ku

15-13

gam avisya ca bhutani
dharayamy aham ojasa
pusnami causadhih sarvah
somo bhutva rasatmakah

“I enter into each planet, and by My energy they stay in orbit. I become the moon and thereby supply the juice of life to all vegetables.”

Dan dengan masuk ke dalam bumi, Aku menopang segala mahluk dengan energi vital-Ku dan dengan menjadi cairan sari soma (bulan), Aku menghidupi seluruh tanam-tanaman.

15-14

aham vaisvanaro bhutva
praninam deham asritah
pranapana-samayuktah
pacamy annam catur-vidham

“I am the fire of digestion in the bodies of all living entities, and I join with the air of life, outgoing and incoming, to digest the four kinds of foodstuff.”

Dengan menjadi api kehidupan dari badan mahluk hidup dan bersatu dengan nafas ke atas dan ke bawah, Aku mencernakan empat jenis makanan.

15-15

sarvasya caham hridi sannivisto
mattah smritir jnanam apohanam ca
vedais ca sarvair aham eva vedyo
vedanta-krd veda-vid eva caham

“I am seated in everyone’s heart, and from Me come remembrance, knowledge and forgetfulness. By all the Vedas, I am to be known. Indeed, I am the compiler of Vedanta, and I am the knower of the Vedas.”

Dan Aku berdiam dalam hati semua mahluk; dari Aku lah datangnya ingatan dan pengetahuan, demikian juga hilangnya. Akulah sesungguhnya yang harus diketahui oleh seluruh kitab Veda. Akulah sesungguhnya penyusun kita Vedanta dan Aku juga yang mengetahui kitab-kitab Veda

15-16

dvav imau purushau loke
ksharas cakshara eva ca
ksharah sarvani bhutani
kuta-stho ’kshara ucyate

“There are two classes of beings, the fallible and the infallible. In the material world every living entity is fallible, and in the spiritual world every living entity is called infallible.”

Ada dua macam orang di dunia ini, yaitu yang dapat musnah dan yang abadi; yang dapat musnah adalah seluruh eksistensi ini dan yang tak berubah adalah yang abadi.

15-17

uttamah purushas tv anyah
paramatmety udahrtah
yo loka-trayam avisya
bibharty avyaya ishvarah

“Besides these two, there is the greatest living personality, the Supreme Soul, the imperishable Lord Himself, who has entered the three worlds and is maintaining them.”

Tetapi, lain dari pada ini, Roh Tertinggi yang disebut sang Diri Tertinggi, sebagai Penguasa Abadi memasuki ketiga dunia ini dan menghidupinya.

15-18

yasmat ksharam atito ’ham
aksharad api cottamah
ato ’smi loke vede ca
prathitah purushottamah

“Because I am transcendental, beyond both the fallible and the infallible, and because I am the greatest, I am celebrated both in the world and in the Vedas as that Supreme Person.”

Karena Aku melampaui yang dapat musnah dan bahkan lebih tinggi dari yang tak termusnahkan, Aku dimuliakan sebagai Pribadi Tertinggi, baik di dunia ini maupun dalam kitab-kitab Veda

15-19

yo mam evam asammudho
janati purushottamam
sa sarva-vid bhajati mam
sarva-bhavena bharata

“Whoever knows Me as the Supreme Personality of Godhead, without doubting, is the knower of everything. He therefore engages himself in full devotional service to Me, O son of Bharata.”

Ia yang tak terbingungkan, mengetahui Aku sebagai Pribadi Tertinggi, yang mengetahui segalanya dan memuja Aku dengan segenap jiwa raganya, wahai Bharata

15-20

iti guhyatamam shastram
idam uktam mayanagha
etad buddhva buddhiman syat
krita-krtyas ca bharata

“This is the most confidential part of the Vedic scriptures, O sinless one, and it is disclosed now by Me. Whoever understands this will become wise, and his endeavors will know perfection.”

Jadi, ajaran yang sangat rahasia ini telah Aku ajarkan kepadamu, wahai Anagha (Arjuna). Dengan mengetahuinya, seseorang akan menjadi bijaksana dan dapat melaksanakan segala kewajibannya, wahai Bharata (Arjuna)

Disini berakhir Bab XV, percakapan yang berjudul: PURUSOTTAMA YOGA

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab XVI

Sodaso’dhyayah
Bab XVI

Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga
Sifat Pikiran Yang Mulia dan Yang Jahat

16-1, 16-2 & 16-3

sri-bhagavan uvaca
abhayam sattva-samsuddhir
jnana-yoga-vyavasthitih
danam damas ca yajnas ca
svadhyayas tapa arjavam

ahimsa satyam akrodhas
tyagah shantir apaisunam
daya bhutesv aloluptvam
mardavam hrir acapalam

tejah ksama dhrtih shaucam
adroho nati-manita
bhavanti sampadam daivim
abhijatasya bharata

“The Supreme Personality of Godhead said: Fearlessness; purification of one’s existence; cultivation of spiritual knowledge; charity; self-control; performance of sacrifice; study of the Vedas; austerity; simplicity; nonviolence; truthfulness; freedom from anger; renunciation; tranquillity; aversion to faultfinding; compassion for all living entities; freedom from covetousness; gentleness; modesty; steady determination; vigor; forgiveness; fortitude; cleanliness; and freedom from envy and from the passion for honor—these transcendental qualities, O son of Bharata, belong to godly men endowed with divine nature.”

Sri Bhagavan bersabda:
Keberanian, kemurnian pikiran, bijaksana dalam membagi pengetahuan dan konsentrasi, amal sedekah, pengendalian diri dan berkorban, belajar kitab suci, melakukan tapah dan berbuat kejujuran. Tanpa kekerasan, kebenaran, bebas dari kemarahan, tanpa pamrih, tenang, benci dalam mencari kesalahan, welas asih terhadap mahluk hidup, bebas dari kelobaan, sopan, kerendahan hati dan kemantapan.
Berani, pemaaf, teguh, murni, bebas dari kedengkian dan kesombongan, yang semuanya ini, wahai Bharata (Arjuna) merupakan anugerah pada mereka yang lahir dengan sifat-sifat dewata

16-4

dambho darpo ’bhimanas ca
krodhah parusyam eva ca
ajnanam cabhijatasya
partha sampadam asurim

“Pride, arrogance, conceit, anger, harshness and ignorance—these qualities belong to those of demoniac nature, O son of Pritha.”

Berlagak, angkuh, membanggakan diri, marah dan juga kasar serta bodoh, semuanya ini, wahai Partha (Arjuna) adalah sifat-sifat mereka yang lahir dengan kecenderungan raksasa.

16-5

daivi sampad vimokshaya
nibandhayasuri mata
ma sucah sampadam daivim
abhijato ’si pandava

“The transcendental qualities are conducive to liberation, whereas the demoniac qualities make for bondage. Do not worry, O son of Pandu, for you are born with the divine qualities.”

Anugerah ilahi ini dikatakan untuk mencapai pelepasan dan sifat-sifat raksasa akan menuju keterikatan. Janganlah bersedih, wahai Pandava (Arjuna), engkau dilahirkan dengan sifat-sifat ilahi.

16-6

dvau bhuta-sargau loke ’smin
daiva asura eva ca
daivo vistarasah prokta
asuram partha me shrinu

“O son of Pritha, in this world there are two kinds of created beings. One is called the divine and the other demoniac. I have already explained to you at length the divine qualities. Now hear from Me of the demoniac.”

Ada dua macam mahluk diciptakan di dunia ini, yaitu yang bersifat ilahi dan bersifat raksasa. Yang bersifat ilahi telah diuraikan secara panjang lebar. Sekarang dengarkan, wahai Partha (Arjuna), tentang mahluk yang bersifat raksasa.

16-7

pravrttim ca nivrttim ca
jana na vidur asurah
na shaucam napi cacaro
na satyam tesu vidyate

“Those who are demoniac do not know what is to be done and what is not to be done. Neither cleanliness nor proper behavior nor truth is found in them.”

Yang bersifat raksasa tidak mengetahui tentang jalan kegiatan kerja ataupun jalan penyangkalan kerja. Juga kemurnian, perilaku bajik dan kebenaran tak ada pada mereka.

16-8

asatyam apratishtham te
jagad ahur anishvaram
aparaspara-sambhutam
kim anyat kama-haitukam

“They say that this world is unreal, with no foundation, no God in control. They say it is produced of sex desire and has no cause other than lust.”

Mereka berkata bahwa dunia ini tidak nyata, tanpa dasar moral, tanpa Tuhan, tidak berada dalam susunan yang teratur, yang disebabkan oleh keinginan saja.

16-9

etam drstim avastabhya
nastatmano ’lpa-buddhayah
prabhavanty ugra-karmanah
ksayaya jagato ’hitah

“Following such conclusions, the demoniac, who are lost to themselves and who have no intelligence, engage in unbeneficial, horrible works meant to destroy the world.”

Dengan berpegang teguh pada pandangan ini, roh-roh sesat engan pemahaman lemah, dengan perbuatan kejam, muncul sebagai musuh dunia menuju kehancurannya.

16-10

kamam asritya duspuram
dambha-mana-madanvitah
mohad grhitvasad-grahan
pravartante ’suci-vratah

“Taking shelter of insatiable lust and absorbed in the conceit of pride and false prestige, the demoniac, thus illusioned, are always sworn to unclean work, attracted by the impermanent.”

Dengan menyerahkan dirinya pada keinginan yang tak pernah puas, penuh dengan kemunafikan, kebanggaan dan keangkuhan, dengan pandangan yang salah karena khayalan, mereka berbuat dengan melibatkan ketidakmurnian.

16-11 & 16-12

cintam aparimeyam ca
pralayantam upasritah
kamopabhoga-parama
etavad iti niscitah

asa-pasa-satair baddhah
kama-krodha-parayanah
ihante kama-bhogartham
anyayenartha-sancayan

“They believe that to gratify the senses is the prime necessity of human civilization. Thus until the end of life their anxiety is immeasurable. Bound by a network of hundreds of thousands of desires and absorbed in lust and anger, they secure money by illegal means for sense gratification.”

Keranjingan dengan keinginan yang tak terhitung banyaknya yang hanya berhenti dengan adanya kematian, memandang pemuasan keinginan sebagai tujuan tertinggi, dengan memastikan bahwa inilah segala-galanya. Dibelenggu oleh ratusan keinginan, yang dipasrahkan pada nafsu dan kemarahan, mereka berusaha untuk menimbun kekayaan dengan cara yang tidak jujur, demi untuk memenuhi keinginannya.

16-13, 16-14 & 16-15

idam adya maya labdham
imam prapsye manoratham
idam astidam api me
bhavisyati punar dhanam

asau maya hatah satrur
hanisye caparan api
isvaro ’ham aham bhogi
siddho ’ham balavan sukhi

adhyo ’bhijanavan asmi
ko ’nyo ’sti sadrso maya
yaksye dasyami modisya
ity ajnana-vimohitah

“The demoniac person thinks: “So much wealth do I have today, and I will gain more according to my schemes. So much is mine now, and it will increase in the future, more and more. He is my enemy, and I have killed him, and my other enemies will also be killed. I am the lord of everything. I am the enjoyer. I am perfect, powerful and happy. I am the richest man, surrounded by aristocratic relatives. There is none so powerful and happy as I am. I shall perform sacrifices, I shall give some charity, and thus I shall rejoice.” In this way, such persons are deluded by ignorance.”

Hari ini telah aku dapatkan, keinginan ini harus aku dapatkan; ini adalah milikku dan kekayaan ini juga harus menjadi milikku nantinya. Musuh ini telah aku bunuh dan yang lainnya juga akan kubunuh, akulah penguasa, akulah penikmat, akulah yang berhasil, yang perkasa dan yang berbahagia. “Aku kaya raya dan berkelahiran mulia. Siapakah yang dapat menyamai aku? Aku akan melakukan upacara yajna, aku akan beramal sedekah, aku akan bergembira,” demikianlah mereka berkata dalam kedunguannya.

16-16

aneka-citta-vibhranta
moha-jala-samavrtah
prasaktah kama-bhogesu
patanti narake ’sucau

“Thus perplexed by various anxieties and bound by a network of illusions, they become too strongly attached to sense enjoyment and fall down into hell.”

Terbingungkan oleh banyak pemikiran, terlibat dalam jaring-jaring khayalan dan terseret menuju kesenangan dari keinginan, mereka jatuh ke dalam neraka yang menjijikkan.

16-17

atma-sambhavitah stabdha
dhana-mana-madanvitah
yajante nama-yajnais te
dambhenavidhi-purvakam

“Self-complacent and always impudent, deluded by wealth and false prestige, they sometimes proudly perform sacrifices in name only, without following any rules or regulations.”

Dengan menyombongkan diri, merasa diri benar, yang penuh dengan kebanggaan dan keangkuhan akan kekayaan, mereka melaksanakan upacara yajna sebagai pulasan belaka tanpa mengindahkan aturan yang semestinya.

16-18

ahankaram balam darpam
kamam krodham ca samsritah
mam atma-para-dehesu
pradvisanto ’bhyasuyakah

“Bewildered by false ego, strength, pride, lust and anger, the demons become envious of the Supreme Personality of Godhead, who is situated in their own bodies and in the bodies of others, and blaspheme against the real religion.”

Menyerah pada kesombongan diri, kekuasaan dan keangkuhan dan juga nafsu dan kemarahan, orang-orang dengki ini membenci Aku yang bersemayam dalam badan mereka dan yang lainnya.

16-19

tan aham dvisatah kruran
samsaresu naradhaman
ksipamy ajasram asubhan
asurisv eva yonisu

“Those who are envious and mischievous, who are the lowest among men, I perpetually cast into the ocean of material existence, into various demoniac species of life.”

Para pendendam yang kejam ini merupakan orang yang terburuk; Aku akan campakkan mereka selamanya ke dalam kandungan para raksasa dalam siklus kelahiran dan kematian ini.

16-20

asurim yonim apanna
mudha janmani janmani
mam aprapyaiva kaunteya
tato yanty adhamam gatim

“Attaining repeated birth amongst the species of demoniac life, O son of Kunti, such persons can never approach Me. Gradually they sink down to the most abominable type of existence.”

Terjerumus ke dalam kandungan para raksasa, mahluk-mahluk yang terbingungkan ini dari siklus kelahiran demi kelahiran, tak akan mencapai Aku, wahai putra Kunti (Arjuna), tetapi merosot menuju tempat yang paling rendah.

16-21

tri-vidham narakasyedam
dvaram nasanam atmanah
kamah krodhas tatha lobhas
tasmad etat trayam tyajet

“There are three gates leading to this hell—lust, anger and greed. Every sane man should give these up, for they lead to the degradation of the soul.”

Gerbang menuju neraka ini yang mengantar pada kemusnahan sang roh ada tiga jenis, yaitu: nafsu, kemarahan dan ketamakan. Oleh karena itu, seseorang harus melepaskan ketiganya ini.

16-22

etair vimuktah kaunteya
tamo-dvarais tribhir narah
acaraty atmanah sreyas
tato yati param gatim

“The man who has escaped these three gates of hell, O son of Kunti, performs acts conducive to self-realization and thus gradually attains the supreme destination.”

Orang yang terbebas dari ketiga gerbang kegelapan ini, wahai putra Kunti (Arjuna), melakukan apa yang baik bagi jiwanya dan kemudian mencapai keadaan tertinggi.

16-23

yah shastra-vidhim utsrjya
vartate kama-karatah
na sa siddhim avapnoti
na sukham na param gatim

“He who discards scriptural injunctions and acts according to his own whims attains neither perfection, nor happiness, nor the supreme destination.”

Tetapi, ia yang melalaikan (membuang) aturan kitab suci dan bertindak sesuai dengan dorongan keinginannya semata, ia tak akan mencapai kesempurnaan, kebahagiaan ataupun tujuan tertinggi.

16-24

tasmac chastram pramanam te
karyakarya-vyavasthitau
jnatva shastra-vidhanoktam
karma kartum iharhasi

“One should therefore understand what is duty and what is not duty by the regulations of the scriptures. Knowing such rules and regulations, one should act so that he may gradually be elevated.”

Oleh karena itu, biarlah kitab suci menjadi otoritasmu untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan apa yang tak boleh dilakukan. Dengan mengetahui apa yang dinyatakan oleh aturan kitab suci tersebut, engkau hendaknya melakukan kegiatan kerja di dunia ini.

Di sini berakhir Bab XVI, percakapan yang berjudul: DAIWASURA SAMPAD WIBHAGA YOGA

Bhagavad Gita – Bab XVII

Saptadaso’dhyayah
Bab XVII

Sraddhatraya Wibhaga Yoga
Tiga Macam Fenomena Keyakinan

17-1

arjuna uvaca
ye shastra-vidhim utsrjya
yajante shraddhayanvitah
tesham nistha tu ka krishna
sattvam aho rajas tamah

“Arjuna inquired: O Krishna, what is the situation of those who do not follow the principles of scripture but worship according to their own imagination? Are they in goodness, in passion or in ignorance?”

Arjuna bertanya:
Mereka yang melalaikan petunjuk kitab suci, mempersembahkan upacara kurban yang disertai dengan keyakinan, bagaimanakah kedudukan mereka ini, wahai Krsna? Apakah ini disebut sattva, rajas atau tamas?

17-2

sri-bhagavan uvaca
tri-vidha bhavati shraddha
dehinam sa svabhava-ja
sattviki rajasi caiva
tamasi ceti tam shrinu

“The Supreme Personality of Godhead said: According to the modes of nature acquired by the embodied soul, one’s faith can be of three kinds—in goodness, in passion or in ignorance. Now hear about this.”

Sri Bhagavan bersabda:
Keyakinan dari perwujudan roh ada tiga macam, yang berasal dari sifat, sattvam, rajas dan tama. Dengarlah tentang hal itu sekarang.

17-3

sattvanurupa sarvasya
shraddha bhavati bharata
shraddha-mayo ’yam purusho
yo yac-chraddhah sa eva sah

“O son of Bharata, according to one’s existence under the various modes of nature, one evolves a particular kind of faith. The living being is said to be of a particular faith according to the modes he has acquired.”

Keyakinan dari setiap pribadi, wahai Bharata (Arjuna), tergantung pada sifatnya. Manusia merupakan wujud dari keyakinannya; apapun keyakinannya itu, sesungguhnya demikian ia adanya.

17-4

yajante sattvika devan
yaksha-rakshamsi rajasah
pretan bhuta-ganams canye
yajante tamasa janah

“Men in the mode of goodness worship the demigods; those in the mode of passion worship the demons; and those in the mode of ignorance worship ghosts and spirits.”

Orang-orang sattvika memuja para dewa, yang bersifat rajasa memuja para raksasa dan para yaksa dan yang lainnya, yaitu para tamasa memuja roh-roh orang mati dan roh-roh halus lainnya.

17-5 & 17-6

ashastra-vihitam ghoram
tapyante ye tapo janah
dambhahankara-samyuktah
kama-raga-balanvitah

karsayantah sarira-stham
bhuta-gramam acetasah
mam caivantah sarira-stham
tan viddhy asura-niscayan

“Those who undergo severe austerities and penances not recommended in the scriptures, performing them out of pride and egoism, who are impelled by lust and attachment, who are foolish and who torture the material elements of the body as well as the Supersoul dwelling within, are to be known as demons.”

Orang-orang sombong dan angkuh dan didorong oleh kekuatan nafsu dan keterikatan, yang melakukan tapah kekerasan (dengan menyiksa badan), yang tidak mengikuti aturan kitab suci. Karena kebodohannya, dengan menekan kelompok unsur dalam badan dan Aku yang juga bersemayam dalam badan; ketahuilah bahwa tujuan mereka itu bersifat jahat.

17-7

aharas tv api sarvasya
tri-vidho bhavati priyah
yajnas tapas tatha danam
tesham bhedam imam shrinu

“Even the food each person prefers is of three kinds, according to the three modes of material nature. The same is true of sacrifices, austerities and charity. Now hear of the distinctions between them.”

Bahkan makanan yang umum dimakan semua orang ada tiga jenisnya. Demikian pula yajna, tapah dan dana (amal sedekah). Dengarkanlah perbedaan ketiganya itu.

17-8

ayuh-sattva-balarogya-
sukha-priti-vivardhanah
rasyah snigdhah sthira hrdya
aharah sattvika-priyah

“Foods dear to those in the mode of goodness increase the duration of life, purify one’s existence and give strength, health, happiness and satisfaction. Such foods are juicy, fatty, wholesome, and pleasing to the heart.”

Makanan yang meningkatkan kehidupan, kekuatan, vitalitas, kesehatan, kegembiraan dan kesenangan, yang terasa lezat, lembut, menyegarkan dan enak, disukai oleh para sattvika.

17-9

katv-amla-lavanaty-usna-
tiksna-ruksa-vidahinah
ahara rajasasyesta
duhkha-sokamaya-pradah

“Foods that are too bitter, too sour, salty, hot, pungent, dry and burning are dear to those in the mode of passion. Such foods cause distress, misery and disease.”

Makanan yang pahit, masam, asin, pedas, kebanyakan rempah-rempah (bumbu), keras dan hangus, yang menyebabkan penderitaan dan penyakit serta kesusahan, disukai oleh kaum rajasa.

17-10

yata-yamam gata-rasam
puti paryusitam ca yat
ucchistam api camedhyam
bhojanam tamasa-priyam

“Food prepared more than three hours before being eaten, food that is tasteless, decomposed and putrid, and food consisting of remnants and untouchable things is dear to those in the mode of darkness.”

Makanan yang basi, kehilangan rasa, busuk, berbau, bekas sisa dan tidak bersih adalah yang disukai para tamasa.

17-11

aphalakanksibhir yajno
vidhi-disto ya ijyate
yastavyam eveti manah
samadhaya sa sattvikah

“Of sacrifices, the sacrifice performed according to the directions of scripture, as a matter of duty, by those who desire no reward, is of the nature of goodness.”

Yajna yang dipersembahkan sesuai dengan aturan kitab suci oleh mereka yang tidak mengharapkan ganjaran dan sangat percaya bahwa itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan, merupakan yajna sattvika.

17-12

abhisandhaya tu phalam
dambhartham api caiva yat
ijyate bharata-srestha
tam yajnam viddhi rajasam

“But the sacrifice performed for some material benefit, or for the sake of pride, O chief of the Bharatas, you should know to be in the mode of passion.”

Tetapi, yang dipersembahkan dengan mengharapkan ganjaran atau hanya untuk pamer saja, ketahuilah, wahai Bharatasrestha (Arjuna), bahwa yajna itu bersifat rajasa

17-13

vidhi-hinam asrstannam
mantra-hinam adaksinam
shraddha-virahitam yajnam
tamasam paricakshate

“Any sacrifice performed without regard for the directions of scripture, without distribution of prasadam [spiritual food], without chanting of Vedic hymns and remunerations to the priests, and without faith is considered to be in the mode of ignorance.”

Yajna yang tidak mengikuti aturan, di mana tak ada makanan yang dibagikan, tak ada mantra diucapkan dan tanpa pemberian amal sedekah dan tanpa keyakinan, dinyatakan sebagai yajna tamasa

17-14

deva-dvija-guru-prajna-
pujanam shaucam arjavam
brahmacaryam ahimsa ca
sariram tapa ucyate

“Austerity of the body consists in worship of the Supreme Lord, the brahmanas, the spiritual master, and superiors like the father and mother, and in cleanliness, simplicity, celibacy and nonviolence.”

Pemujaan para dewa, para dwijati, para guru dan orang-orang bijak, kemurnian, kejujuran, pengendalian nafsu dan tanpa kekerasan; ini dikatakan sebagai tapah badan.

17-15

anudvega-karam vakyam
satyam priya-hitam ca yat
svadhyayabhyasanam caiva
van-mayam tapa ucyate

“Austerity of speech consists in speaking words that are truthful, pleasing, beneficial, and not agitating to others, and also in regularly reciting Vedic literature.”

Pengucapan kata-kata yang tidak menyebabkan sakit hati, dapat dipercaya, menyenangkan dan berguna serta membaca Veda secara teratur, ini dikatakan sebagai tapah dalam perkataan.

17-16

manah-prasadah saumyatvam
maunam atma-vinigrahah
bhava-samsuddhir ity etat
tapo manasam ucyate

“And satisfaction, simplicity, gravity, self-control and purification of one’s existence are the austerities of the mind.”

Kedamaian pikiran, sopan santun, pendiam, pengendalian diri dan kemurnian pikiran, ini dikatakan tapah dari pikiran.

17-17

shraddhaya paraya taptam
tapas tat tri-vidham naraih
aphalakanksibhir yuktaih
sattvikam paricakshate

“This threefold austerity, performed with transcendental faith by men not expecting material benefits but engaged only for the sake of the Supreme, is called austerity in goodness.”

Tiga macam tapah yang dilakukan dengan penuh keyakinan orang-orang yang pikirannya seimbang tanpa mengharapkan balas jasa, disebut sattvika

17-18

satkara-mana-pujartham
tapo dambhena caiva yat
kriyate tad iha proktam
rajasam calam adhruvam

“Penance performed out of pride and for the sake of gaining respect, honor and worship is said to be in the mode of passion. It is neither stable nor permanent.”

Tapah yang dilaksanakan agar mendapat kehormatan, disegani dan dipuja-puja, serta demi untuk pamer semata dikatakan sebagai tapah rajasa, yang tidak stabil dan tidak kekal

17-19

mudha-grahenatmano yat
pidaya kriyate tapah
parasyotsadanartham va
tat tamasam udahrtam

“Penance performed out of foolishness, with self-torture or to destroy or injure others, is said to be in the mode of ignorance.”

Tapah yang dilaksanakan dengan pemahaman bodoh dengan cara penyiksaan badan atau yang menyebabkan penderitaan orang lain, dikatakan sebagai tapah tamasa

17-20

datavyam iti yad danam
diyate ’nupakarine
dese kale ca patre ca
tad danam sattvikam smrtam

“Charity given out of duty, without expectation of return, at the proper time and place, and to a worthy person is considered to be in the mode of goodness.”

Amal sedekah yang diberikan kepada seseorang yang dianggap tak mungkin dapat membalasnya kembali, dengan perasaan bahwa sudah merupakan kewajibannya untuk memberi dan yang diberikan pada tempat, waktu dan orang yang layak menerimanya, sedekah semacam itu dianggap sebagai sattvika.

17-21

yat tu pratyupakarartham
phalam uddisya va punah
diyate ca pariklistam
tad danam rajasam smrtam

“But charity performed with the expectation of some return, or with a desire for fruitive results, or in a grudging mood, is said to be charity in the mode of passion.”

Tetapi amal sedekah yang diberikan dengan harapan balasan kembali atau dengan harapan perolehan masa depan atau dengan perasaan keberatan untuk memberikannya, dipandang sebagai bersifat rajasa

17-22

adesa-kale yad danam
apatrebhyas ca diyate
asat-kritam avajnatam
tat tamasam udahrtam

“And charity performed at an impure place, at an improper time, to unworthy persons, or without proper attention and respect is said to be in the mode of ignorance.”

Dan amal sedekah yang diberikan pada tempat, waktu yang salah serta terhadap orang yang tidak layak menerimanya, tanpa aturan semestinya aatu dengan sikap menghina, hal itu dinyatakan sebagai tamasa

17-23

om tat sad iti nirdeso
brahmanas tri-vidhah smrtah
brahmanas tena vedas ca
yajnas ca vihitah pura

“From the beginning of creation, the three words om tat sat were used to indicate the Supreme Absolute Truth. These three symbolic representations were used by brahmanas while chanting the hymns of the Vedas and during sacrifices for the satisfaction of the Supreme.”

Kata “Aum Tat Sat” ini dipandang sebagai lambang tiga aspek Brahman. Dengan tiga kata ini telah ditetapkan tentang para Brahmana, kitab suci Veda dan yajna jaman dahulu.

17-24

tasmad om ity udahrtya
yajna-dana-tapah-kriyah
pravartante vidhanoktah
satatam brahma-vadinam

“Therefore, transcendentalists undertaking performances of sacrifice, charity and penance in accordance with scriptural regulations begin always with om, to attain the Supreme.”

Oleh karena itu, dengan pengucapan suku kata “aum”, kegiatan yajna, dana dan tapah seperti yang dinyatakan dalam kitab suci senantiasa dipergunakan oleh para penganut Brahman

17-25

tad ity anabhisandhaya
phalam yajna-tapah-kriyah
dana-kriyas ca vividhah
kriyante moksha-kanksibhih

“Without desiring fruitive results, one should perform various kinds of sacrifice, penance and charity with the word tat. The purpose of such transcendental activities is to get free from material entanglement.”

Dan dengan pengucapan suku kata “tat”, kegiatan yajna, tapah dan berbagai kegiatan dana dilaksanakan oleh para pencari kebebasan, tanpa tujuan untuk mendapat balas jasa.

17-26 & 17-27

sad-bhave sadhu-bhave ca
sad ity etat prayujyate
prasaste karmani tatha
sac-chabdah partha yujyate

yajne tapasi dane ca
sthitih sad iti cocyate
karma caiva tad-arthiyam
sad ity evabhidhiyate

“The Absolute Truth is the objective of devotional sacrifice, and it is indicated by the word sat. The performer of such sacrifice is also called sat, as are all works of sacrifice, penance and charity which, true to the absolute nature, are performed to please the Supreme Person, O son of Prtha.”

Suku kata “sat” dipergunakan dalam pengertian realitas, kebajikan, wahai Partha (Arjuna); dan kata “sat” juga dipergunakan dalam kegiatan yang patut dipuji. Kemantapan dalam melakukan yajna, tapah, dana juga disebut “sat” dan juga setiap kegiatan untuk tujuan itu disebut “sat”

17-28

ashraddhaya hutam dattam
tapas taptam kritam ca yat
asad ity ucyate partha
na ca tat pretya no iha

“Anything done as sacrifice, charity or penance without faith in the Supreme, O son of Pritha, is impermanent. It is called asat and is useless both in this life and the next.”

Persembahan dan dana apapun yang dilakukan, tapah apapun yang dilaksanakan dan yajna apapun yang dilakukan tanpa keyakinan, itu disebut “asat”, wahai Partha (Arjuna), tak ada artinya baik disini maupun di dunia sana nantinya.

Di sini berakhir bab XVII, percakapan yang berjudul: Sraddhatraya Wibhaga Yoga

[Kembali]
Bhagavad Gita – Bab XVIII

Astadaso’dhyayah
Bab XVIII

Samnyasa Yoga
Penyangkalan harus dilakukan pada Hasil Kegiatan, bukan pada Kegiatan itu sendiri.

18-1

arjuna uvaca
sannyasasya maha-baho
tattvam icchami veditum
tyagasya ca hrishikesha
prithak kesi-nisudana

“Arjuna said: O mighty-armed one, I wish to understand the purpose of renunciation [tyaga] and of the renounced order of life [sannyasa], O killer of the Keshi demon, master of the senses.”

Arjuna bertanya:
Wahai Mahabaho (Krsna), aku ingin mengetahui sifat sejati dari penyangkalan (samnyasa) dan pelepasan (tyaga), wahai Hrsikesa (Krsna), masing-masing dari padanya, wahai Kesinisudana (Krsna)

18-2

sri-bhagavan uvaca
kamyanam karmanam nyasam
sannyasam kavayo viduh
sarva-karma-phala-tyagam
prahus tyagam vicakshanah

“The Supreme Personality of Godhead said: The giving up of activities that are based on material desire is what great learned men call the renounced order of life [sannyasa]. And giving up the results of all activities is what the wise call renunciation [tyaga].”

Sri Bhagavan bersabda:
ORang-orang bijak mengartikan kata “penyangkalan” sebagai pelepasan terhadap kegiatan kerja yang didorong oleh keinginan; pelepasan hasil dari segala kegiatan kerja, para terpelajar menyatakan sebagai tyaga

18-3

tyajyam dosa-vad ity eke
karma prahur manisinah
yajna-dana-tapah-karma
na tyajyam iti capare

“Some learned men declare that all kinds of fruitive activities should be given up as faulty, yet other sages maintain that acts of sacrifice, charity and penance should never be abandoned.”

Kegiatan kerja hendaknya ditinggalkan sebagai kejahatan, demikian kata beberapa orang terpelajar, tetapi yang lainnya menyatakan bahwa kegiatan yajna, dana dan tapah jangan ditinggalkan.

18-4

niscayam shrinu me tatra
tyage bharata-sattama
tyago hi purusha-vyaghra
tri-vidhah samprakirtitah

“O best of the Bharatas, now hear My judgment about renunciation. O tiger among men, renunciation is declared in the scriptures to be of three kinds.”

Sekarang dengarkanlah dari Ku, wahai Bharatasattama (Arjuna), kebenaran tentang tyaga, tyaga itu, wahai Purusavyagrha (Arjuna), ada tiga macam.

18-5

yajna-dana-tapah-karma
na tyajyam karyam eva tat
yajno danam tapas caiva
pavanani manisinam

“Acts of sacrifice, charity and penance are not to be given up; they must be performed. Indeed, sacrifice, charity and penance purify even the great souls.”

Kegiatan yajna, dana dan tapah jangan ditinggalkan tetapi harus dilaksanakan; karena kegiatan itu memurnikan orang-orang bijaksana

18-6

etany api tu karmani
sangam tyaktva phalani ca
kartavyaniti me partha
niscitam matam uttamam

“All these activities should be performed without attachment or any expectation of result. They should be performed as a matter of duty, O son of Pritha. That is My final opinion.”

Tetapi kegiatan kerja inipun hendaknya dilaksanakan dengan melepaskan keterikatan dan keinginan pada hasilnya. Wahai Partha (Arjuna), hal ini merupakan keputusan-Ku dan pendapat-Ku yang terakhir.

18-7

niyatasya tu sannyasah
karmano nopapadyate
mohat tasya parityagas
tamasah parikirtitah

“Prescribed duties should never be renounced. If one gives up his prescribed duties because of illusion, such renunciation is said to be in the mode of ignorance.”

Sesungguhnya melepaskan kewajiban yang harus dilakukan adalah tidak benar. Meninggalkan kewajiban karena kebodohan dinyatakan sebagai sifat dari tamasa

18-8

duhkham ity eva yat karma
kaya-klesa-bhayat tyajet
sa kritva rajasam tyagam
naiva tyaga-phalam labhet

“Anyone who gives up prescribed duties as troublesome or out of fear of bodily discomfort is said to have renounced in the mode of passion. Such action never leads to the elevation of renunciation.”

Ia yang meninggalkan kewajiban karena kesusahan atau karena takut akan penderitaan fisik, hanya melakukan tyaga yang bersifat rajasa dan tak akan memperoleh hasil dari tyaga tersebut.

18-9

karyam ity eva yat karma
niyatam kriyate ’rjuna
sangam tyaktva phalam caiva
sa tyagah sattviko matah

“O Arjuna, when one performs his prescribed duty only because it ought to be done, and renounces all material association and all attachment to the fruit, his renunciation is said to be in the mode of goodness.”

Tetapi dia yang melaksanakan kewajiban yang diharuskan sebagai hal yang harus dilakukan dengan meninggalkan segala keterikatan dan juga hasilnya, tyaga ini dianggap sebagai bersifat sattvika

18-10

na dvesty akusalam karma
kusale nanusajjate
tyagi sattva-samavisto
medhavi chinna-samsayah

“The intelligent renouncer situated in the mode of goodness, neither hateful of inauspicious work nor attached to auspicious work, has no doubts about work.”

Orang bijaksana yang penyangkalan dan keragu-raguannya telah lenyap, yang sifatnya sattvika, tidak membenci melakukan kegiatan yang tak menyenangkan dan tidak terikat dengan kegiatan kerja yang menyenangkan.

18-11

na hi deha-bhrta sakyam
tyaktum karmany asesatah
yas tu karma-phala-tyagi
sa tyagity abhidhiyate

“It is indeed impossible for an embodied being to give up all activities. But he who renounces the fruits of action is called one who has truly renounced.”

Memang tak mungkin bagi mahluk berwujud untuk absen dari kegiatan kerja sama sekali; tetapi ia yang melepaskan hasil dari kegiatan kerja itu dikatakan sebagai tyagi sejati.

18-12

anistam istam misram ca
tri-vidham karmanah phalam
bhavaty atyaginam pretya
na tu sannyasinam kvacit

“For one who is not renounced, the threefold fruits of action—desirable, undesirable and mixed—accrue after death. But those who are in the renounced order of life have no such result to suffer or enjoy.”

Menyenangkan, tak menyenangkan dan campuran adalah tiga macam hasil dari kegiatan kerja yang tumbuh setelah kematian terhadap mereka yang belum menjadi tyagi; tetapi tak ada sesuatupun yang terjadi bagi mereka yang telah menjadi samnyasin

18-13

pancaitani maha-baho
karanani nibodha me
sankhye kritante proktani
siddhaye sarva-karmanam

“O mighty-armed Arjuna, according to the Vedanta there are five causes for the accomplishment of all action. Now learn of these from Me.”

Wahai Mahabaho (Arjuna), pelajarilah dari-Ku kelima faktor ini, guna menyelesaikan segala kegiatan kerja seperti yang dinyatakan dalam ajaran Samkhya.

18-14

adhisthanam tatha karta
karanam ca prithag-vidham
vividhas ca prithak cesta
daivam caivatra pancamam

“The place of action [the body], the performer, the various senses, the many different kinds of endeavor, and ultimately the Supersoul—these are the five factors of action.”

Tempat kedudukan kegiatan (badan) dan juga pelaku, alat berbagai jenis, segala macam usaha dan anugerah Tuhan sebagai yang kelima.

18-15

sarira-van-manobhir yat
karma prarabhate narah
nyayyam va viparitam va
pancaite tasya hetavah

“Whatever right or wrong action a man performs by body, mind or speech is caused by these five factors.”

Kegiatan kerja apapun yang dilakukan seseorang dengan badan, kata-kata atau pikirannya, apakah benar atau salah, kelima unsur inilah sebagai faktor penyebabnya

18-16

tatraivam sati kartaram
atmanam kevalam tu yah
pasyaty akrita-buddhitvan
na sa pasyati durmatih

“Therefore one who thinks himself the only doer, not considering the five factors, is certainly not very intelligent and cannot see things as they are.”

Demikianlah masalahnya dengan pikiran yang tak murni, yang disebabkan oleh pemahamannya yang tak terlatih, memandang dirinya sendiri sebagai satu-satunya pelaku, sebenarnya ia tidak melihat apapun

18-17

yasya nahankrto bhavo
buddhir yasya na lipyate
hatvapi sa imaû lokan
na hanti na nibadhyate

“One who is not motivated by false ego, whose intelligence is not entangled, though he kills men in this world, does not kill. Nor is he bound by his actions.”

Ia yang bebas dari rasa keakuannya, yang pemahamannya tak tercemari, walaupun ia membunuh orang-orang ini, sebenarnya ia tak membunuh ataupun terbelenggu oleh kegiatannya.

18-18

jnanam jneyam parijnata
tri-vidha karma-codana
karanam karma karteti
tri-vidhah karma-sangrahah

“Knowledge, the object of knowledge, and the knower are the three factors that motivate action; the senses, the work and the doer are the three constituents of action.”

Pengetahuan, obyek pengetahuan dan yang mengetahui pengetahuan itu adalah tiga pendorong untuk melakukan kegiatan kerja; alat, kegiatan dan pelaku adalah tiga macam gabungan dari kegiatan

18-19

jnanam karma ca karta ca
tridhaiva guna-bhedatah
procyate guna-sankhyane
yathavac chrnu tany api

“According to the three different modes of material nature, there are three kinds of knowledge, action and performer of action. Now hear of them from Me.”

Pengetahuan, kegiatan kerja dan pelaku dikatakan dalam ilmu tentang sifat-sifat (guna) hanya tiga jenisnya, sesuai dengan perbedaan guna tersebut. Dengarkan tentang hal ini dengan sebenarnya.

18-20

sarva-bhutesu yenaikam
bhavam avyayam iksate
avibhaktam vibhaktesu
taj jnanam viddhi sattvikam

“That knowledge by which one undivided spiritual nature is seen in all living entities, though they are divided into innumerable forms, you should understand to be in the mode of goodness.”

Pengetahuan yang dipakai untuk melihat Keberadaan Abadi pada segala eksistensi, yang tak terbagi dalam yang terbagi, ketahuilah bahwa pengetahuan itu adalah sattvika

18-21

prithaktvena tu yaj jnanam
nana-bhavan prithag-vidhan
vetti sarveshu bhutesu
taj jnanam viddhi rajasam

“That knowledge by which one sees that in every different body there is a different type of living entity you should understand to be in the mode of passion.”

Pengetahuan yang melihat kejamakan keberadaan pada mahluk-mahluk yang berbeda, dengan alasan keterpisahannya, ketahuilah bahwa pengetahuan itu bersifat rajasa.

18-22

yat tu krtsna-vad ekasmin
karye saktam ahaitukam
atattvartha-vad alpam ca
tat tamasam udahrtam

“And that knowledge by which one is attached to one kind of work as the all in all, without knowledge of the truth, and which is very meager, is said to be in the mode of darkness.”

Tetapi yang bergantung hanya pada satu akibat seakan-akan keseluruhan tanpa perduli pada penyebab, tanpa mendapatkan yang sejati, dan sempit (picik) dinyatakan sebagai bersifat tamasa

18-23

niyatam sanga-rahitam
araga-dvesatah kritam
aphala-prepsuna karma
yat tat sattvikam ucyate

“That action which is regulated and which is performed without attachment, without love or hatred, and without desire for fruitive results is said to be in the mode of goodness.”

Suatu kegiatan yang bersifat wajib, yang dilaksanakan tanpa keterikatan, tanpa kasih sayang atau kebencian oleh orang yang tak mengharapkan hasil, itu dikatakan sebagai sattvika

18-24

yat tu kamepsuna karma
sahankarena va punah
kriyate bahulayasam
tad rajasam udahrtam

“But action performed with great effort by one seeking to gratify his desires, and enacted from a sense of false ego, is called action in the mode of passion.”

Tetapi kegiatan kerja yang dilakukan dengan usaha keras oleh seseorang yang mencari pemenuhan keinginannya atau yang didorong oleh keakuan, dikatakan sebagai bersifat rajasa

18-25

anubandham ksayam himsam
anapeksya ca paurusam
mohad arabhyate karma
yat tat tamasam ucyate

“That action performed in illusion, in disregard of scriptural injunctions, and without concern for future bondage or for violence or distress caused to others is said to be in the mode of ignorance.”

Kegiatan kerja yang dilakukan karena kebodohan, tanpa memperdulikan akibat atau kerugian dan melukai, serta tanpa memandang kemampuannya, kegiatan dikatakan bersifat tamasika

18-26

mukta-sango ’naham-vadi
dhrty-utsaha-samanvitah
siddhy-asiddhyor nirvikarah
karta sattvika ucyate

“One who performs his duty without association with the modes of material nature, without false ego, with great determination and enthusiasm, and without wavering in success or failure is said to be a worker in the mode of goodness.”

Si pelaku yang bebas dari keterikatan, yang tak memiliki rasa keakuan, penuh keteguhan hati dan bersemangat dan yang tak terpengaruh oleh kegagalan atau keberhasilan, dikatakan sebagai bersifat sattvika

18-27

ragi karma-phala-prepsur
lubdho himsatmako ’sucih
harsa-sokanvitah karta
rajasah parikirtitah

“The worker who is attached to work and the fruits of work, desiring to enjoy those fruits, and who is greedy, always envious, impure, and moved by joy and sorrow, is said to be in the mode of passion.”

Pelaku yang diombang-ambingkan oleh nafsu, yang sangat merindukan hasil dari kegiatannya, yang bersifat serakah dan bersifat menyakiti, tidak murni, yang dipengaruhi oleh rasa senang dan sedih, dikatakan sebagai bersifat rajasa

18-28

ayuktah prakritah stabdhah
satho naiskritiko ’lasah
visadi dirgha-sutri ca
karta tamasa ucyate

“The worker who is always engaged in work against the injunctions of the scripture, who is materialistic, obstinate, cheating and expert in insulting others, and who is lazy, always morose and procrastinating is said to be a worker in the mode of ignorance.”

Pelaku yang pikirannya tak seimbang, vulgar (biadab), sombong, tidak jujur, bersifat jahat, bebal, pengecut dan suka mengulur-ulur waktu, dikatakan sebagai yang bersifat tamasa

18-29

buddher bhedam dhrtes caiva
gunatas tri-vidham shrinu
procyamanam asesena
prithaktvena dhananjaya

“O winner of wealth, now please listen as I tell you in detail of the different kinds of understanding and determination, according to the three modes of material nature.”

Sekarang dengarkanlah tiga macam perbedaan pemahaman dan juga kemantapan, wahai Dhananjaya (Arjuna), sesuai dengan sifat (guna) yang dinyatakan secara keseluruhan dan masing-masing dari padanya.

18-30

pravrttim ca nivrttim ca
karyakarye bhayabhaye
bandham moksham ca ya vetti
buddhih sa partha sattviki

“O son of Pritha, that understanding by which one knows what ought to be done and what ought not to be done, what is to be feared and what is not to be feared, what is binding and what is liberating, is in the mode of goodness.”

Pengertian yang mengetahui makna kegiatan kerja dan tanpa kegiatan kerja, apa yang boleh dilakukan dan apa yagn tak boleh dilakukan, apa yang ditakuti dan apa yang tak harus ditakuti, apa yang membebaskan dan apa yang membelenggu, wahai Partha (Arjuna) pengertian tersebut bersifat sattvika.

18-31

yaya dharmam adharmam ca
karyam cakaryam eva ca
ayathavat prajanati
buddhih sa partha rajasi

“O son of Pritha, that understanding which cannot distinguish between religion and irreligion, between action that should be done and action that should not be done, is in the mode of passion.”

Pengertian yang mengetahui jalan yang salah dan benar, apa yang harus dilakukan dan apa yang boleh dilakukan, wahai Partha (Arjuna), pengertian itu bersifat rajasa

18-32

adharmam dharmam iti ya
manyate tamasavrta
sarvarthan viparitams ca
buddhih sa partha tamasi

“That understanding which considers irreligion to be religion and religion to be irreligion, under the spell of illusion and darkness, and strives always in the wrong direction, O Partha, is in the mode of ignorance.”

Pengertian yang tertutupi oleh kegelapan, menganggap yang salah sebagai benar dan melihat segala sesuatunya secara terbalik-balik (berlawanan dengan kebenaran), pengertian tersebut, wahai Partha (Arjuna), bersifat tamasa

18-33

dhrtya yaya dharayate
manah-pranendriya-kriyah
yogenavyabhicarinya
dhrtih sa partha sattviki

“O son of Pritha, that determination which is unbreakable, which is sustained with steadfastness by yoga practice, and which thus controls the activities of the mind, life and senses is determination in the mode of goodness.”
Kemantapan yang tak tergoyahkan dan dengan melalui konsentrasi seseorang mengendalikan kegiatan pikiran, nafas vital dan indra-indra, wahai Partha (Arjuna), kemantapan itu bersifat sattvika

18-34

yaya tu dharma-kamarthan
dhrtya dharayate ’rjuna
prasangena phalakanksi
dhrtih sa partha rajasi

“But that determination by which one holds fast to fruitive results in religion, economic development and sense gratification is of the nature of passion, O Arjuna.”

Kemantapan yang memandang kewajiban dengan ketat, kesenangan dan kekayaan dengan keinginan akan hasil dari padanya, wahai Partha (Arjuna), kemantapan itu bersifat rajasika

18-35

yaya svapnam bhayam sokam
visadam madam eva ca
na vimuncati durmedha
dhrtih sa partha tamasi

“And that determination which cannot go beyond dreaming, fearfulness, lamentation, moroseness and illusion—such unintelligent determination, O son of Pritha, is in the mode of darkness.”

Kemantapan yang membuat si bodoh tidak mau melepaskan kemalasan, takut, cemas, tertekan dan angkuh, wahai Partha (Arjuna), kemantapan ini bersifat tamasa

18-36

sukham tv idanim tri-vidham
shrinu me bharatarsabha
abhyasad ramate yatra
duhkhantam ca nigacchati

“O best of the Bharatas, now please hear from Me about the three kinds of happiness by which the conditioned soul enjoys, and by which he sometimes comes to the end of all distress.”

Dan sekarang dengarkanlah dari-Ku, wahai Bharatarsabha (Arjuna), tiga macam kebahagiaan. Dengan itu orang akan bergembira dan mencapai akhir dari kesedihan, melalui pelaksanaan yang lama.

18-37

yat tad agre visam iva
pariname ’mrtopamam
tat sukham sattvikam proktam
atma-buddhi-prasada-jam

“That which in the beginning may be just like poison but at the end is just like nectar and which awakens one to self-realization is said to be happiness in the mode of goodness.”

Kebahagiaan yang seperti racun pada awalnya dan seperti madu pada akhirnya, yang muncul dari pemahaman yang jelas tentang sang Diri, dikatakan kebahagiaan yagn bersifat sattvika

18-38

visayendriya-samyogad
yat tad agre ’mrtopamam
pariname visam iva
tat sukham rajasam smrtam

“That happiness which is derived from contact of the senses with their objects and which appears like nectar at first but poison at the end is said to be of the nature of passion.”

Kebahagiaan yang muncul dari hubungan indra-indra dan obyeknya dan yang seperti madu pada awalnya serta seperti racun pada akhirnya, kebahagiaan tersebut bersifat rajasa

18-39

yad agre canubandhe ca
sukham mohanam atmanah
nidralasya-pramadottham
tat tamasam udahrtam

“And that happiness which is blind to self-realization, which is delusion from beginning to end and which arises from sleep, laziness and illusion is said to be of the nature of ignorance.”

Kebahagiaan yang menipu sang roh, baik pada awal maupun pada akhirnya dan yang muncul dari kemalasan, tidur dan ketidakperdulian, dinyatakan sebagai kebahagiaan tamasa

18-40

na tad asti prithivyam va
divi devesu va punah
sattvam prakriti-jair muktam
yad ebhih syat tribhir gunaih

“There is no being existing, either here or among the demigods in the higher planetary systems, which is freed from these three modes born of material nature.”

Tak ada mahluk apapun, baik di bumi, apalagi diantara para dewa di surga, yang bebas dari ketiga sifat (guna) yang berasal dari prakrti ini

18-41

brahmana-kshatriya-visam
shudranam ca parantapa
karmani pravibhaktani
svabhava-prabhavair gunaih

“Brahmanas, kshatriyas, vaishyas and shudras are distinguished by the qualities born of their own natures in accordance with the material modes, O chastiser of the enemy.”

Di antara para Brahmana, para Ksatriya, Vaisya dan Sudra, wahai Paramtapa (Arjuna), kegiatan kerjanya dibedakan sesuai dengan sifat-sifat (guna) yang berasal dari prakrti mereka.

18-42

samo damas tapah shaucam
ksantir arjavam eva ca
jnanam vijnanam astikyam
brahma-karma svabhava-jam

“Peacefulness, self-control, austerity, purity, tolerance, honesty, knowledge, wisdom and religiousness—these are the natural qualities by which the brahmanas work.”

Ketenangan, pengendalian diri, tapah, kemurnian, kesabaran, kejujuran, kebijaksanaan, pengetahuan dan keyakinan dalam agama, semuanya ini merupakan kewajiban dari para Brahmana yang berasal dari sifatnya sendiri.

18-43

sauryam tejo dhrtir daksyam
yuddhe capy apalayanam
danam ishvara-bhavas ca
kshatram karma svabhava-jam

“Heroism, power, determination, resourcefulness, courage in battle, generosity and leadership are the natural qualities of work for the kshatriyas.”

Sifat kepahlawanan, pemberani, mantap, kemahiran, pantang mundur walaupun dalam pertempuran, kedermawanan dan kepemimpinan, semua ini merupakan kewajiban dari golongan Ksatriya, yang berasal dari sifatnya sendiri.

18-44

krsi-go-raksya-vanijyam
vaishya-karma svabhava-jam
paricaryatmakam karma
shudrasyapi svabhava-jam

“Farming, cow protection and business are the natural work for the vaishyas, and for the shudras there is labor and service to others.”

Pertanian, memelihara ternak dan perdagangan adalah kewajiban golongan Vaisya, yang berasal dari sifatnya; kegiatan kerja yang bercirikan pelayanan adalah kewajiban dari seorang Sudra yang berasal dari sifatnya.

18-45

sve sve karmany abhiratah
samsiddhim labhate narah
sva-karma-niratah siddhim
yatha vindati tac chrnu

“By following his qualities of work, every man can become perfect. Now please hear from Me how this can be done.”

Dengan mengabdikan kewajibannya sendiri manusia mencapai kesempurnaan. Bagaimana seseorang yang mengabdikan pada kewajibannya sendiri mencapai kesempurnaan, dengarkanlah ini.

18-46

yatah pravrttir bhutanam
yena sarvam idam tatam
sva-karmana tam abhyarcya
siddhim vindati manavah

“By worship of the Lord, who is the source of all beings and who is all-pervading, a man can attain perfection through performing his own work.”

Dari siapa seluruh mahluk ini muncul dan oleh siapa semuanya ini diliputi; dengan memuja-Nya melalui pelaksanaan kewajibannya sendiri, manusia mencapai kesempurnaan.

18-47

sreyan sva-dharmo vigunah
para-dharmat sv-anusthitat
svabhava-niyatam karma
kurvan napnoti kilbisam

“It is better to engage in one’s own occupation, even though one may perform it imperfectly, than to accept another’s occupation and perform it perfectly. Duties prescribed according to one’s nature are never affected by sinful reactions.”

Lebih baik dharmanya sendiri walaupun tak sempurna melakukannya dari pada dharma orang lain walaupun sempurna pelaksanaannya; karena orang tak akan melakukan dosa bila melakukan dharmanya sendiri yang ditentukan oleh sifatnya sendiri.

18-48

saha-jam karma kaunteya
sa-dosam api na tyajet
sarvarambha hi dosena
dhumenagnir ivavrtah

“Every endeavor is covered by some fault, just as fire is covered by smoke. Therefore one should not give up the work born of his nature, O son of Kunti, even if such work is full of fault.”

Seseorang hendaknya jangan meninggalkan kegiatan kerja yang cocok dengan sifatnya sendiri, wahai putra Kunti (Arjuna), walaupun itu mungkin tidak sempurna, karena semua perbuatan diliputi oleh kekurangsempurnaan bagaikan api yang diselimuti asap.

18-49

asakta-buddhih sarvatra
jitatma vigata-sprhah
naishkarmya-siddhim paramam
sannyasenadhigacchati

“One who is self-controlled and unattached and who disregards all material enjoyments can obtain, by practice of renunciation, the highest perfect stage of freedom from reaction.”

Ia yang pengertiannya tak terikat dimanapun juga, yang telah menaklukkan dirinya dan yang keinginannya telah lenyap, melalui pelaksanaan samnyasa ia sampai pada keadaan tertinggi yang melampaui segala kegiatan kerja.

18-50

siddhim prapto yatha brahma
tathapnoti nibodha me
samasenaiva kaunteya
nistha jnanasya ya para

“O son of Kunti, learn from Me how one who has achieved this perfection can attain to the supreme perfectional stage, Brahman, the stage of highest knowledge, by acting in the way I shall now summarize.”

Dengarkanlah dari-Ku secara ringkas, wahai putra Kunti (Arjuna), bagaimana setelah mencapai kesempurnaan ia mencapai Brahman, sebagai kesempurnaan kebijaksanaan tertinggi.

18-51, 18-52 & 18-53

buddhya vishuddhaya yukto
dhrtyatmanam niyamya ca
shabdadin visayams tyaktva
raga-dvesau vyudasya ca

vivikta-sevi laghv-asi
yata-vak-kaya-manasah
dhyana-yoga-paro nityam
vairagyam samupasritah

ahankaram balam darpam
kamam krodham parigraham
vimucya nirmamah santo
brahma-bhuyaya kalpate

“Being purified by his intelligence and controlling the mind with determination, giving up the objects of sense gratification, being freed from attachment and hatred, one who lives in a secluded place, who eats little, who controls his body, mind and power of speech, who is always in trance and who is detached, free from false ego, false strength, false pride, lust, anger, and acceptance of material things, free from false proprietorship, and peaceful—such a person is certainly elevated to the position of self-realization.”

Dilengkapi dengan pemahaman murni, dengan mantap mengendalikan dirinya, berpaling dari suara dan obyek-obyek indra lain serta membuang rasa senang dan benci. Berdiam di tempat terpencil, makan sekedarnya saja, dengan mengendalikan kata-kata, badan dan pikiran dan senantiasa tenggelam dalam meditasi dan konsentrasi serta berlindung pada kedamaian hati. Dan dengan mencampakkan rasa keakuan, kekuatan, keangkuhan, keinginan, kemarahan, kemilikan, tanpa keakuan dan ketenangan dalam pikiran, ia layak untuk menjadi satu dengan Brahman.

18-54

brahma-bhutah prasannatma
na socati na kanksati
samah sarveshu bhutesu
mad-bhaktim labhate param

“One who is thus transcendentally situated at once realizes the Supreme Brahman and becomes fully joyful. He never laments or desires to have anything. He is equally disposed toward every living entity. In that state he attains pure devotional service unto Me.”

Setelah menjadi satu dengan Brahman dan jiwanya telah tenang, ia tak lagi berduka atau berkeinginan. Dengan memandang semua mahluk sama ia mencapai pengabdian tertinggi pada-Ku.

18-55

bhaktya mam abhijanati
yavan yas casmi tattvatah
tato mam tattvato jnatva
visate tad-anantaram

“One can understand Me as I am, as the Supreme Personality of Godhead, only by devotional service. And when one is in full consciousness of Me by such devotion, he can enter into the kingdom of God.”

Melalui pengabdian ia mengetahui Aku, apa dan siapa Aku sebenarnya; lalu setelah mengetahui Aku yang sebenarnya, ia kemudian masuk ke dalam-Ku

18-56

sarva-karmany api sada
kurvano mad-vyapasrayah
mat-prasadad avapnoti
sasvatam padam avyayam

“Though engaged in all kinds of activities, My pure devotee, under My protection, reaches the eternal and imperishable abode by My grace.”

Dengan melaksanakan segala kegiatan terus menerus dan berlindung padaKu, ia mendapatkan anugerah-Ku berupa tempat kediaman yang kekal dan abadi.

18-57

cetasa sarva-karmani
mayi sannyasya mat-parah
buddhi-yogam upasritya
mac-cittah satatam bhava

“In all activities just depend upon Me and work always under My protection. In such devotional service, be fully conscious of Me.”

Dengan menyerahkan segala kegiatan kerja secara mental kepada-Ku, menganggap Aku sebagai Yang Tertinggi dan memasrahkan pada kemantapan dalam pemahaman, pusatkanlah pikiranmu senantiasa kepada-Ku

18-58

mac-cittah sarva-durgani
mat-prasadat tarisyasi
atha cet tvam ahankaran
na srosyasi vinanksyasi

“If you become conscious of Me, you will pass over all the obstacles of conditioned life by My grace. If, however, you do not work in such consciousness but act through false ego, not hearing Me, you will be lost.”
Dengan memusatkan pikiranmu pada-Ku, dengan anugerah-Ku engkau akan mengatasi segala kesulitan; tetapi bila karena kedengkian diri, engkau tidak mau mendengarkan Aku, engkau akan hancur.

18-59

yad ahankaram asritya
na yotsya iti manyase
mithyaisa vyavasayas te
prakritis tvam niyoksyati

“If you do not act according to My direction and do not fight, then you will be falsely directed. By your nature, you will have to be engaged in warfare.”

Bila dengan maksud memanjakan ahamkara engkau berpikir “Aku tak akan bertempur.” keputusanmu akan sia-sia saja; karena prakrti akan memaksa dirimu.

18-60

svabhava-jena kaunteya
nibaddhah svena karmana
kartum necchasi yan mohat
karishyasy avaso ’pi tat

“Under illusion you are now declining to act according to My direction. But, compelled by the work born of your own nature, you will act all the same, O son of Kunti.”

Yang engkau tak mau lakukan, karena khayalan, wahai putra Kunti (Arjuna), yang akan engkau lakukan walaupun bertentangan dengan kehendakmu, terbelenggu oleh kegiatanmu sendiri yang berasal dari sifatmu.

18-61

ishvarah sarva-bhutanam
hrd-dese ’rjuna tishthati
bhramayan sarva-bhutani
yantrarudhani mayaya

“The Supreme Lord is situated in everyone’s heart, O Arjuna, and is directing the wanderings of all living entities, who are seated as on a machine, made of the material energy.”

Tuhan bersemayam dalam hati segala mahluk, wahai Arjuanyang menyebabkan mereka berputar oleh kekuasaan-Nya, seakan-akan mereka terpasang pada sebuah mesin.

18-62

tam eva saranam gaccha
sarva-bhavena bharata
tat-prasadat param shantim
sthanam prapsyasi sasvatam

“O scion of Bharata, surrender unto Him utterly. By His grace you will attain transcendental peace and the supreme and eternal abode.”

Berlindunglah kepada-Nya dengan segenap jiwa ragamu, wahai Bharata (Arjuna). Dengan anugerah-Nya engkau akan mendapatkan kedamaian tertinggi dan tempat kediaman abadi.

18-63

iti te jnanam akhyatam
guhyad guhyataram maya
vimrsyaitad asesena
yathecchasi tatha kuru

“Thus I have explained to you knowledge still more confidential. Deliberate on this fully, and then do what you wish to do.”

Demikianlah kebijaksanaan yang lebih rahasia dari pada segala rahasia, telah Aku ajarkan kepadamu. Setelah mempertimbangkan semuanya ini sepenuhnya lakukanlah apa yang telah kamu pilih sendiri.

18-64

sarva-guhyatamam bhuyah
shrinu me paramam vacah
isto ’si me drdham iti
tato vaksyami te hitam

“Because you are My very dear friend, I am speaking to you My supreme instruction, the most confidential knowledge of all. Hear this from Me, for it is for your benefit.”

Dengarkanlah lagi ucapan suci-Ku, yang paling rahasia dari segalanya. Engkau sangat Ku sayangi, sehingga Aku akan memberitahumu apa yang baik bagimu.

18-65

man-mana bhava mad-bhakto
mad-yaji mam namaskuru
mam evaishyasi satyam te
pratijane priyo ’si me

“Always think of Me, become My devotee, worship Me and offer your homage unto Me. Thus you will come to Me without fail. I promise you this because you are My very dear friend.”

Pusatkanlah pikiranmu pada-Ku; mengabdilah pada-Ku; berkurban kepada-Ku; bersujud dihadapan-Ku; dengan demikian engkau akan sampai kepada-Ku. Aku berjanji sungguh-sungguh, karena engkau sangat Aku sayangi.

18-66

sarva-dharman parityajya
mam ekam saranam vraja
aham tvam sarva-papebhyo
mokshayisyami ma sucah

“Abandon all varieties of religion and just surrender unto Me. I shall deliver you from all sinful reactions. Do not fear.”

Lepaskanlah segala dharma, datanglah kepada-Ku saja untuk berlindung satu-satunya. Jangan bersedih, karena Aku akan membebaskanmu dari segala kejahatan

18-67

idam te natapaskaya
nabhaktaya kadacana
na casusrusave vacyam
na ca mam yo ’bhyasuyati

“This confidential knowledge may never be explained to those who are not austere, or devoted, or engaged in devotional service, nor to one who is envious of Me.”

Jangan pernah hal ini dibicarakan kepada orang yang tidak bertapa dalam kehidupannya atau pada seseorang yang tidak memiliki rasa pengabdian, atau pada orang yang tidak berminat atau yang menghina Aku.

18-68

ya idam paramam guhyam
mad-bhaktesv abhidhasyati
bhaktim mayi param kritva
mam evaishyaty asamsayah

“For one who explains this supreme secret to the devotees, pure devotional service is guaranteed, and at the end he will come back to Me.”

Dia yang mengajarkan rahasia tertinggi ini kepada para penganut-Ku, dengan memperlihatkan pengabdian tertinggi kepada-Ku, tanpa keraguan lagi akan sampai kepada-Ku

18-69

na ca tasman manusyesu
kascin me priya-krttamah
bhavita na ca me tasmad
anyah priyataro bhuvi

“There is no servant in this world more dear to Me than he, nor will there ever be one more dear.”

Tak seorangpun di antara manusia yang melakukan pelayanan yang lebih tulus kepada-Ku dan tak akan ada orang lain yang lebih Aku sayangi di dunia ini, kecuali dia.

18-70

adhyesyate ca ya imam
dharmyam samvadam avayoh
jnana-yajnena tenaham
istah syam iti me matih

“And I declare that he who studies this sacred conversation of ours worships Me by his intelligence.”

Dan, ia yang mempelajari percakapan suci kita ini, Aku akan dipujanya dengan pengorbanan pengetahuan, demikianlah pendapat-Ku

18-71

shraddhavan anasuyas ca
shrinuyad api yo narah
so ’pi muktah subhal lokan
prapnuyat punya-karmanam

“And one who listens with faith and without envy becomes free from sinful reactions and attains to the auspicious planets where the pious dwell.”

Dan orang yang mendengarkannya dengan penuh keyakinan dan tanpa mencela, merekapun akan dibebaskan dan akan mencapai kebahagiaan dunia kebajikan

18-72

kaccid etac chrutam partha
tvayaikagrena cetasa
kaccid ajnana-sammohah
pranastas te dhananjaya

“O son of Pritha, O conqueror of wealth, have you heard this with an attentive mind? And are your ignorance and illusions now dispelled?”

Wahai Partha (Arjuna), apakah engkau telah mendengar dengan pemikiran yang terpusatkan? Wahai Dhananjaya (Arjuna), apakah kekacauan pikiranmu yang disebabkan oleh kebodohan itu telah lenyap.

18-73

arjuna uvaca
nasto mohah smritir labdha
tvat-prasadan mayacyuta
sthito ’smi gata-sandehah
karisye vacanam tava

“Arjuna said: My dear Krishna, O infallible one, my illusion is now gone. I have regained my memory by Your mercy. I am now firm and free from doubt and am prepared to act according to Your instructions.”

Arjuna berkata:
Musnahlah sudah kekacauan pikiranku dan dengan anugerah-Mu aku telah menemukan kembali pemahamanku, wahai Acyuta (Krsna). Aku mantap berdiri dengan keragu-raguanku yang telah lenyap. Aku akan bertindak sesuai dengan ajaran-Mu

18-74

sanjaya uvaca
ity aham vasudevasya
parthasya ca mahatmanah
samvadam imam asrausam
adbhutam roma-harsanam

“Sanjaya said: Thus have I heard the conversation of two great souls, Krishna and Arjuna. And so wonderful is that message that my hair is standing on end.”

Sanjaya berkata:
Demikianlah telah kudengarkan percakapan yang luar biasa di antara Vasudeva (Krsna) dan Partha (Arjuna) sebagai roh mulia, yang menyebabkan bulu romaku merinding

18-75

vyasa-prasadac chrutavan
etad guhyam aham param
yogam yogeshvarat krishnat
sakshat kathayatah svayam

“By the mercy of Vyasa, I have heard these most confidential talks directly from the master of all mysticism, Krishna, who was speaking personally to Arjuna.”

Dengan anugerah bhagavan Vyasa, aku dapat mendengar rahasia tertinggi, berupa yoga yang diajarkan oleh Krsna sendiri sebagai Yogesvara (penguasa yoga) secara pribadi

18-76

rajan samsmrtya samsmrtya
samvadam imam adbhutam
keshavarjunayoh punyam
hrsyami ca muhur muhuh

“O King, as I repeatedly recall this wondrous and holy dialogue between Krishna and Arjuna, I take pleasure, being thrilled at every moment.”

Wahai sang Raja (Dhrtarastra), bila hamba ingat kembali akan percakapan yang suci dan luar biasa ini, antara Kesava (Krsna) dan Arjuna, hamba gemetar dengan kegembiraan demi kegembiraan

18-77

tac ca samsmrtya samsmrtya
rupam aty-adbhutam hareh
vismayo me mahan rajan
hrsyami ca punah punah

“O King, as I remember the wonderful form of Lord Krishna, I am struck with wonder more and more, and I rejoice again and again.”

Dan makin sering hamba ingat akan kehebatan wujud Hari (Krsna) yang luar biasa tersebut, sangat besar kekaguman hamba, wahai sang Raja (Dhrtarastra) dan hamba gemetar dengan kebahagiaan demi kebahagiaan

18-78

yatra yogeshvarah krsno
yatra partho dhanur-dharah
tatra srir vijayo bhutir
dhruva nitir matir mama

“Wherever there is Krishna, the master of all mystics, and wherever there is Arjuna, the supreme archer, there will also certainly be opulence, victory, extraordinary power, and morality. That is my opinion.”

Dimanapun ada Krsna, sebagai Yogesvara (Penguasa Yoga) dan Partha (Arjuna), pahlawan pemanah, aku yakin di sana ada keberuntungan, kemenangan, kesejahteraan dan kebajikan moral.

Disini berakhir bab ke-delapan belas dari Upanisad Bhagavadgita, ajaran tentang Brahmavidya dan Yogasastra, berupa percakapan antara Sri Krsna dan Arjuna, yang berjudul Samnyasa Yoga

Di sini kitab Bhagavadgita Upanishad, juga berakhir.

Comments

  • Jersey Bola  On July 7, 2013 at 3:14 pm

    Hi to every body, it’s my first pay a visit of this website; this website contains remarkable and actually excellent stuff designed for readers.

Leave a comment